Anda di halaman 1dari 37

KEPERAWATAN JIWA II LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN KASUS (ISOLASI SOSIAL)

DISUSUN OLEH

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
“ISOLASI SOSIAL”

1.1. Definisi
Menurut depkes RI (2020), kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan
perilaku menimbulkan perilaku maladatif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial.
Menurut Balitbang (2020), merupakan upaya menghindari suatu hubungan
komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami
kesulitan dalam hubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan
dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman.
Menurut Stuart dan Sundeen (2018), kerusakan interaksi sosial adalah suatu gangguan
kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptive, dan mengganggu fungsi individu
dalam hubungan sosial.
Menurut Towsend (2020), kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana
seseorang beradaptasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak
efektif. lien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada menarik diri.
Menurut Rawlins, (2019), dikutip Keliat (2021), menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.

1.2. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya.Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai
berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan.

1.3. Faktor Predisposisi


1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak dipenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan
masalah.

Tahap perkembangan Tugas


Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa
tanggung jawab, dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama dan
berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesame jenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis
atau bergantung
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantungan antara orang
tua dan teman, mencari pasangan, menikah
dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya
Sumber : stuart dan Sundeen (2019), hlm. 346 dikutip dalam fitria (2020).
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Dalam teori ini yang termasuk masalah
dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu
suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan
oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga
yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosial
4. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang dapat memengaruhi terjadinya
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada
otak sepeti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan
daerah kortikal.
1.4. Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungana sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal
dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga

2. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis yaitu stress terjadi akibat ansietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu

1.5 Manifestasi Klinis


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial :
1. Kurang spontan
a. Apatis (acuh terhdap lingkungan)
b. Ekspresi wajah kurang berseri
c. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
d. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
e. Mengisolasi diri
f. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
g. Asupan makanan dan minuman terganggu
h. Retensi urine dan feses
i. Aktivitas menurun
j. Kurang energy (tenaga)
k. Rendah diri
l. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
2. Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang manila dirinya rendah, sehingga
timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori :
halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan. Perilaku yang
tertutup dengan orang lain juga bias menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya
bias berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara
mandiri.
3. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang
tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak efektif).Peranan keluarga
cukup besar dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh
karena itu, bila system pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif) maka
akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah.

1.6 Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

 Menyendiri  Merasa  Menarik diri


 Otonomi sendiri  Ketergantunga
 Bekerjasama  Depedensi  Manipulasi
 Interdependen  Curiga  Curiga
Gambar : Rentang respons isolasi sosial

Sumber : Townsend (2019) dikutif dalam fitria (2020).

Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial :
1. Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap
yang termasuk respons adaptif.
a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menpaikan ide, pikiran,
dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
2. Respons maladaptif
a. Respons maladaptif adalh respons yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons
maladaptif.
b. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain
c. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dirisehingga
tergantung dengan orang lain.
d. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
e. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

1.7 Pohon Masalah

Risti mencederai diri, orang lain dan


lingkungan
Defisit perawatan diri GPS : Halusinasi

Intoleransi Aktivitas Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif

Gambar : Pohon Masalah Isolasi Sosial


Sumber : Fitria (2020)

1.8 Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah kronis
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Koping individu tidak efektif
5. Koping keluarga tidak efektif
6. Intoleransi aktivitas
7. Defisit perawatan diri
8. Risiko tinggi mencederai diir, orang lain, dan lingkungan
1.9 Data Yang Perlu DiKaji
Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
Isolasi sosial Subjektif :
 Klien mengatakan malas bergaul
 Klien mengatkan dirinya tidak ingin
dietmani perawat dan meminta
untuk sendirian
 Klien mengatakan tidak mau
berbicara dengan orang lain
 Tidak mau berkomunikasi
 Data tentang klien biasanya didapat
dari keluarga yang mengetahui
keterbatasan klien (suami, istri,
anak, ibu, ayah, atau teman dekat).

Objektif :
 Kurang spontan
 Apatis (acuh terhadap lingkungan)
 Ekspresi wajah kurang berseri
 Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri
 Tidak ada atau kurang komunikasi
verbal
 Mengisolasi diri
 Tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitarnya
 Asupan makanan dan minuman
terganggu
 Retensi urine dan feses
 Aktivitas menurun
 Kurang berenergi atau bertenaga
 Rendah diri
 Postur tubuh berubah, misalnya
sikap fetus atau janin (khususnya
pada posisi tidur).

1.10 Diagnosa Keperawatan


- Isolasi Sosial

1.11 Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa : Gangguan Interaksi Sosial : Isolasi Sosial
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah …..x SP 1
 Menyadari pertemuan, pasien  Identifikasi penyebab
penyebab isolasi mampu :  Siapa yang satu rumah
sosial  Membina dengan pasien
 Berinteraksi dengan hubungan saling  Siapa yang dekat
orang lain percaya dengan pasien
 Menyadari  Siapa yang tidak dekat
penyebab isolasi dengan pasien
sosial, keuntungan  Tanyakan keuntungan
dan kerugian dan kerugian
berinteraksi dengan berinteraksi dengan
orang lain. orang lain
 Melakukan  Tanyakan pendapat
interaksi dengan pasien tentang
orang lain secara kebiasaan berintraksi
bertahap dengan orang lain.
 Tanyakan apa yang
menyebabkan pasien
tidak ingin berintraksi
dengan orang lain
 Diskusikan keuntungan
bila pasien memiliki
bnaykan teman dan
bergaul akrab dengan
mereka
 Diskusikan kerugian
bila pasien hanya
mengurung diri dan
tidak bergaul dengan
orang lain
 Jelaskan pengaruh
isolasi sosial terhadap
kesehatan fisik pasien
 Latih berkenalan
 Jelaskan kepada klien
cara berinteraksi dengan
orang lain
 Berikan contoh cara
berinteraksi dengan
orang lain
 Berikan kesempatan
pasien mempraktekkan
cara berinteraksi dengan
orang lain yang
dilakukan dihadapan
perawat.
 Mulailah bantu pasien
berinteraksi dengan satu
orang teman/anggota
keluarga
 Bila pasien sudah
menunjukkan kemajuan,
tingkatan jumlah
interaksi dengan 2, 3, 4
orang dan seterusnya.
 Beri kemajuan untuk
setiap interaksi yang
telah dilakukan oleh
pasien
 Siap mendegarkan
ekspresi perasaan pasien
setelah berinteraksi
dengan orang lain,
mungkin pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus menerus
agar pasien tetap
semangat meningkatkan
interaksinya.
 Masukkan jadwal
kegiatan pasien

SP 2
 Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP1)
 Latih berhubungan
sosial secara bertahap
 Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 3
 Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1dan SP 2)
 Latih cara berkenalan
dengan 2 orang atau
lebih
 Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
Keluarga mampu Setelah ……x SP 1
merawat pasien pertemuan, keluarga  Identifikasi masalah
dengan isolasi sosial di mampu menjelaskan yang dihadapi dalam
rumah tentang : merawat pasein
 Masalah isolasi  Penjelasan isolasi sosial
sosial dan  Cara merawat pasien
dampaknya pada isolasi sosial
pasien  Latih (stimulus)
 Penyebab isolasi  RTL Keluarga/jadwal
sosial keluarga untuk merawat
 Sikap keluarga pasien
untuk membantu SP 2
pasien mengatasi  Evaluasi kemampuan
isolasi sosialnya SP 1
 Pengobatan yang  Latih (langsung ke
berkelanjutan dan pasien)
mencegah putus  RTL Keluarga/jadwal
obat keluarga untuk merawat
 Tempat rujukan pasien
dan fasilitas SP 3
kesehatan yang  Evaluasi kemampuan
tersedia bagi SP 2
pasien  Latih (langsung ke
pasien)
 RTL Keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 4
 Evaluasi kemampuan
keluarga
 Evaluasi kemampuan
pasien
 Rencana tindak lanjut
keluarga
- Follow up
- Rujukan
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

RUANG PERAWATAN : R.SALAK


TANGGAL DIRAWAT : 09 September 2019
TANGGAL PENGKAJIAN : 10 September 2019

I. IDENTITAS KLIEN
Nama Inisial : Tn. A
Umur : 30 Tahun
No RM : 071274
Informan : Tn. S (Adik Kandung)
II. ALASAN MASUK
Klien Masuk Rumah Sakit Madani R.Salak Pada hari Senin Tanggal 09 September
2019 Pukul 11.00 WITA, Klien diantar keluarga dengan Keluhan Gelisah, pasien
lemah, malas beraktifitas, perasaan malu pada orang lain, tidak mampu berkonsentrasi
dan membuat keputusan,bingung, menarik diri, tidak atau jarang berkomunikasi
dengan orang lain, suka berdiam diri didalam kamar. Tanda Vital saat masuk
TD.110/70mMhg, ND.80x/menit, S.36,4°c, R.20x/menit.
Keluhan pada saat pengkajian tanggal 10 September 2019 pukul 14.19 WITA,
Klien mengatakan tidak mau bergabung dengan pasien yang lainnya karena merasa
malu, klien mengatakan pasien malu,kontak mata tidak bisa dipertahankan, klien
tampak lebih banyak menyendiri dan tidak mau bergabung dengan pasien yang lain,
klien bicara hanya seperlunya, ekspresi wajah klien kurang berseri dan cenderung
tegang.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
A. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
√ Ya □Tidak
B. Pengobatan sebelumnya
□ Berhasil √ Kurang berhasil □ Tidak berhasil
C. Pernah melakukan/mengalami/menyaksikan:
Korban/usia Pelaku/usia Saksi/usia
1. Aniaya Fisik □ ............... □ .............. □ .............
2. Aniaya Seksual □ ............... □ .............. □ .............
3. Penolakan □ ..30 Thn.. □ ......×....... □......×.......
4. Kekerasan □ ............... □ .............. □ ..............
5. Tindakan Kriminal □ ............... □ .............. □ ..............

Jelaskan Point A, B dan C :

A : Pada Poin A, Klien mengatakan klien pernah dirawat di RS Madani dengan


Keluhan yang sama (Isolasi Sosial) pada tanggal 07 Agustus s/d 12 Agustus
2019.

B : Pada Point B, Pengobatan Sebelumnya, Setelah keluar dari RS Pada tanggal 12


Agustus 2019 Klien dibekali obat oral, klien mengatakan putus minum obat tapi
klien lupa berapa lama ia putus minum obat.

C : Pada Point C, Klien mengatakan, klien mengalami penolakan dalam masyarakat


yaitu klien merasa tidak dipercaya menjadi supir sehingga klien tidak bisa
melakukan pekerjaannya sebagai supir rental, klien merasa malu dengan
keluarga karena tidak memiliki pekerjaan lain.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

D. Adakah anggota keluarga yang pernah menderita gangguan jiwa


□Ya √ Tidak
Jelaskan (Hubungan Keluarga, Gejala dan Riwayat Pengobatan): ( _ )

Masalah keperawatan : ( _ )
E. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:

Masalah keperawatan : klien mengalami penolakan dalam masyarakat yaitu klien


merasa tidak dipercaya menjadi supir sehingga klien tidak
bisa melakukan pekerjaannya sebagai supir rental, klien
merasa malu dengan keluarga karena tidak memiliki
pekerjaan lain.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70mMhg
Suhu : 36,4°C
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
B. Badan
Tinggi : 170 cm
Berat : 64 kg
IMT :

Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan fisik keadaan fisik pasien dalam


keadaan keadaan normal (tidak ada kendala)

C. Keluhan fisik : Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan
Jelaskan Poin A, B dan C:
A. : Pada point A, didapatkan hasil TD. 110/70mMhg, S.36,4°C, N.80x/menit,
R.20x/menit.
B : Pada point B, didapatkan hasil TB.170 cm, BB.64 kg, IMT.?,
C : Pada point C, didapatkan tidak ada keluhan terkait fisik yang dialami

Masalah Keperawatan : (Tidak Ada) karena klien mengatakan tidak ada keluhan
Fisik.

V. STATUS PSIKOSOSIAL
A. Genogram (gambar dan jelaskan isi genogram)
30

KET:
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien

× = Meninggal

Jelaskan :

B. Konsep Diri
1. Gambaran diri : Klien mengatakan bahwa klien menyukai semua bagian
tubuhnya

2. Identitas diri : Klien mengatakan seorang Ayah yang memiliki seorang istri
dan 2 orang anak Laki-laki.
3. Peran diri : - Klien mengatakan dirinya seorang supir rental
- Klien mengatakan putus sekolah karena senang menjadi
supir rental
- Klien mengatakan dirinya digaji perhari dan kadang
perbulan
4. Ideal diri : - Klien mengatakan Kesal karena keluarga dan teman-
temanya tidak percaya bahwa klien bisa jadi supir mobil
rental.
- Klien mengatakan bila tidak bekerja tidak akan mendapatkan
uang

5. Harga diri : Klien mengatakan sebagai kepala keluarga dan menafkahi


keluarganya dengan melakukan pekerjaan sebagai supir rental. Klien merasa
kesal dengan orang lain yang tidak mempercayai dirinya menjadi supir dan
mengendarai mobil.

Masalah Keperawatan : Harga diri Rendah

C. Hubungan sosial
1. Klien mengatakan yang sangat berarti dalam kehidupan klien adalah keluarga.
2. Klien mengatakan, klien tidak mempunyai mempunyai teman akrab, klien
hanya biasa bercerita kepada teman sesama supir saja.
3. Klien mengatakan bila tidak memiliki uang klien biasa minta pada ayah klien.
4. Klien mengatakan tidak pernah ikut serta dalam kegiatan dimasyarakat.
5. Klien mengatakan bila ada masalah jarang menceritakannya kepada orang lain.
6. Klien mengatakan tidak mau bergabung dengan pasen lain karena merasa malu.

Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial (Isolasi Sosial)

D. Spritual
- Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan bahwa klien beragama islam, klien
mengatakan dirinya tidak tahu bagaimana pandangan agama islam tentang
penyakit gangguan jiwa.
- Kegiatan ibadah : Klien mengatakan menjalankan sholat 5 waktu, kadang
berjamaah dengan sitri dan anak, selama di Rs klien belum pernah menjalankan
sholat, klien mengatakan tidak mempunyai pakaian yang bersih dan tidak
memiliki sarung untuk sholat
Masalah Keperawatan : (Tidak ada)

E. status mental
1. penampilan klien : tampak kurang rapih, kemeja kusut, 2 hari belum diganti
2. pembiraan : Klien berbicara dengan nada pelan, kadang klien bicara jika diajukan
pertanyaan, klien biacara seperlunya klien tidak mampu memulai pembicaraan

Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial (Isolasi Sosial)

VI. STATUS MENTAL


A. Penampilan
√ Tidak rapih □ Pakaian tidak sesuai □ Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Karena penampilan klien : tampak kurang rapih, kemeja kusut, 2 hari belum diganti

B. Pembicaraan
□ Cepat □ Keras □ Gagap □ Apatis
□ Lambat □ Inkoheren □ Membisu √ Tidak mampu memulai
□ Logorheus □ Perseverasi
Jelaskan :
Klien berbicara dengan nada pelan, kadang klien bicara jika diajukan pertanyaan,
klien biacara seperlunya klien tidak mampu memulai pembicaraan

C. Aktivitas Motorik
√ Lesu □ Tegang √ Gelisah □ Agitasi
□ TIK □ Grimace □ Tremor □ Kompulsif
Jelaskan :
Klien tampak lesu dan gelisah, klien lelah banyak duduk dan berbaring di tempat
tidurnya, kadang klien berdiri lama sampai memegang terali besi.

D. Alam Perasaan
√ Sedih □ Ketakutan □ Putus asa
□ Khawatir □ Gembira berlebihan/euforia
Jelaskan :
Klien tampak lebih banyak diam, klien bicara seperlunya, ekspresi wajah klien
kurang berseri.

E. Afek
□ Datar □ Tumpul □ Labil √ Tidak sesuai
Jelaskan :
Afek dari klien dangkal, ekspresi wajah klien kadang tersenyum dan kadang tegang.

F. Interaksi Selama Wawancara


□ Bermusuhan □ Tidak kooperatif □ Mudah tersinggung
√ Kontak mata kurang □ Defensif □ Curiga
Jelaskan :
Pada selama wawancara, klien kooperatif, kontak mata tidak bisa dipertahankan,
kadang klien menunduk.

G. Persepsi : Halusinasi
□ Pendengaran □ Penglihatan □ Perabaan
□ Pengecapan □ Penghiduan √ Tidak ada
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak pernah mendengar suara-suara atau bisikan, klien juga
mengatakan tidak pernah melihat sesuatu yang tidak ada ada wujudnya.

H. Proses Pikir
□ Sirkumtansial □ Tangensial □ Kehilangan asosiasi
□ Flight of ideas □ Blocking √ Tidak ada
Jelaskan :
Klien berbicara seperlunya, saat ditanya klien menjawab seadanya dan tidak
berbelit-belit, isi pembicaraan dari klien berfokus pada apa yang ditanyakan.

I. Isi Pikir
□ Obsesi □ Fobia □ Hipokondria
√ Depersonalisasi □ Pikir Magis □ Ide terkait
Waham :
□ Agama □ Somatik □ Kebesaran
□ Curiga □ Nihilistik □ Sisip pikir
□ Siar pikir □ Kontrolpikir

Jelaskan :
Klien memiliki keyakinan yang kuat bahwa orang lain tidak mempercayai
keahliannya menjadi supir sehingga tidak mengizinkan klien untuk mengendarai
mobil.

J. Tingkat Kesadaran
√ Bingung □ Sedasi □ Stupor
Disorientasi :
√ Waktu □ Tempat □ Orang
Jelaskan :
Klien mengalami disorientasi waktu, ketika ditanyakan tentang hari, tanggal, bulan
dan tahun serta jam. Klien mengatakan lupa dan tidak tahu, klien tidak mengalami
dsiorientasi tempat ketika ditanyakan sedang berada dimana, klien mengatakan
sedang berada di Rs Madani, Ketika ditanyakan lagi tentang keluarga, klien
mengatakan igin segera balik Toli-toli.

K. Memori
□ Gangguan daya ingat jangka panjang
□ Perubahan proses piker pendek
□ Gangguan daya ingat saat ini
□ Konfabulasi
√ Tidak ada
Jelaskan :
Klien mengatakan daya tangkap memori klien tidak ada masalah masih normal dan
saat pengkajian tidak ada masalah yang abnormal.

L. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


□ Mudah beralih
□ Tidak mampu berkonsentrasi
□ Tidak mampu berhitung sederhana
√ Tidak ada
Jelaskan :
Karena dari hasil pengkajian didapatkan tidak ada masalah dari segi konsentrasi dan
berhitung pasien.

M. Kemampuan Penilaian
□ Gangguan ringan □ Gangguan bermakna √ Tidak ada
Jelaskan :
Karena pada saat di sebutkan untuk memilih makan dulu baru mandi atau mandi
dulu baru makan, klien mampu mengambil keputusan.

N. Daya Tilik Diri(Insight)


□ Mengingkari penyakit yang diderita
√ Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : Klien mengatakan dirinya tidak mengalami gangguan jiwa, klien
mengatakan hanya membuat onar, klien mengatakan kesal karena tidak di percaya
jadi supir dan membawa mobil rental. Sehingga, klien menyalahkan orang lain atas
apa yang terjadi.

Masalah keperawatan :Koping Individu in efektif

VII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
□Bicara dengan orang lain □ Minum alkohol
□Mampu menyelesaikan masalah □ Reaksi lambat/berlebihan
□ Tenik relaksasi □ Bekerja berlebihan
□ Aktivitas konstruktif □ Menghindar
□ Olahraga □ Menciderai diri
□ Lain-lain
Jelaskan :
Masalah Keperawatan:
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
Bantuan minimal Bantuan total
A. Makan √ □
B. BAB dan BAK √ □
C. Mandi √ □
D. Berpakaiandanberhias √ □
E. Penggunaan Obat √ □
F. Istirahat dan Tidur
□ Tidur siang :
□ Tidur malam :
□ Kegiatan sebelum/setelah tidur :
G. Pemeliharaan Kesehatan
1. Perlu perawatan lanjutan √ Ya □ Tidak
2. Sistem pendukung □ Ya □ Tidak

H. Kegiatan di dalam rumah


1. Mempersiapkan makanan □Ya □ Tidak
2. Menjaga kebersihan rumah □Ya □ Tidak
3. Mencuci pakaian □Ya □ Tidak
4. Pengaturan keuangan □ Ya □ Tidak
I. Kegiatan di luar rumah
1. Belanja keperluan sehari-hari □ Ya □ Tidak
2. Transportasi □ Ya □ Tidak
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :

IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

□ Penyakit jiwa □ Obat-obatan

√ Cara penanggulangan masalah □ Lain-lain

Jelaskan :.

Klien kurang pengetahuan karena klien tidak tau bagaimana menghadap dan
menyelesaikan masalah dengan baik
Masalah Keperawatan : Koping Individu in efektif

DATA MEDIK

1. Diagnosa Medik :
2. Therapi Medik :
ANALISA DATA

Nama /Umur : Tn. A


Unit/Ruang : R.Salak

NO DATA MASALAH
1. Data Subjektif:- klien mengatakan tidak mau Gangguan interaksi social :
bergabung dengan pasien lain karena merasa malu- isolasi social
malu

Data Objektif:
- Klien bicara seperlunya
- Kontak mata tidak bisah dipertahankan
- Ekspresi wajah kurang berserih
- Klien tampak tidak mau bergabung dengan
pasien lain
- Klien menyendiri
- Afek dangkal
POHON MASALAH

EFEK deficit perawatan diri

CORE PROBLEM Isolasi Sosial

CAUSA koping keluarga tidak efektif


DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Nama/ Umur: Tn.A


Ruang/ Kamar : R.Salak
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Gangguan Interaksi social : Isolasi social
RENCANA KEPERAWATAN

Nama/ umur : Tn.A


Ruangan : R.S

Tgl/ No. Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Hari Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
1. Gangguan Pasien Setelah 1.Indentifika 1. untuk
Interaksi mampu : dilakukan si mengetahu
social : isolasi 1. Klien tindakan Penyebab. i penyebab
social menyada keperawa 2. Tanyakan isolasi
ri tan pasien siapa semua sosial dari
penyeba Mampu : yang tinggal klien.
b dari 1.Membi serumah 2. Untuk
Isolasi na dengan mengetahu
Sosial hubungan klien. i tingkat
2. Klien saling 3. Tanyakan interaksi
Mau percaya. siapa saja klien
melakuk 2. orang yang dengan
an Menyada dekat orang lain
interaksi ri dengan
dengan penyebab klien.
orang isolasi 4. Tanyakan
lain sosial Siapa yang
secara keuntung tidak dekat
bertahap. an dan dengan
kerugian klien.
saat 5. Tanyakan
berintera pada klien
ksi mengenai
dengan keuntungan
orang dan
lain. kerugian
3. saat
Melakuka berinteraksi
n dengan
Interaksi orang lain.
bertahap 6. Tanyakan
Pendapat
pasien
tentang
kebiasaan
berinteraksi
dengan
orang lain.

RENCANA KEPERAWATAN
Nama/ umur :
Ruangan :

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan Keperawatan
Gangguan SP 1 : S:
interaksi social 1. Membina hubungan 1. Klien menjawab
: Isolasi sosial saling percaya salam perawat
2. Membantu klien 2. Klien mengatakan
mengenal penyebab namanya Tn.A
isolasi sosial senang di panggil
3. Membantu klien Tn.A
mengenal keuntungan 3. Klien mengatakan
berhubungan dan kabarnya baik
kerugian tidak 4. Klien mengatakan
berhubungan dengan tidak mau bergaul
orang lain dengan orang lain
4. Mengajarkan klien karena malas dan
cara berkenalan malu
5. Memasukan ke 5. Klien mengatakan
jadwal harian klien keuntungan
6. berinteraksi
dengan orang lain
adalah banyak
teman dapat
memberikan
banyak solusi
6. Klien mengatakan
kerugian tidak
berinteraksi
dengan orang lain
adalah tidak punya
teman
7. Klien mengatakan
mau berkenalan
dengan orang lain
O:
1. Klien menjawab
salam perawat dan
mengungkapkan
alasan menarik diri
2. Klien mengerti
tentang manfaat
berinteraksi dan
kerugian tidak
berinteraksi
dengan orang lain
3. Kontak mata saat
berinteraksi kurang
4. Klien tidak mau
memulai
pembicaraan
5. Klien kurang
komperatif dan
sering menunduk
6. Klien kurang focus
pada pembicaraan
A:
Klien mampu
mempraktekan cara
berkenalan
P:
Klien
1. Memotifasi klien
untuk belajar
berkenalan dengan
perawat
2. Anjurkan klien
untuk memasukan
ke jadwal kegiatan
harian
Perawat
1. Evaluasi SP 1
2. Ajarkan klien
untuk berinteraksi
dengan perawat
lain (SP 2).
SP 2: S:
1. Mengevaluasi 1. Klien
kegiatan yang mengatakan
lalu (SP1) kabarnya baik
2. Mengajarkan 2. Klien
klien berinteraksi mengatakan
secara bertahap masih
(berkenalan mengingat
dengan orang yang diajarkan
pertama seoramg perawatan
perawat). kemarin, yaitu
3. Masukkan dalam cara
jadwal kegiatan berkenalan
pasien. 3. Klien
mengatakan
mau
berkenalan
dengan
perawat
O:
1. Klien tampak
lebih semangat
2. Kontak mata
mulai ada
3. Klien sudah
bisa tersenyum
sedikit
4. Klien tampak
lebih
kooperatif dari
sebelumnya
A:
1. Klien mampu
mengulang
cara
berkenalan
(SP1)
2. Klien mampu
berkenalan
dengan
perawat lain
(SP2)
P:
Klien :
1. Memotivasi
klien untuk
berkenalan dan
berinteraksi
dengan
perawat lain
2. Anjurkan klien
untuk
memasukan ke
jadwal harian
Perawat :
1. Evaluasi SP1
dan SP2
2. Ajarkan klien
untuk
berkenalan
dengan orang
lain (teman
sebangsal)
SP 3: S:
1. Mengevaluasi 1. Klien
kegiatan yang mengatakan
lalu (SP 1 dan SP perasaannya
2). lebih baik dari
2. Melatih cara hari kemarin.
berkenalan 2. Klien
dengan orang mengatakan
kedua seorang masih
teman sebangsal. mengingat SP
3. Masukkan dalam 1 yaitu cara
jadwal kegiatan berkenalan
pasien. dengan
perawat yang
lain.
3. Klien
mengatakan
mau
berkenalan
dengan klien
yang lain

O:
1. Klien lebih
kopratif dari
sebelumnya
2. Kontak mata
ada.
3. Klien tidak
bisah focus
dengan klien
lain karena
lebih terbiasa
dengan
perawat

A:
1. Klien mampu
mengulang SP 1
yaitu berkenalan
dengan perawat
lain
2. Klien belum
mampu
melakukan SP 3
yaitu berkenalan
dengan klien lain

P:
Klien
1. Memotivasi
klien untuk
berkenalan
dengan klien
lain
2. Ajarkan klien
untuk
memasukan ke
jadwal harian
Perawat
1. Evaluasi SP 1
dan SP 2
2. Ulangi
tindakan untuk
SP 3 karna
belum oktimal
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang. 2020. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor


Direja Surya Herman Ade. 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2018. Teori dan tindakan keperawatan jiwa.
Jakarta: Yankes RI Keperawatan Jiwa
Fitria, Nita. 2020. Aplikasi Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan da
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Keliat, B.A. 2020. Proses Kesehatan Jiwa.Edisi 1. Jakarta
Marimas, F, W. 2019. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
Tim Direktorat Keswa. 2020. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung:
RSJP

Anda mungkin juga menyukai