Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Praktik Keperawatan Jiwa

Dosen Koordinator : Rahmi Emelisa, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J

Dosen Pembimbing : Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :

NURHANIA AFIFAH

2350321007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ).
Merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk
berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan
secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak
ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman.
1.2 Rentan Respon Adaptif dan Mal Adaptif
Respons Adaptif Respons Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri


Otononi Depedensi Ketergantungan
Bekerja sama Curiga Manipulasi
Interdependen curiga

Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial.
1) Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap
yang termasuk respons adaptif.
a) Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b) Otonomi, kemempuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c) Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
d) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
2) Respons maladaptif
Respons maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons
maladaptif.
a) Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
b) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
c) Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d) Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
1.3 Etiologi
Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stressor
presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi dan
stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadi perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada diri orang lain, ragu, takut
salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindari orang lain,
tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari
orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri dan kegiatan sendiri terabaikan.
a. Faktor predisposisi
a. Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat
fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
Tugas Perkembangan Berhubungan Dengan Pertumbuhan Interpersonal.
Tahap Perkembangan Tugas
Masa Bayi Menetapkan rasa percaya
Mengembangkan otonomi dan awal
Masa Bermain
perilaku mandiri
Belajar menunjukkan inisiatif, rasa
Masa Prasekolah
tanggung jawab, dan hati nurani
Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
Masa Sekolah
berkompromi
Menjalin hubungan intim dengan teman
Masa Praremaja
sesama jenis kelamin.
Menjadi intim dengan teman lawan jenis
Masa Remaja
atau bergantung pada orang tua.
Menjadi saling bergantung antara
Masa Dewasa Muda orangtua dan teman, mencari pasangan,
menikah, dan mempunyai anak.
Belajar menerima hasil kehidupan yang
Masa Tengah Baya
sudah dilalui.
Berduka karena kehilangan dan
Masa Dewasa Tua mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya.
b. Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu
keadaan di mana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar
keluarga.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan
oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota
keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
d. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang
mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada
otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik
dan daerah kortikal.
b. Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal
dan eksternal seseorang. Faktor stresorpresipitasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut.
a. Faktor eksterna
Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor
sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu
1.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala mayor meliputi:
Subjektif
- Klien mengatakan malas berinteraksi, mengatakan orang lain tidak mau
menerima dirinya, merasa orang lain tidak selevel.
Objektif
- Menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
Tanda dan gejala minor
Subjektif
- Curiga dengan orang lain, mendengar suara/melihat bayangan, merasa tak
berguna
Objektif
- Mematung, mondar-mandir tanpa arah, tidak berinisiatif berhubungan dengan
orang lain
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
1.5 Pohon Masalah

Resiko Perubahan Sensori-Persepsi :


Halusinasi
effect

Isolasi Sosial : Menarik


Diri
Core problem
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

causa
1.6 Mekanisme koping
Koping yang digunakan klien adalah proyeksi, menghindar dan kadang-kadang
mencedrai diri.Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
1.7 Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Koping individu tidak efektif
5. Defisit perawatan diri
6. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1.8 Perencanaan Keperawatan
Pasien Keluarga
No. SPIP SPIk
1. Identifikasi penyebab isolasi sosial : Diskusikan masalah yang di rasakan dalam
siapa yang serumah, siapa yang merawat pasien
dekat, dan apa sebabnya .
2. Keuntungan Punya teman dan Jelaskan pengertian, tanda & gejala dan
bercakap-cakap. proses terjadinya isolasi sosial (gunakan
booklet)
3. Kerugian tidak punya teman dan Jelaskan cara merawat isolasi sosial
tidak bercakap-cakap.
4. Latihan cara berkenalan dengan Latih dua cara merawat berkenalan,
pasien dan perawat atau tamu. berbicara saat melakukan kegiatan harian.
5. Masukan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
untuk latihan berkenalan dan memberikan pujian besuk.
SPIIP SPIIk
1. Evaluasi kegiatan berkenalan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
(berapa orang). Beri pujian merawat / melatih pasien berkenalan dan
berbicara saat melakukan kegiatan harian.
Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat
kegiatan harian (latih 2 kegiatan ) melibatkan pasien berbicara (makan,
sholat,bersama) di rumah
3. Masukan pada jadwal kegiatan Latih cara membimbing pasien berbicara
untuk latihan berkenalan 2-3 orang, dan memberi pujian
pasien, perawat dn tamu, berbicara
saat melakukan kegiatan harian

SPIIIP SPIIIk
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
( berapa orang) & berbicara saat merawat / melatih pasien berkenalan,
melakukan dua kegiatan harian. Beri berbicara saat melakukan kegiatan harian.
pujian Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan Jelaskan cara melatih pasien melakukan
kegiatan harian (2 kegiatan baru) kegiatan sosial seperti berbelanja, meminta
sesuatu dll
3. Masukkan pada jadwal kegiatan Latih keluarga mengajak pasien berbelanja
untuk latihan berkenalan 4-5 orang, saat besuk.
berbicara saat melakukan 4 kegiatan
harian
4 Anjurkan membanrtu pasien sesuai jadwal
kegiatan dan memberikan pujian.
SPIVP SPIVK

1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam


berkenalan, berbicara saat merawat/melatih pasien berkenalan,
melakukan empat kegiatan harian. berbicara saat melakukan kegiatan
Beri pujian. harian /RT, berbelanja ,beri pujian.
2 Latih cara bicara sosial : meminta Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda
sesuatu, menjawab pertanyaan kambuh, rujukan
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
untuk latihan berkenalan > 5 orang, kegiatan dan berikan pujian
orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi.
SPVP SPVK
1 Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
berkenalan, berbicara saat atau melatih pasien berkenalan, berbicara
melakukan kegiatan harian dan saat melakukan kegiaatan harian atau RT,
sosialisasi. Beri pujian berbelanja dan kegiatan lain dan follow up.
Beri pujian
2 Latih kegiatan Harian Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga melakukan
mandiri kontrol RSJ/PKM
4 Nilai apakah isolasi sosial teratasi

1.9 Terapi Modalitas Kelompok


a. Definisi
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-
modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai
untuk terapi keperawatan keluarga.
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam
terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.
Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap
permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
b. Dasar-dasar Pemberian Terapi Modalitas
Dasar-dasar Pemberian Terapi Modalitas
2) Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia
3) Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang
mengandung reaksi( respon yang baru )
4) Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-faktor
yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga reaksi indv
tersebut dapat diprediksi ( reward dan punishment )
5) Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang dan
menghambat perilaku individu dalam kelompok social
6) Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial
ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistic
c. Tahapan Terapi Modalitas
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase
orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam
interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut
dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan cara
mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal
pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok.
Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja. Di fase kerja terapis membantu
klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada keadaan here and now.
Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok melakukan kegiatan yang
disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi.
Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya
melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku dengan saling
mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai
tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam
hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota
kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleran si terhadap
setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota
kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo.

Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Keliat Budi Ana. 1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC.

Keliat Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC.

Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis

Mosby Year Book.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).

Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai