Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Purba dkk, 2008).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000).

B. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku islasi sosial
a) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menaarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhu terjaadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga
bekerjasama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran
yang lebihh tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga.
Pendekatan kolaboratif dapat memengurangi masalah respon sosial menarik
diri.
b) Faktor biologi
Faktor genetik apat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur
otak, seperti atropi, pembesara ventrikel, penurunan berat dan volume otak
serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkanskizofrenia.
c) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia,
orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengaadopsi
norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya

1
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor
lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Stuart dan Sundeen, 1998).
2. Faktor presipitasi
Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alam
perasaan adalah :
a) Kehilangan ketertaarikan yang nyataatau yang dibayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena
elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep
persepsi merupakan hal yang sangat penting.
b) Peristiwa besar dalm kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi
sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
c) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi terutama
pada wanita
d) Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat
mencetus gangguan alam perasaan. (Stuart, 1998)

C. PROSES TERJADINYA MASALAH

Pattern of Ineffective coping Lack of Stressor Internal


parenting (koping individu development task and External
(Pola Asuhan) tidak efektif) (Gangguan Tugas (Stress Internal dan
Perkembangan) Eksternal)
Misal : Misal : Misal : Misal :
Pada anak yang Saat individu Kegagalan Stres terjadi akibat
kelahirannya tidak mengalami menjalani ansietas yang
dikehendaki kegagalan hubungan intim berkepanjangan
(unwanted child) menyalahkan orang dengan sesama dan terjadi
akibat kegagalan lain, jenis atau lawan bersamaan dengan
KB, hamil diluar ketidakberdayaan, jenis, tidak mampu keterbatasan
nikah, jenis menyangkal tidak mandiri dan kemampuan
kelamin yang mampu menyelesaikan individu untuk
tidak diinginkan, menghadapi tugas, bekerja, mengatasinya.
bentuk fisik kenyataan dan bergaul, Ansietas terjadi
kurang menawan menarik diri dari bersekolah, akibat berpisah
menyebabkan lingkungan, terlalu menyebabkan dengan orang
keluarga tingginya self ideal ketergantungan terdekat, hilangnya
mengeluarkan dan tidak mampu pada orang tua, pekerjaan atau
komentar- menerima realitas rendahnya orang yang dicitai.
komentar dengan rasa syukur. ketahanan terhadap

2
negative, berbagai
merendahkan, kegagalan.
menyalahkan
anak.

D. TANDA DAN GEJALA


Gejala subjektif :
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Respon verbal kurang dan sangat singkat
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan rang lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa ditolak
Gejala obyektif :
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Tidak mengikuti kegiatan
3. Banyak berdiam diri dikamar
4. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6. Kontak mata kurang
7. Kurang spontan
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9. Ekspresi wajah kurang berseri
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11. Mengisolasi diri
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13. Masukan makanan dan minuman terganggu
14. Retensi urine dan feses
15. Aktivitas menurun
16. Kurang energi (tenaga)
17. Rendah diri
18. Postur tubh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)

3
E. RENTANG RESPON

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

h. Menyendiri atau e. Saling tergantung a. Tergantung


solitude (interdependen) (dependen)
i. Otonomi
f. Merasa sendiri b. Manipulatif
j. Bekerjasama
(mutualisme) (lonelines) c. Impulsif
g. Menarik diri d. narcissism

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikanmasalah yang masih


dapat diterima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku. Respon ini
meliputi:
1. Menyendiri / solitude : respon seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi diri untuk menentukan
langkah-langkah selanjutnya.
2. Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima
4. Saling tergantng (independen) : suatu hubungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpesonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya. Respon yang sering
ditemukan :
1. Manipulasi : orang lain diberlakukan sebagai obyek, hubungan terpusat pada
masalah pengadilan orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan bukan pada orang
lain
2. Impulsif : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan.

4
3. Narkisisme : harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan da pujian,
sikap egosentris, pecemburu, marah bila orang lain tidak mendukung.

F. POHON MASALAH
Risiko gangguan sensori persepsi : Halusinasi

Defisit perawatan diri Isolasi sosial

Mekanisme koping tidak efektif

Gangguan konsep diri : Hargadiri rendah

G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Farmakologi
2. Electri Convulsive Terapi (ECT)
ECT atau yang lebih dikenal dengan elektroshock adalah suatu terapi psikiatri
yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha pengobatannya. ETC
bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek terapi
(therapeutic Clonic Seizure) setidaknya selama 15 detik.
3. Terapi Kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang terapist atau petugas kesehatan jiwa.
4. Terapi Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus
mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara
kesehatan manusia.

5
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stresor, sumber koping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian,
tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, setatus perkawinan, agama, tanggal
MRS, informan, tanggal pengkajian, No. Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya menyendiri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, dependen.
3. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan atau frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya,
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioprasi,
kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang
terjadi (korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain
yang tidak menghargai klien atau perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
4. Aspek fisik atau biologis
Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, pernapasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien
5. Aspek psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilag, mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.

6
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah dan PHK
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencedderai diri dan
kurang percaya diri.
6. Setatus mental
Kontak mata klien kurang atau tidak dapat mempertahankan kontak mata, kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputus asaan dan kurang
berharga dalam hidup.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersihkan dan merapikan pakaian
c) Pada observasi mandi dan berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktifitas didalam dan
diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan pengobatan dengan benar.
8. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada orang
lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi ECT, psikomotor, terapi
okopasional, TAK dan rehabilitasi.

7
B. DIAGNOSA
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

C. INTERVENSI

Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan A. Klien
keperawatan selama 3x24 SP1
jam klien dapat berinteraksi 1. Bina hubungan saling
dengan orang lain baik secara percaya
individu maupun secara 2. Identifikasi penyebab isolasi
berkelompok dengan kriteria sosial
hasil : SP2
a. Klien dapat membina 1. Diskusikan bersama klien
hubungan saling percaya. keuntungan berinteraksi
b. Dapat menyebutkan dengan orang lain dan
penyebab isolasi sosial. kerugian tidak berinteraksi
c. Dapat menyebutkan dengan orang lain
keuntungan berhubngan 2. Ajarkan kepada klien cara
dengan orang lain. berkenalan dengan satu orang
d. Dapat menyebutkan 3. Anjurkan kepada klien untuk
kerugian tidak memasukkan kegiatan
berhubungan dengan berkenalan dengan orang lain
orang lain. dalam kegiatan harian
e. Dapat berkenalan dan dirumah
bercakap-cakap dengan SP3
orang lain secara 1. Evaluasi pelaksanaan dari
bertahap. jadwal kegiatan harian klien
f. Terlibat dalam aktivitas 2. Beri kesempatan pada klien
sehari-hari. mempraktekkan cara
berkenalan dengan dua orang
3. Ajarkan klien berbincang-
bincang dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan
haarian dirumah
4. Jelaskan tentang obat yang
diberikan (jenis, dosis, waktu,
manfaat dan efek samping
obat)
5. Anjurkan klien untuk
bersosialisasi dengan orang
lain

B. keluarga
1. Diskusi masalah yang

8
dirasakan keluarga dalam
merawat klien
2. Jelaskan pengertian, tanda
dan gejala isolasi sosial yang
dialami klien dan proses
terjadinya
3. Jelaskan dan latih keluarga
cara-cara merawat klien
Gangguan Setelah dilakukan tindakan A. Pasien
konsep diri : asuhan keperawatan selama SP1
hargaadiri 3x pertemuan klien 1. Bina hubungan saling
rendah mempunyai konsep diri yang percaya
positif dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan dan
a. Dapat membina aspek positif yang dimiliki
hubungan saling percaya klien (individu, keluarga dan
b. Dapat mengidentifikasi masyarakat)
aspek positif yang SP2
dimiliki 1. Bantu klien menilai
c. Dapat kemampuan klien yang dapat
mengembangkankemamp digunakan
uan yang telah diajarkan 2. Bantu klien memilih kegiatan
d. Dapat terlibat dalam dan melatih sesuai dengan
terapi aktifitas kelompok kemampuan klien
orientasi realita dan 3. Melatih kemampuan kedua
stimulasi persepsi 4. Anjurkan klien memasukkan
e. Dapat mengikuti aktifitas dalam jadwal kegiatan harian
dirumah B. Keluarga
f. Dapat minum obat 1. Diskusi masalah yang
dengan bantuan minimal dirasakan keluarga dalam
merawat klien
2. Jelaskan pengertian, tanda
dan gejala isolasi sosial
yang dialami klien dan
proses terjadinya
3. Jelaskan dan latih keluarga
cara-cara merawat klien
harga diri rendah
4. Latih keluarga melakukan
cara merawat langsung
kepada klien harga diri
rendah dirumah
5. Bantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
6. Jelaskan follow up klien

9
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budiana. 2007. “Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (BASIC


COURSE)”. Jakarta : EGC

H. Yosep, Iyus. 2007. “Buku Ajar Keperawatan Jiwa da Advance Mental Health
Nursing”. Bandung : Refika Aditama

Muhit, Abdul. 2015. “Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi”. Yogyakarta :
Andi

10

Anda mungkin juga menyukai