Anda di halaman 1dari 7

Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan dan

edema pada otak dan selaput otak.


a. Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi perfusi
jaringa otak meningkat.
b. Criteria hasil: Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar, disorientasi
negative, konsentrasi baik, perfusi jaringan dan oksigenassi baik, TTV
dalam batas normal, dan syok dapat dihindari.

Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien berbaring 1. Mencegah nyeri kepala yang
minimal 4-6 jam setelah lumbal menyertai perubahan tekanan
pungsi. intracranial.

2. Monitor tanda-tanda peningkatan 2. Mendeteksi tanda-tanda syok.


tekanan intracranial selama
perjalanan penyakit (nadi lambat,
TD meningkat, kesadaran
menurun, nafas ireguler, refleks
pupil menurun, kelemahan).
3. Monitor TTV dan neurologis tiap 3. Perubahan-perubahan ini
5-30 menit. Catat dan laporkan manandakan ada perubahan tekanan
segera perubahan-perubahan intracranial dan penting untuk
tekanan intra-cranial ke dokter. intervensi awal.
4. Hindari posisi tungkai ditekuk 4. Mencegah peningkatan tekanan
atau gerakan-gerakan klien, intracranial.
anjurkan untuk tirah baring.
5. Tinggikan sedikit kepala klien 5. Mengurangi tekanan intracranial.
dengan hati-hati, cegah gerakan
yang tiba-tiba dan tidak perlu dari
kepala dan leher, hindari fleksi
leher.
6. Bantu seluruh aktivitas dan 6. Mencegah keregangan otot yang
gerakan-gerakan klien. Anjurkan dapat menimbulkan peningkatan
klien untuk menghembuskan tekanan intracranial.
nafas dalam bila miring dan
bergerak ditempat tidur. Cegah
posisi fleksi pada lutut.
7. Sesuaikan dan atur waktu 7. Mencegah eksitasi yang merangsang
prosedur perawatan dengan otak yang sudah iritasi dan dapat
periode reelaxsasi; hidari menimbulkan kejang.
rangsangan lingkungan yang
tidak perlu.
8. Beri penjelasan kepada klien 8. Mengurangi disorientasi dan untuk
tentang keadaa n lingkungan. klarifikasi persefsi sensorik yang
terganggu.
9. Evaluasi selama masa 9. Untuk merujuk ke rehabilitasi.
penyembuhan terhadap gangguan
motorik, sensorik dan intelektual.
10. Kolaborasi pemberian steroid 10. Menurunkan tekanan intracranial.
osmotic.

Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume


intracranial, penekanan jaringan otak, dan edema serebri.
Tujuan: tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu 3x24 jam.
Kriterria hasil: Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual
dan muntah, GCS: 4,5,6, tidak terdapat papil edema, TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji factor penyebab dari 1. Panas merupakan reflex dari
situasi/keadaan hipotalamus. Peningkatan
individu/penyebab kebutuhan metabolism dan
koma/penurunan perfusi oksigen akan menunjang
jaringan dan kemungkinan peningkatan TIK.
penyebab peningkatan TIK.
2. Pertahankan kepala/leher pada 2. Perubahan kepala pada satu sisi
posisi yang netral, usahakan dapat menimbulkan penekanan
dengan sedikit bantal. Hindari pada vena jugularis, dan
penggunaan bantal yang tinggi menghambat aliran darah ke
pada kepala. otak sehingga TIK meningkat.
3. Berikan periode istirahat 3. Memberikan suasana yang
antara perawatan dan batasi tenang dapat mengurangi respon
lamanya prosedur. psikologis dan memberikan
istirahat untuk mempertahankan
TIK yang rendah.
4. Berikan cairan intravena 4. Mengurangi edema serebral,
sesuai indikasi. peningkatan minimum pada
minimum pada pembuluh darah,
tekanan darah, dan TIK.
5. Berikan obat osmosis diuretic: 5. Duretik digunakan pada fase
manitol, furoscide. akutuntuk mengalirkan air dari
sel otak dan mengurangi edema
serebral dan TIK.
6. Berikan steroid: 6. Untuk menurunkan inflamasi
dexamethason, methyl dan mengurangi edema jaringan.
prednisone
7. Berikan analgesic narkotik: 7. Mengurangi nyeri
kodein.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret,


penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan, jalan nafas kembali
efektif.
Criteria hasil: secara subjektif sesak nafas (-), frekuensi nafas 16-20x/menit, tidak
menggunakan otot bantu nafas, retraksi ICS (-), mengi (-/-), dapat
mendemonstrasikan cara batuk efektif.
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi 1. Memantau dan mengatasi
nafas tambahan, perubahan komplikasi potensial. Pengkajian
irama dan kedalaman, fungsi pernafasan dengan
penggunaan otot-otot interval yang teratur adalah
pernafasan, warna, dan penting karena pernafasan yang
kekentalan sputum. tidak efektif dan adanya
kegagalan, akibat adanya
kelemahan atau paralisis pada
otot-otot interkostal dan
difragma berkembang dengan
cepat.
2. Atur pasisi fowler dan 2. Peninggian kepala tempat tidur
semifowler. memudahkan pernafasan,
meningkatkan ekspansi dada,
dan meningkatkan batuk lebih
efektif.
3. Ajarkan cara batuk efektif. 3. Klien berada pada risiko tinggi
bila tidak dapat batuk dengan
efektif untuk membersihkan
jalan nafas dan mengalami
kesulitan dalam menelan,
sehingga menyebabkan aspirasi
saliva dan mencetuskan gagal
nafas akut.
4. Lakukan fisioterapi dada; 4. Terapi fisik dada membantu
vibrilasi dada. meningkatkan batuk lebih
efektif.
5. Penuhi hidrasi cairan via oral 5. Pemenuhan cairan dapat
seperti minum air putih dan mengencerkan mucus yang
pertahankan asupan cairan 2500 kental dan dapat membantu
ml/hari. pemenuhan cairan yang banyak
keluar dari tubuh.
6. Lakukan pengisapan lender 6. Pengisapan mungkin diperlukan
dijalan nafas. untuk mempertahankan
kepatenan jalan nafas m,enjadi
bersih.

Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam keluhan nyeri berkurang/rasa sakit terkendali.
Criteria hasil: klien dapat tidur dengan tenang, wajah rileks, dank lien
memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
Intervensi Rasional
1. Usahakan membuat lingkungan 1. Menurunkan reaksi terhadap
yang aman dan tenang. ransangan eksternal atau
kesensitifan terhadap cahaya
dan menganjurkan klien untuk
beristirahat.
2. Compress dingin (es) pada 2. Dapat menyebabkan
kepala. vasokonstriksi pembuluh darah
otak.
3. Lakukan penatalaksanaan nyeri 3. Membantu menurunkan
dengan metode distraksi dan (memutuskan ) stimulassi rasa
relaksasi nafas dalam. nyeri.
4. Lakukan latihan gerak aktif atau 4. Dapat membantu ralaksasi otot-
pasif sesuai kondisi dengan otot yang tegang dan dapat
lembut dan hati-hati. menurunkan nyeri atau rasa
tidak nyaman.
5. Kolaborasi pemberian analgesic. 5. Pemberian analgesic dapat
menurunkan rasa nyeri.

Risiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan


ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
Tujuan: kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5x24 jam.
Criteria hasil: turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat
kemampuan menelan, sonde dilepas, berat badan meningkat 1 kg, Hb dan albumin
dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Observasi tekstur dan turgor 1. Mengetahui status nutrisi klien.
kulit.
2. Lakukan oral higiene. 2. Kebersihan mulut deapat
merangsang nafsu makan.
3. Observasi asupan dan keluaran. 3. Mengetahui keseimbangan
nutrisi klien.
4. Observasi posisi dan 4. Menghindari resiko
keberhasilan sonde. infeksi/iritasi.
5. Tentukan kemampuan klien 5. Untuk menetapkan jenis
dalam mengunyah, menelan dan makanan yang akan diberikan
refleks batuk. pada klien.
6. Kaji kemampuan klien dalam 6. Dengan mengkaji factor-faktor
menelan, batuk, dan adanya tersebut dapat menentukan
secret. kemampuan menelan klien dan
mencegah risiko aspirasi.
7. Auskultasi bising usus, amati 7. Fungsi GI bergantung pada
penurunan atau hiperaktivitas kerusakan otak. Bising usus
bising usus. menentukan respons pemberian
makan atau terjadinya
komplikasi, misalnya pada ileus.
8. Untuk mengevaluasi efektivitas
8. Timbang berat badan sesuai dari asupan makanan.
indikasi.

9. Menurunkan risiko regurgitasi


9. Berikan makanan dengan cara atau aspirasi.
meninggikan kepala. 10. Klien lebih mudah untuk
10. Letakkan posisi kepala lebih menelan karena gaya gravitasi.
tinggi pada waktu, selama dan
sesudah makan. 11. Membantu dalam melatih
11. Stimulasi bibir untuk menutup kembali sensorik dan
dan membuka mulut secara meningkatkan control muscular.
manual dengan menekan ringan
di atas bibir/ di bawah dagu jika 12. Memberikan stimulasi sensorik
dibutuhkan. (termasuk rasa kecap) yang
12. Letakkan makanan pada daerah dapat mencetuskan ussaha untuk
mulut yang tidak terganggu. menelan dan meningkatkan
masukan.
13. Klien dapat berkonsentrasi pada
mekanisme makan tanpa adanya
13. Berikan makan dengan perlahan distraksi dari luar.
pada lingkungan yang tenang. 14. Makanan lunak atau cair mudah
untuk dikendalikan didalam
14. Berikan makanan per oral mulut dan menurunkan
setengah cair dan makanan lunak terjadinya aspirasi.
ketika klien dapat menelan air. 15. Menguatkan otot fasial dan otot
15. Anjurkan klien menggunakan menelan dan menurunkan resiko
sedotan untuk minum. terjadinya tersedak.
16. Dapat meningkatkan pelepasan
16. Anjurkan klien untuk endorphin dalam otak yang
berpartisifasi dalam program meningkatkan nafsu makan.
latihan /kegiatan. 17. Untuk membersihkan cairan
17. Kolaborasi dalam memberikan pengganti dan juga makanan
cairan melalui IV atau makanan jika klien tidak mampu untuk
melalui selang. memasukkan segala sesuatu
melalui mulut.

Anda mungkin juga menyukai