Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN

MASALAH ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)

KELOMPOK 2
NAMA KELOMPOK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami pamjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah Isolasi Sosial (Menarik Diri)
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak yang membantu
dalam proses penulisan. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada kelompok kami
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan juga buat teman-teman dan orang tua
yang selalu memberikan dukungan untuk kami menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan masih mempunyai
banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan ini dapat diterima dan
nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat positif membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 24 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan oranglain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Keliat,2012). Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yang
adaptif sampai maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang dilakukan individu untuk menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan budaya.

Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering kali terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya sering dialami oleh pasien isolasi sosial. Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) di berbagai negara menunjukkan, sebesar 20-30 persen pasien yang datang ke
pelayanankesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah
kecemasan dan depresi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan isolasi sosial?.
2. Bagaimanakah tanda dan gejala isolasi sosial?.
3. Bagaimanakah intervensi keperawatan untuk pasien isolasi sosial?.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan isolasi sosial.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari isolasi sosial.
3. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada klien isolasi sosial.
BAB II
TINJAUAN TEORI

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PASIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)

A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial : menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi

1. Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya
(Damaiyanti, 2008)
2. Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
3. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012)
4. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat, 2001)

2. Penyebab

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen
(2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:

a. Faktor predisposisi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

1) Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang
salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.

3) Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak . Insiden
tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang
menderita skizofrenia.
Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat kelainan pada
struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak serta
perubahan struktur limbik.
3. Rentang respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang merupakan
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan .
Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri kesepian manipulasi


Otonomi menarik diri impulsive
Bekerja sama ketergantungan narcisme
Interdependen

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan lazim dilakukan
oleh semua orang.. respon ini meliputi:

a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya.

b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan
dalam berhubungan sosial.

c. Mutualisme (bekerja sama)


Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling
memberi dan menerima

.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka
membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang
dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku dan tidak lazim
dilakukan oleh semua orang.
Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan dengan
orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan rasa
percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain
diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain,
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada
diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha untuk
mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus, sikapnya egosentris,
pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya. (Trimelia, 2011: 9)

4. Proses terjadinya masalah


a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2012)
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini diakibatkan
oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan
penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga
seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo, 2014: 111)

5. Tanda dan gejala


a. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Klien merasa bosan
4) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
5) Klien merasa tidak berguna

b. Gejala objektif
1) Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
2) Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3) Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4) Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
5) Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara berulang-ulang
6) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7) Ekspresi wajah tidak berseri
8) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9) Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia, 2011: 15)

6. Akibat

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial
yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.
(Prabowo, 2014:112)

Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan


berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami
penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan
diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku
masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
halusinasi (Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk 2009)
7. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial
adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti, 2012: 84)

a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.


b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak dapat diterima secara sadar
dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya kegagalan
defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau bertentangan antara sikap dan
perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1) Perilaku curiga : regresi, represi
2) Perilaku dependen: regresi
3) Perilaku manipulatif: regresi, represi
4) Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi

(Prabowo, 2014:113)

8. Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:

a. Electro Convulsive Therapy (ECT)


Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan
2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik.
Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia
dalam otak.

b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam proses
terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya,
memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,
sopan, dan jujur kepada pasien.

c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan
aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat,
dan meningkatkan harga diri seseorang.
(Prabowo, 2014: 113)

9. Pohon masalah
Risiko Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial: menarik diri

Core Problem

Gangguan Konsep Diri


Harga Diri Rendah

Causa

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian
dan sumber data yang didapat
2. Alasan masuk
Ada yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindar orang lain), komunikasi kurang atau tidak
ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi dengan orang, tidak melakukan
kegiatan,sehari – hari, dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman berada
dengan orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak mampu
berkonsentrasi, merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat melangsungkan
hidup. Apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini.
3. Faktor predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Pada setiap tahapan tumbung kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan
sosial. Tugas perkembangan pada masing – masing tahap tumbuh kembang ini
memiliki karakteristik sendiri. Apakah tugas ini tidak terpenuhi, akan
mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon social maladaktif.
System keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembang respon social
maladaktif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai masalah ini
adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dan orang tua. Norma
keluarga yang tidak mendudkung hubungan keluarga dengan pihak diluar
keluarga.
b. Faktor Biologis
Genetic meruapakan salah faktor pendukung gangguan jiwa. Berdasarkan hasil
penetlitian, pada penderitas skizofrenia 8% kelainan pada struktur otak, seperti
atrofi, pembesaran ventrikel, penurunan dan volume otak serta perubahan struktur
lambik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor Sosial Budaya


Isolasi sosial meruapakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dan
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat,
dan penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan
system nilai yang berbeda dan kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak
realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan
gangguan ini.
d. Faktor Komunikasi
Dalam Keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung untuk terjadinya gangguan dalam berhubungan sosial. Dalam teori ini
termasuk masalah komunikasi yang tidak jelas yaitu suatu keadaan dimana
seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang mengahambat
untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
4. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti
kehialnga, yang mempengaruhi kemapuan individu untuk berhubungan dengan orang
lain dan menyebabkan ansietas. Stessor presipitasi dapat dikelompokkan dalam
kategori:
- Stressor Sosial Buadaya
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan beripisah dari orang
yang berarti dalam kehidupannya, misalnya dirawat dirumah sakit.
- Stressor Psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. intensitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu mengatasi
masalag diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan
(isolasi sosial).
5. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda – tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga , dilihat dari pola komunikasi ,
pengambilan keputusan dan pola asuh
b. Konsep Diri :

a. Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya , bagian tubuh yang disukai , reaksi klien
terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai . Pada klien dengan
isolasi social , klien menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi , menolak
penjelasan perubahan tubuh , preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang ,
mengungkapkan perasaan keputusasaan , mengungkapkn ketakutan .
b. Identitas Diri
Klien dengan isolasi social mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
c. Fungsi Peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat ,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya , dan bagaimana perasaan
klien akibat perubahan tersebut . Pada klien dengan isolasi social bisa berubah atau
berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menuah , putus sekolah , PHK
, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat .
d. Ideal Diri
Harapan klien terhadap keaadan tubuh yang ideal , posisi , tugas , peran dalam
keluarga , pekerjaan atau sekolah , harapan klien terhadap lingkungan , harapan klien
terhadap penyakitnya , bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya .
Pada klien dengan isolasi social cenderung mengungkapkan keputusasaan karena
penyakitnya , mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi .
e. Hubungan Sosial
Dalam setiap interaksi dengan klien , perawat harus menyadari luasnya dunia
kehidupan klien . Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien , tempat mengadu ,
bicara , minta bantuan atau dukungan baik secara material maupun non-material .
Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat sosial apa saja yang diikuti
dilingkungannya . Pada penderita ISOS perilaku sosial terisolasi atau sering
menyendiri , cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan , suka melamun , dan
berdiam diri . Hambatan klien dalam menjalin hubungan sosial oleh karena malu atau
merasa adanya penolakan oleh orang lain .
f. Spiritual
Nilai dan keyakinan , kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan , kepuasan dalam
menjalankan keyakinan .
7. Status Mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki . Pada klien
dengan isolasi social mengalami defisit perawatan diri (penampilan tidak rapi ,
penggunaan pakaian tidak sesuai , cara berpakaian tidak seperti biasanya , rambut
kotor , rambut seperti tidak pernah disisir , gigi kotor dan kuning , kuku panjang
dan hitam) .
2. Pembicaraan
Tidak mampu memulai pembicaraan , berbicara hanya jika ditanya . Cara
berbicara digambarkan dalam frekuensi (kecepatan , cepat/lambat) volume
(keras/lembut) jumlah (sedikit , membisu , ditekan) dan karakteristiknya (gugup ,
kata kata bersambung , aksen tidak wajar) . Pada pasien isolasi sosial bisa
ditemukan cara berbicara yang pelan (lambat , lembut , sedikit/membisu , dan
menggunakan kata kata simbolik)
3. Aktivitas Motorik
Klien dengan isolasi social cenderung lesu dan lebih sering duduk menyendiri ,
berjalan pelan dan lemah . Aktifitas motorik menurun , kadang ditemukan
hipokinesia dan katalepsi .
4. Afek Dan Emosi
Klien dengan isolasi social cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka
pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan) dan tumpul
(hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat).
5. Interaksi Selama Wawancara
Klien dengan isolasi social kontak mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara)
, merasa bosan dan cenderung tidak kooperatif (tidak konsentrasi menjawab
pertanyaan pewawancara dengan spontan) . Emosi ekspresi sedih dan
mengekspresikan penolakan atau kesepian kepada orang lain .

6. Persepsi-Sensori
Klien dengan isolasi social beresiko mengalami gangguan sensori/persepsi
halusinasi .
7. Proses Pikir
a. Proses Pikir
Arus : Bloking (pembicaraan terhenti tiba tiba tanpa gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali) .
Bentuk Pikir : Otistik (autisme) yaitu bentuk pemikiran yang berupa fantasia
tau lamunan untuk memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya . Hidup
dalam pikirannya sendiri , hanya memuaskan keinginannya tanpa perduli
sekitarnya , menandakan ada distorsi arus assosiasi dalam diri klien yang
dimanifestasikan dengan lamunan yang cenderung menyenangkan dirinya .
b. Isi Fikir
Social isolation (pikiran isolasi sosial) yaitu isi pikiran yang berupa rasa
terisolasi , tersekat , terkucil , terpencil , dari lingkungan
sekitarnya/masyarakat , merasa ditolak , tidak disukai orang lain , dan tidak
enak berkumpul dengan orang lain sehingga sering menyendiri .
8. Tingkat Kesadaran
Pada klien dengan isolasi social cenderung binggung , kacau (perilaku yang tidak
mengarah pada tujuan) , dan apatis (acuh tak acuh) .
9. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori , dimana klien sulit mengingat hal hal
yang telah terjadi oleh karena menurunnya konsentrasi .
10. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
Pada klien dengan isolasi social tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta
agar pertanyaan diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak
dapat menjelaskan kembali pembicaraan .
11. Daya Titik
Pada klien dengan isolasi social cenderung mengingkari penyakit yang diderita :
klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya
dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan
penyakitnya , klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya .
8. Koping Penyelasaian Masalah
Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi , represi , dan
isolasi .
1. Regresi adalah mundur kemasa perkembangan yang telah lain .
2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat diterima ,
secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran .
3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan timbulnya
kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan motivasi atau
pertentangan antara sikap dan perilaku .
B. Pohon Masalah
Resiko Halusinasi → (efek)

Isolasi Sosial → (core problem)

Harga Diri Rendah → (causa)

C. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah Kronis
3. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
4. Koping Individu Tidak Efektif
5. Intoleren Aktivitas
6. Defisit Perawatan Diri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

- Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu pasien
mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien
sepanjang hari. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah.

STRATEGI PELAKSANAAN

1) SP 1 Pasien :

1. Identifikasi penyebab:

a) Siapa yang satu rumah dengan pasien?

b) Siapa yang dekat dengan pasien? Dan apa sebabnya ?

c) Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Apa penyebabnya?

2. Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain

3. Latihan berkenalan

4. Masukkan jadwal kegiatan pasien

2) SP 2 Pasien

5. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1).

6. Melatih berhubungan social secara bertahap ( pasien dan keluarga)

7. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. 3)

SP 3 Pasien

5. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2).

6. Latih ADL (Kegiatan sehari –hari), cara bicara.

7. Masukkan dalam kegiatan jadwal klien. 4)

SP 1 Keluarga

6. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.

7. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial serta proses terjadinya.
8. Menjelaskan cara merawat klien dengan isolasi sosial.

9. Bermain peran dalam merawat pasien isolasi sosial (Simulasi)

10. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien. 5)

SP 2 Keluarga

4. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).

5. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan isolasi sosial.

6. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien. 6)

SP 3 Keluarga

4. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1, 2).

5. Evaluasi kemampuan klien

6. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

Terapi aktivitas yang cocok untuk klien isolasi sosial yaitu terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (TAKS). Hal tersebut dikarenakan klien sering menyendiri (menghindar dari orang
lain), komunikasi berkurang (bicara apabila ditanya, jawaban singkat), berdiam diri di kamar
dalam posisi meringkuk, tidak melakukan kegiatan sehari-hari, wajah tampak sedih dan lebih
sering menunduk yang menunjukkan bahwa klien mengalami masalah dalam hubungan sosial
(isolasi sosial). Oleh karena itu, terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) cocok untuk
memfasilitasi kemampuan klien dengan masalah hubungan sosial agar klien dapat bersosialisasi
kembali dengan orang lain maupun lingkungannya serta dapat meningkatkan hubungan
interpersonal dan kelompok. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) dilakukan dalam 7
sesi dengan indikasi klien menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil dan sehat secara fisik.

a. Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri

b. Sesi 2: Kemampuan berkenalan


c. Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap

d. Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu

e. Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

f. Sesi 6: Kemampuan bekerjasama

g. Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi

Analisa Data

No Analisis Data Masalah Keperawatan


1 DS :
Keluarga klien mengatakan pasien menghindar dari
orang lain
DO :
Isolasi Sosial
a. Klien lebih banyak berdiam diri
b. Lebih sering menunduk
c. Klien sering menyendiri
d. Klien tidak pernah memulai pembicaraan,
maupun
e. Wajah tampak sedih

2 DS :
a. Perawat mengatakan klien tidak mau
melakukan kegiatan sehari hari
Defisit Perawatan Diri
DO :
a. Penampilan klien tidak rapi
3 DS :
a. Perawat mengatakan klien tidak mau
melakukan kegiatan sehari hari
Defisit Nutrisi
DO :
a. Sudah 2 hari klien tidak mau makan dan minum
4 DS :
a. Klien menyendiri dan berdiam diri tidak ingin
berbicara dan meringkuk dikamar
DO:
Koping Individu Tidak
a. Klien tampak selalu menyendiri
Efektif
b. Klien terlihat jarang berbicara dengan orang
lain
c. Klien selalu diam

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Nn.M Ruangan :


Nomor RM : Diagnosa Medis :
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional

Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

DX KEP 1 TUM : No.C NIC 1. Hubungan


Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling saling percaya
Isolasi Sosial Klien dapat percaya dengan merupakan
tindakan keperawatan 3x24 langkah awal
berinteraksi dengan menggunakan prinsip
jam diharapkan klien mampu komunikasi untuk
orang lain terapeutik. menentukan
berinteraksi dengan orang lain keberhasilan
2. Kaji pengetahuan
dengan kriteria hasil : klien tentang perilaku rencana
TUK : menarik diri dan selanjutnya
1. Klien dapat
tanda-tandanya. 2. Dengan
mengungkapkan perasaan
mengetahui
- Klien dapat dan keberadaannya secara 3. Kaji pengetahuan
klien tentang tanda-tanda dan
membina hubungan verbal.
keuntungan dan gejala menarik
2. Klien mau menjawab
saling percaya. manfaat bergaul diri akan
salam. dengan orang lain. menentukan
- Klien dapat 3. Klien mau berjabat tangan.
4. Kaji kemampuan langkah
4. Klien mau menjawab klien membina
menyebutkan intervensi
pertanyaan. hubungan dengan selanjutnya.
penyebab menarik 5. Ada kontak mata. orang lain. 3. Reinforcemen
diri. 6. Klien mau duduk 5. Dorong klien untuk dapat
berdampingan dengan mengungkapkan
- Klien dapat meningkatkan
perawat. perasaanya bila harga diri.
menyebutkan 7. Klien dapat menyebutkan berhubungan dengan 4. Mengetahui
penyebab menarik diri orang lain.
keuntungan sejauh mana
yang berasal dari :
pengetahuan
berhubungan  Diri sendiri
klien tentang
dengan orang lain  Orang lain
berhubungan
 Lingkungan dengan orang
dan
8. Klien dapat lain.
- Klien dapat menyebutkan keuntungan 5. Agar klien
melaksanankan berhubungan dengan orang
lebih percaya
hubungan sosial lain, misal banyak teman,
diri
secara bertahap. tidak sendiri, bisa diskusi,
dll. berhubungan
- Klien dapat
9. Klien dapat dengan orang
mengungkap kan
menyebutkan kerugian lain.
perasaanya setelah
tidak berhubungan dengan Mengetahui
berhubungan
orang lain misal:sendiri sejauh mana
dengan orang lain.
tidak punya teman, sepi, pengetahuan
- Klien dapat
memberdaya kan dll klien tentang
sistem pendukung 10. Klien dapat kerugian bila
atau keluarga mendemonstrasikan tidak
mampu hubungan sosial secara berhubungan
mengembang kan bertahap dengan orang
kemampuan klien a) Klien – perawat lain
untuk berhubungan b) Klien-perawat-orang 6. Agar klien
dengan orang lain. lain lebih percaya
c) Klien-perawat diri dan tahu
perawat lain-klien lain akibat tidak
d) Klien-kelompok kecil berhubungan
klien-keluarga dengan orang
/kelompok/masyarakat lain.
11. Klien dapat Mengetahui
mengungkapkan perasaan sejauh mana
setelah berhubungan pengetahuan
dengan orang lain untuk: klien tentang
• Diri sendiri membina
• Orang lain hubungan
dengan orang
lain.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

( Catatan Tindakan / Perkembangan Keperawatan )

Nama : Nn.M Ruangan :

Nomor RM :
Hari/TglJam Dx Kep Tindakan Keerawatan Evaluasi Keperawatan Paraf
dan
Nama

Isolasi 1. Membina hubungan saling S:


Sosial
percaya dengan menggunakan - Klien mengatakan tidak
prinsip komunikasi terapeutik. ingin berkomunikasi dengan
2. Mendiskusikan pengetahuan orang lain
klien tentang perilaku menarik
O:
diri dan tanda-tandanya.
- Klien berbicara pelan dan lirih
3. Mendiskusikan pengetahuan - Kontak mata kurang
klien tentang keuntungan dan - Postur tubuh menunduk
manfaat bergaul dengan orang A: Masalah belum teratasi
lain.
P: Lanjutkan intervensi 1-5
4. Mengajarkan klien membina
hubungan dengan orang lain.
5. Mengajarkan klien untuk
mengungkapkan perasaanya
bila berhubungan dengan orang
lain.

IMPLEMENTASI

Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan

1. SP 1 Pasien :
• Identifikasi penyebab:
a) Siapa yang satu rumah dengan pasien?
b) Siapa yang dekat dengan pasien? Dan apa sebabnya ?
c) Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Apa penyebabnya?
• Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
• Latihan berkenalan
• Masukkan jadwal kegiatan pasien
2. SP 2 Pasien
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1).
• Melatih berhubungan social secara bertahap ( pasien dan keluarga)
• Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
3. SP 3 Pasien
• Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2).
• Latih ADL (Kegiatan sehari –hari), cara bicara.
• Masukkan dalam kegiatan jadwal klien.
4. SP 1 Keluarga
• Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
• Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial serta proses
terjadinya.
• Menjelaskan cara merawat klien dengan isolasi sosial.
• Bermain peran dalam merawat pasien isolasi sosial (Simulasi)
• Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
5. SP 2 Keluarga
• Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
• Melatih keluarga merawat langsung klien dengan isolasi sosial.
• Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
6. SP 3 Keluarga
• Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1, 2).
• Evaluasi kemampuan klien
• Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

EVALUASI
Penilaian Kemampuan Pasien dan KeluargaPasien dengan Isolasi Sosial

Nama pasien : Nn.m Ruangan

Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.

1. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervise

No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl


A Pasien

1 Menyebutkan penyebab isolasi sosial

2 Menyebutkan keuntungan berinteraksi


dengan orang lain
3 Menyebutkan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
4 Berkenalan dengan satu orang

5 Berkenalan dengan dua orang atau


lebih
6 Memiliki jadwal kegiatan
berbincangbincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
7 Melakukan perbincangan dengan orang
lain sesuai jadwal harian
B Keluarga

1 Menyebutkan pengertian, penyebab,


tanda dan gejala isolasi sosial
2 Menyebutkan cara-cara merawat pasien
dengan isolasi sosial
3 Mendemonstrasikan cara merawat
pasien dengan isolasi sosial
4 Menyebutkan tempat rujukan yang
sesuai untuk pasien isolasi sosial

Anda mungkin juga menyukai