Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

IDIOPATHIC THROMBOCYTOPENIC PURPURA


(ITP)

DISUSUN OLEH :
Rhezandra Widyansyah 202001146
Dhaifan Rifqi F.A 202001147
Ika Febiola 202001155
Elok Rahma Diesa 202001175
Aprilia Anggraeni Damaisanti 202001183

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
S1 KEPERAWATAN
2022/2022
Daftar Isi .................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .........................................................................
1.3 Manfaat Penulisan .......................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
2.1 Konsep Teori..............................................................................
2.1.1 Pengertian ITP ........................................................................
2.1.2 Etiologi ITP ............................................................................
2.1.3 Manifestasi klinis ITP.............................................................
2.1.4 Patologi dan patofisiologi ITP ................................................
2.1.5 Penatalaksanaan medis ITP ....................................................
2.1.6 Komplikasi ITP.......................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan..................................................
2.2.1 Pengkajian .............................................................................
2.2.2 Diagnosa keperawatan............................................................
2.2.3 Intervensi keperawatan ...........................................................
2.2.4 Implementasi keperawatan .....................................................
2.2.5 Evaluasi keperawatan .............................................................
BAB 3 TRIGGER CASR ..............................................................
3.1 Asuhan Keperawatan ...............................................................
3.1.1 Pengkajian .............................................................................
3.1.2 Analisa data ............................................................................
3.1.3 Diagnosa keperawatan............................................................
3.1.4 Intervensi keperawatan ...........................................................
3.1.5 Implementasi keperawatan .....................................................
3.1.6 Evaluasi keperawatan .............................................................
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) adalah gangguan perdarahan di


mana sistem kekebalan tubuh menghancurkan trombosit asli. Dalam kondisi ini
merupakan autoantibodi dihasilkan terhadap antigen trombosit. ITP mempengaruhi
perempuan lebih sering daripada pria dan lebih sering terjadi pada anak-anak daripada
orang dewasa. (Sheema, 2017).
ITP memiliki harga diri dan kualitas hidup yang rendah sebanyak 29,7%
pasien (Hemati & Kiani, 2016). Gangguan ini lebih banyak dijumpai pada orang
dengan kulit putih, 80% gangguan ini pada anak adalah jenis akut. Insidennyaa
musiman atau lebih sering dalam musim dingin dan musim semi. 50-80% anak terkena
memiliki penyakit virus sebelumnya. 10%-25% anak-anak yang terkena menderita
gangguan ini adalah gangguan kronik. (Cecily L., 2002)
Pasien dengan ITP tercatat di Amerika Serikat, diperkirakan ada 296.870
(95%) dari tahun 2006 sampai 2012. Risiko kematian berdasarkan jenis kelamin dan
usia disesuaikan pada pasien rawat inap dengan ITP adalah 22% lebih tinggi daripada
populasi AS secara keseluruhan. Prevalensi mortalitas pada rawat inap di ITP paling
tinggi untuk septicemia (11,11%,) dan perdarahan intrakranial (9,71%). (An & Wang,
2017).
Pasien ITP sebanyak 35 yang terdaftarkan pada awal penyakit, 15 pasien
mengalami ITP akut dan 20 pasien (10 perempuan dan 10 laki-laki) mengalami ITP
kronis, dengan usia kisaran 11-12 tahun (Talaat, 2014).
Usia 0-15 tahun di dapatkan sebanyak 95 anak pada periode 2001 sampai
2010 ditinjau. Usia rata-rata keseluruhan pada saat presentasi adalah 6,1 ± 3,8 tahun.
Ada 45 (47,3%) laki-laki dan 50 (52,7%) kasus perempuan. Sebanyak 34 (35,8%)
pasien memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Mengenai presentasi klinis yaitu,
memar 81 (85,3%), ruam petechial 75 (79%), epistaksis 23 (24%) umum terjadi
(Mushtaq, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pasien anak dengan Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP) dari usia 1-18 tahun di RSUP Sanglah Denpasar
pada tahun 2016 sebanyak 18 pasien anak. Diantaranya 10 pasien dengan usia 1-5
tahun, 5 pasien dengan usia 5-10 tahun, 3 pasien dengan usia 16-18 tahun. Pada tahun
2017 awal sampai bulan Oktober jumlah pasien anak sebanyak 16 pasien.
Diantaranya 7 pasien dengan usia 1-5 tahun, 7 pasien dengan usia 6-10 tahun dan 2
pasien dengan usia 16-18 tahun.
Kriteria diagnostik dari ITP adalah trombositopenia terisolasi, sumsum tulang
yang normal, dan tidak adanya penyebab lain dari trombositopenia. Kondisi ini
ditandai dengan komplikasi perdarahan ringan dan serius, tetapi jarang disertai
dengan thrombosis (Otsuki et al., 1997).
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) berlangsung selama beberapa
minggu atau bulan meskipun dalam 5% sampai 30% dari anak-anak yang terkena ITP
berdampak menjadi kondisi kronik. Sebanyak 2-5% Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura (ITP) dikaitkan dengan risiko tinggi perdarahan, seperti risiko perdarahan
cerebral, dan sering memerlukan pembatasan kegiatan fisik (Kim, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pengertian Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)
1.2.2 Etiologi Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)
1.2.3 Manifestasi Klinik Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)
1.2.4 Patologi dan Patofisiologis Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)
1.2.5 Penatalaksanaan Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)
1.2.6 Komplikasi Pengertian Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)
1.2.7 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.2.8 Trigger Case Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan
pada anak Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP).
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mengobservasi pengkajian asuhan keperawatan pada anak Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP).
- Mengobservasi diagnose keperawatan yang telah dirumuskan pada
anak Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP).
- Mengobservasi intervensi keperawatan pada anak Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP).
- Mengobservasi tindakan keperawatan pada anak Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP).
- Mengobservasi evaluasi pada anak Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura (ITP).

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat teoritis
• Bagi peneliti
Memberikan pengalaman yang nyata untuk melakukan observasi
dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak ITP dan untuk
menambah pengetahuan peneliti khususnya dalam penatalaksanaan
keperawatan pada anak ITP.
• Bagi Ilmu Pengetahuan
1) Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu
keperawatan tentang asuhan keperawatan pada anak Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP).
2) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
(ITP).

1.5 Manfaat praktis


• Bagi Pelayanan Kesehatan

1) Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan


pada anak Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP).

2) Dapat membantu penerapkan asuhan keperawatan pada anak Idiopathic


Thrombocytopenic Purpura (ITP) dengan risiko perdarahan.
• Bagi pasien
Memberikan pengetahuan tambahan pada pasien dan keluarga sehingga dapat
lebih mengetahui tentang penyakit Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
dan dapat mengetahui cara merawat anggota keluarga yang mengalami
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP).
• Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)

ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik


artinya penyebab yang tidak diketahui. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah
trombosit kurang dari 100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah dapat merupakan
akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit. Namun,
umumnya tidak ada menifestasi klinis hingga jumlahnya kurang dari 100.000/mm3 dan
lebih lanjut dipengaruhi oleh keadaan-keadaan lain yang mendasari atau yang
menyertai, seperti leukemia atau penyakit hati. (Price & Wilson, 2009).

Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit dalam darah atau darah


tidak mempunyai platelet yang cukup. Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di
dalam kulit, membrane mukosa atau permukaan serosa (Dorland, 2009 : ).

Klasifikasi ITP adalah sebagai berikut (Wiwik dan Sulistyo, 2008) :

1. Akut

a. Pada anak-anak dan dewasa muda

b. Riwayat infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya

c. Gejala Pendarahan bersifat mendadak

d. Lama penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, jarang lebih dan remisi spontan
pada 80% kasus

e. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.

2. Kronik

a. Paling banyak terjadi pada wanita muda dan pertengahan

b. Jarang terdapat riwayat infeksi sebelumnya

c. Gejala pendarahan bersifat menyusup, pada wanita berupa


menomethoragi

d. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis

e. Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.

f. Jarang terjadi remisi spontan

2.1.2 Etiologi Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)

Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan


antibody yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi adalah
respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi
untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya
sendiri. Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan
trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian besar
kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh.

Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing yang
masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh sendiri.
Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum diketahui. ITP
kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan
atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisik (radiasi, panas), kekurangan factor
pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID) dan
autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan
sekunder. Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV. Sedangkan obat-obatan
seperti heparin, minuman keras, quinidine, sulfonamides juga boleh menyebabkant
thrombositopenia. Penyebab dari ITP kemungkinan dari (Kapita Selekta, 2008 :1035) :

a) Intoksikasi makanan atau obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil
butazon, diamokkina, sedormid).

b) Mungkin bersifat kongenital atau akuisita (didapat)

c) Penurunan produksi trombosit defektif didalam sumsum tulang

d) Peningkatan proses penghancuran trombosit diluar sumsum tulang yang


disebabkan penyakit atau gangguan lain (seperti sirosis hati, koagulasi
intravaskular, diseminata)

e) Sekuestrasi (hipersplenisme, hipotermia) atau kehilangan trombosit

f) Kejadian berulang setelah infeksi virus, seperti virus epstein-barr atau


mononukleosis infeksius, virus demam berdarah.

2.1.3 Manifestasi Klinik Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)


Tanda dan gejala yang ditemukan menurut Price & Wilson (2009) yaitu :

1. Ekimosis merupakan : perdarahan yang memanjang dan semakin bertambah


dengan kadar trombosit kurang dari 50.000/mm3.

2. Ptekie merupakan titik perdarahan yang dapat dilihat pada permukaan kulit
atau pada potongan permukaan organ. Merupakan manifestasi utama dengan
jumlah trombosit kurang dari 30.000/mm3.

3. Purpura merupakan keadaan yang ditandai dengan bercak-bercak perdarahan


yang tersebar luas.

4. Terjadi perdarahan pada mukosa, jaringan dalam, dan intracranial dengan


jumlah trombosit kurang dari 20.000/mm3 dan memerlukan tindakan segera
untuk mencegah perdarahan dan kematian.

5. Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik

Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm. Sedangkan
bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang berisi cairan serosa
di atas dermis.

6. Epitaksis dan pendarahan gusi

Epitaksis terjadi sebagai gejala awal pada sepertiga dari penderita anak- anak.

7. Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia merupakan
perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml. Sedangkan metroragia
yaitu terjadinya perdarahan berupa bercak bercak diluar siklus haid.

8. Hematuri

kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-sel darah merah. Keberadaan
darah dalam urin biasanya akibat perdarahan di suatu tempat di sepanjang
saluran kemih. Pendarahan traktus urinarius cukup jarang terjadi pada
penderita ITP.

9. Melena

Pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti akibat pendarahan
pada saluran pencernaan.

10. Pendarahan intrakranial (merupakan penyulit berat, terjadi 1% pada kasus)

11. Tidak ada limfadenopati

Limfadenopati merupakan proses penyakit yang menyerang satu atau beberapa


kelenjar getah bening.

12. Splenomegali ringan, pembesaran limfa dua kali ukuran normal

Merupakan bentuk patologi, pembesaran pada limpa terjadi karena adanya


peningkatan jumlah sel fagosit dan jumlah sel darah. Limpa memiliki peranan
penting dalam patogenesis pada ITP. Limpa merupakan tempat utama produksi
antibodi antitrombosit dan destruksi trombosit yang dilapisi oleh Ig G.

2.1.4 Patologi dan Patofisiologis Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)


Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibody terhadap gliko protein
yang terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit
yang diselimuti antibody, hal tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada
limpa dan organ retikulo endotelial lainnya. Megakariosit pada sumsum tulang bisa
normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitein dalam plasma,
yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami
penurunan yang berarti, terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis
maupun epidemologis antara ITP akut dan kronis, menimbulkan dugaan adanya
perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya trombsitopenia diantara keduanya.
Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa penghancuran trombosit meningkat karena
adanya antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri atau
virus atau pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit.
Mediator lainnya yang meningkat selama terjadinya respon imun terhadap
produksi trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan
dalam regulasi sistem imun seperti pada penyakit autoimun lainnya yang berakibat
terbentuknya antibodi spesifik terhadap antibodi. Saat ini telah didefinisikan (GP)
permukaan trombosit pada ITP, diantaranya GP Ib-lia, GP Ib, dan GP V. Namun
bagaimana antibodi antitrombosit meningkat pada ITP, perbedaan secara pasti
patofisiologi ITP akut dan kronis, serta komponen yang terlibat dalam regulasinya
masih belum diketahui.
Gambaran klinik ITP yaitu:
1. Onset pelan dengan perdarahan melalui kulit atau mukosa berupa : petechie,
echymosis, easy bruising, menorrhagia, epistaksis, atau perdarahan gusi.
2. Perdarahan SSP jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal.
3. Splenomegali pada <10% kasus. (Wiwik Handayani, 2008)

2.1.5 Penatalaksanaan Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)


1. Pengobatan
Terapi untuk mengurangi proses imun sehingga mengurangi perusakan
trombosit sebagai berikut :
a. ITP Akut
1) Ringan: observasi tanpa pengobatan akan sembuh spontan.
2) Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik,
maka berikan kortikosteroid. Terapi awal prednison dosis 0,5- 1,2
mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi prednisone terjadi dalam
2 minggu dan pada umumnya terjadi dalam minngu pertama,bila respon
baik dilanjutkan sampai satu bulan.
3) Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan
immunoglobulin per IV. Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selama
2-3 hari berturut- turut digunakan bila terjadi pendarahan internal, saat AT
(antibodi trombosit) <5000/ml meskipun telah mendapat terapi
kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang progresif.
Bila keadaan gawat, maka diberikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Kronis
1. Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon
terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
2. Imunosupressan: 6 - merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
a) Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
b) Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
Jika dalam 3 bulan tidak memberi respon pada kortikosteroid
(AT<30.000/μL) atau perlu dosis pemeliharaan yang tinggi.
3. Splenektomi
Indikasi :
a) Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif
selama 3 bulan.
b) Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian
kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
c) Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun
perlu dosis tinggi untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa
perdarahan.
Kontra indikasi:
Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat
diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening dan
thymus)
a) Pemberian Ig anti G 70μg/kg
b) Terapi supportif, terapi untuk mengurangi pengaruh trombositopenia
(1) Pemberian androgen (danazol)
(2) Pemberian high dose immunoglobulin (IgIV 1 mg/kg/hari
selama 2 Hari berturut-turut) untuk menekan fungsi makrofag
dan meningkatkan AT dengan cepat.
(3) Pemberian metil prednisolon jika pasien resisten terhadap
prednison
(4) Transfusi konsentrat trombosit hanya dipertimbangkan pada
penderita dengan risiko perdarahan akut.
2. Preventif
Tindakan preventif ini untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
meningkatnya tingkat keparahan.
a. Membatasi gerakan fisik
b. Mencegah pendarahan akibat trauma
c. Melindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan
d. Menghindari obat – obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat
mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan
e. Menghindari obat penekan fungsi trombosit
f. Melakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang
g. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini
penting bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak
memiliki limfa.
2.1.6 Komplikasi Pengertian Ideopatik Thrombositopenia Purpura (ITP)
1. Reaksi transfusi
Merupakan keadaan kegawatdaruratan hematologik, pada ITP dapat terjadi
pendarahan mayor jika trombosit < 10.000/mm3. Dalam pemberian tranfusi
memang harus dalam pengawasan ketat. Reaksi transfusi dapat mengakibatkan
reaksi anafilaksis. Terjadi karena pemberian dara mengandung Ig A pada
penderita tergolong defisiensi Ig A konginetal, yang telah mendapat sensitisasi
terhadapa Ig A sebelumnya melalui tranfusi kehamilan. Reaksi dapat terjadi
dalam bentuk urtikaria dan bronkospasme.
2. Relaps
Merupakan kambuh berulang atau gagal dalam pengobatan, dan pada dewasa
perlu dilakukan splenenektomi. Relaps dapat terjadi karena tidak berespon
terhadap kortikostroid dan imunoglobulin IV.
3. Perdarahan susunan saraf pusat
Misalnya pendarahan pada subdural, kurang dari 1% penderita yang mengalami
ini dari kasus yang terkena.
4. Kematian
Trombositopenia berat yang mengancam kehidupan ditemukan bila jumlah
trombosit < 10.000/mm3.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian menurut Wiwik dan Sulistyo (2008) antara lain :
1. Data subjektif
a. Identitas Klien
1) Nama klien
2) Nomer RM
3) Umur
ITP kronik umumnya terdapat pada orang dewasa dengan usia rata-
rata 40-45 tahun.
4) Jenis kelamin
Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada pasien ITP akut
sedangkan pada ITP kronik adalah 2-3:1.
5) Status perkawinan

6) Pekerjaan

7) Agama

8) Alamat

9) Tanggal MRS

10) Diagnosa Medis

Diagnosa medis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan


penunjang, tidak bisa hanya dengan manifestasi klinik
yang ada.
11) Tanggal MRS, Jam MRS

12) Tanggal Pengkajian, Jam Pengkajian


b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
a) Ptekie

Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan dibawah


kulit, keluarnya darah dari pembuluh darah ke dermis, dan ruam tidak
memucat bila ditekan. Nilai ptekie kurang dari 5 mm apabila memucat
ketika ditekan. Sedangkan lebih dari 5 mm disebut purpura. Petekie
ditemukan bila jumlah trombosit < 30.000/mm3.

b) Ekimosis

Darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit dan gejala ini terjadi
mendadak pada penderita ITP. Ekimosis yang bertambah dan
perdarahan yang lama akibat trauma ringan ditemukan pada jumlah
< 50.000/mm3.
c) Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik
Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm.
Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang
berisi cairan serosa di atas dermis.
d) Perdarahan dibawah membran mukosa (saluran GI, kemih, genital,
respirasi)
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Epitaksis
Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan dari hidung yang
keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan lokal pada rongga
hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh.
b) Menoragia
Periodik menstruasi yang terjadi pendarahan berat atau berkepanjangan
(abnormal), periode inilah yang menyebabkan kehilangan banyak darah
dan dapat juga disertai kram.
c) Malaise
Keluhan utama dapat disertai malaise yaitu anoreksia, nafsu makan
menurun dan kelelahan, dan kelemahan. Kelemahan dapat terjadi
dengan atau tanpa disertai saat pendarahan terjadi akibat kekurangan
suplai darah tidak seimbang dengan kebutuhan.
d) Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia
merupakan perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml.
Sedangkan metroragia yaitu terjadinya perdarahan berupa bercak
bercak diluar siklus haid.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan satu atau
beberapa obat penyebab trombositopenia (heparin, kuinidin, kuinin,
antibiotik yang mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam
emas, rifampin).
4) Riwayat penyakit keluarga
ITP juga memiliki kecenderungan genetik pada kembar monozigot dan
pada beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan
menghasilkan autoantibodi pada anggota keluarga yang sama.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan karena defisit perawatan diri akibat kelemahan, sehingga
menimbulkan masalah kesehatan lain yang juga memerlukan perawatan yang
serius akibat infeksi.
2) Pola nutrisi metabolisme
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, dan sering terjadi
pendarahan pada saluran pencernaan.
3) Pola eliminasi.
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi akut karena asupan
nutrisi yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara
normal. Terjadi melena dan hematuria adalah hal yang sering dihadapi
klien.
4) Pola istirahat-tidur.
Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi.
5) Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan otot, kelelahan, nyeri
akan mempengaruhi aktifitas pada penderita ITP.
6) Pola persepsi diri
Adanya kecemasan, menyangkal dari kondisi, ketakutan dan mudah
terangsang, perasaan tidak berdaya dan tidak punya harapan untuk
sembuh.
7) Pola kognitif perseptual
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra
penglihatan dan pendengaran akibat dari efek samping obat pada saat
dalam tahap penyembuhan.
8) Pola toleransi koping stress
Adanya ketidakefektifan dalam mengatasi masalah individu dan keluarga
pada klien.
9) Pola reproduksi seksual Pada umumnya terjadi penurunan fungsi
seksualitas pada penderita ITP.
10) Pola hubungan peran
Terjadi keadaan yang sangat menggangu hubungan interpersonal karena
klien dengan ITP dikenal sebagai penyakit yang menakutkan.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan yang
hebat atau penderita tampak kurang sehat.
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Penderita dalam kelemahan, composmentis, apatis, stupor, somnolen, soporo
coma dan coma. Penilaian GCS sangat penting untuk diperhatikan.
Tanda vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan darah
sistolik meningkat dengan diastolik normal.
b. Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
Breathing (B1)
Inspeksi : Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung darah,
terjadipendarahan spontan pada hidung
Palpasi : Kemungkinan vokal vremitus menurun akibat kualitas pernapasan
buruk karena pendarahan pada saluran respirasi
Perkusi : Suara paru sonor atau pekak
Auskultasi : Adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi yang muncul
akibat dari komplikasi gejala lain.
Blood (B2)
Inspeksi : Adanya hipertensi, hemoraghi subkutan, hematoma dan Sianosis
akral. Adanya ptekie atau ekimosis pada kulit, purpura.
Palpasi : Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama dan kualitas
denyut nadi, denyut nadi perifer melemah, hampir tidak teraba. Takikardi,
adanya petekie pada permukaan kulit. Palpitasi (sebagai bentuk takikardia
kompensasi).
Perkusi : Kemungkinan adanya pergeseran batas jantung
Auskultasi : Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi peningkatan
sistolik, namun normal pada diastolik.
Brain (B3)
Inspeksi : Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala, perubahan
tingkat kesadaran, gelisah dan ketidakstabilan vasomotor.
Bladder (B4)
Inspeksi : Adanya hematuria (kondisi di mana urin mengandung darah atau
sel-sel darah merah. Keberadaan darah dalam urin biasanya akibat
perdarahan di suatu tempat di sepanjang saluran kemih.
Palpasi : Kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih karena distensi
sebagai bentuk komplikasi
Bowel (B5)
Inspeksi : Klien biasanya mengalami mual muntah penurunan nafsu makan,
dan peningkatan lingkar abdomen akibat pembesaran limpa. Adanya
hematemesis dan melena.
Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan pada
saluran cerna
Perkusi : Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah dalam
abdomen
Auskultasi : Terdengar bising usus menurun (normal 5-12x/menit).
Bone (B6)
Inspeksi : Kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan punggung, aktivitas
mandiri terhambat, atau mobilitas dibantu sebagian akibat kelemahan.
Toleransi terhadap aktivitas sangat rendah.
c. Pemeriksaan Diagnostik (Wiwik dan Sulistyo, 2008)
a. Pemeriksaan DL :
1. jumlah trombosit rendah hingga mencapai 100.000/ mm3 (normal
150.000-350.000 / mm3 )
2. Penurunan hemoglobin
3. Kadar trombopoietin tidak meningkat
b. Masa koagulasi untuk PT dan PTT memanjang
c. Foto toraks dan uji fungsi paru
d. Tes kerapuhan kapiler meningkat
e. Skrining antibodi
f. Aspirasi sumsum tulang, menunjukkan peningkatan jumlah megakariosit
g. Tes sensitif menunjukkan IgG antitrombosit pada permukaan trombosit
atau dalam serum.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan SDKI 2017
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk suplai oksigen
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Defisit pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan berhubungan kurangnya
informasi.
2.2.3 Rencana Keperawatan Berdasarkan SLKI (2019) & SIKI (2018)
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk suplai oksigen
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam perfusi perifer
meningkat dengan kriteria hasil :
1. Denyut nadi perifer meningkat
2. Warna kulit pucat menurun
3. Pengisian kapiler membaik
4. Akral membaik
5. Turgor kulit membaik
Intervensi :
Observasi
- Periksa sirkulasi perifer (mis.nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle-brachial index)
- Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok dll)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
- Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan
Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam integritas kulit
dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil :
1. Kerusakan jaringan menurun
2. Kerusakan lapisan kulit menurun
3. Perfusi jaringan meningkat
Intervensi :
Observasi
- Identifiksi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi dll)
Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Edukasi
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
-
2.2.4 Implementasi
Semua tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan atau intervensi keperawatan yang telah ditetapkan.
2.2.5 Evaluasi
Evalusi terhadap asuhan keperawatan, sesuai dengan tindakan keperawatan yang
telah dilaukan kepada pasien oleh perawat, baik tindakan keperawatan yang bersifat
mandiri maupun kolaboratif.
BAB 3
TRIGGER CASE

ASUHAN KEPRAWATAN
KASUS
Ketika pasien berumur 3 tahun, pasien dikeluhkan mengalami perdarahan di gusi
dan memar di kaki. Kemudian pasien diajak berobat ke dokter terlebih dahulu,
kemudian dirujuk ke RSUD Jembaran. Setelah kurang lebih 1 minggu di sana,
akhirnya pasien dirujuk ke RSUP Sanglah. Di RSUP Sanglah, pasien didiagnosa
menderita penyakit Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP).
Pengkajian
I. Identitas Pasien
A. Anak
1. Nama : An. W
2. TTL : Mojokerto, 5 Juli 2017
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Mojokerto
5. Agama : Islam
B. Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. K
b. Umur : 50 Tahun
c. Pekerjaan : Swasta
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Mojokerto
f. Agama : Islam
2. Ibu
a. Nama : Ny. L
b. Umur : 45 Tahun
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Mojokerto
f. Agama : Islam

II. ALASAN DIRAWAT


A. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami perdarahan di gusi serta sakit
kepala.
B. Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Ketika pasien berumur 3 tahun, pasien dikeluhkan mengalami
perdarahan di gusi dan memar di kaki. Kemudian pasien diajak
berobat ke dokter terlebih dahulu, kemudian dirujuk ke RSUD
Jembaran. Setelah kurang lebih 1 minggu di sana, akhirnya pasien
dirujuk ke RSUP Sanglah. Di RSUP Sanglah, pasien didiagnosa
menderita penyakit Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah di rawat di rumah sakit
sebelumhya karena penyakit selain ITP.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga pasien yang
menderita penyakit ITP atau kelainan darah lainnya.
C. Riwayat Alergi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat namun
pasien alergi terhadap daging sapi.
III. RIWAYAT ANAK
A. Perawatan Dalam Kandungan
Ibu pasien mengatakan memeriksakan kehamilannya kurang lebih tiga
kali di bidan. Selama masa kehamilan, ibu mengatakan ia dan
keluarganya tidak mengalami sakit yang menyebabkan janinnya terlular
penyakit.
B. Perawatan Waktu Kelahiran
Umur kehamilan ketika persalinan adalah 8 bulan, persalinan ditolong
oleh bidan, persalinan berlangsung normal, keadaan bayi setelah lahir
normal dengan BB = 3300 gram, PBL = 49 cm, LK = 32, dan LD = 31
cm.
IV. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
A. Bernafas
Ibu pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit, pasien tidak terlihat
kesulitan bernafas, suara nafas pasien normal.
B. Makan dan Minum
Nafsu makan anak sebelum sakit normal dan setelah sakit nafsu
makannya bahkan bertambah, bisa sampai 4 kali dalam sehari, ibu pasien
mengatakan pasien suka makan daging ayam, ikan, dan minum susu.
C. Eliminasi
Ibu pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit, jika pasien ingin
BAB, ia akan mengatakannya, kemudian pasien bisa melakukannya
sendiri dengan diawasi, namun untuk membilasnya, pasien masih perlu
bantuan. Konsistensi feses pasien normal, warna kuning kecoklatan,
frekuensi BAB pasien 1-2 kali/hari.
D. Aktivitas
Ibu pasien mengatakan pasien sangat suka bermain, pasien
mengatakakan mainan yang disukainya adalah mobil-mobilan. Pada saat
sakit, pasien juga tampak sering bermain mobil – mobilan serta
mewarnai. Ketika di rumah, pasien juga memiliki teman bermain yang
selalu diajak bersama.
E. Rekreasi
Saat pasien sakit ibu pasien mengatakan pasien tetap jalan – jalan ke luar
ruangan
F. Istirahat dan Tidur
Ibu pasien mengatakans sebelum dan sesudah sakit, pasien memiliki
kebiasaan tidur yaitu kencing sebelum tidur, pasien jarang mengompol.
Pasien tidur bersama orang tuanya. Pasien biasa tidur siang selama 2 jam
dan tidur malam selama 9 jam
G. Personal Hygiene/Kebersihan Diri
Ibu pasien mengatakan sebelum pasien sakit pasien bisa mandi sendiri
dengan tetap diawasi, namun setelah sakit, pasien harus dimandikan oleh
orang tuanya. Ibu pasien juga mengatakan untuk menggosok gigi, jarang
dilakukan, agar mengurangi risiko perdarahan.
H. Pengaturan Suhu Tubuh
Ibu pasien mengatakan jika pasien demam hanya diberi kompres hangat
dan obat penurun panas.
I. Rasa Nyaman
Ketika pengkajian, pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri. Ibu
pasien mengatakan pasien mengeluh nyeri setiap timbul memar di
kakinya.
J. Rasa Aman
Pasien tidak terlihat cemas dengan lingkungan sekitarnya. Pasien juga
tidak takut dengan petugas rumah sakit.
K. Belajar (Anak dan Orang Tua)
Ibu pasien mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang penyakit yang
diderita pasien. Pasien mengatakan dia baru TK dan rajin belajar, pasien
tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
L. Prestasi
Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah memiliki prestasi di sekolah
M. Hubungan Sosial Anak
Ibu pasien mengatakan pasien banyak memiliki teman di TK, dan
memiliki satu teman di rumah yang selalu diajak bersama. Hubungna
sosial anak dengan keluarga baik, pasien tidak terlihat malu-malu saat
bicara dengan orang yang baru dikenalnya.
N. Melaksanakan Ibadah
Ibu pasien mengatkan sebelum sakit, pasien selalu ikut dalam kegiatan
keagamaan. Namun semenjak pasien sakit, ia jarang melakukan kegiatan
keagamaan.
V. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Kebersihan pasien cukup, pergerakannya masih aktif, kaki pasien sedikit
kecil yang tidak proporsional dengan tubuhnya.
B. Warna Kulit
Warna kulit pasien agak pucat
C. Suara waktu menangis
Suara pasien waktu menangis seperti anak – anak pada umumnya
D. Tonus otot
Tonus otot pasien kuat
E. Turgor kulit Turgor kulit elastis
F. Udema
Udema tidak ada
G. Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut hitam dan tersebar merata, tidak ada
benjolan
H. Mata
Konjungtiva merah muda, tidak ada secret, pupil isokor, sclera tidak
ikterik
I. Hidung
Bentuk normal, hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada benjoan
J. Telinga
Bentuk telinga normal, tidak ada sekret
K. Mulu
Mukosa bibir agak kering, terdapat bekas gusi berdarah
L. Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
M. Thoraks
Bentuk dada simetris, frekuensi napas 28 x/menit dengan irama reguler,
tidak ada retraksi otot dada, warna kulit normal, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan, suara nafas vesikuler.
N. Jantung
Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran
O. Persarafan
Fungsi saraf masih bagus dibuktikan dengan refleks yang masih bagus
P. Abdomen
Bentuk simetris, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada, bising usus
normal, tidak ada asites, tidak ada pembesaran organ.
Q. Ekstremitas
Kaki pasien agak dingin, tidak ada edema, CRT < 2 detik
R. Alat Kelamin
Genetalia normal, tidak ada kelainan
S. Anus
Anus normal, tidak ada kelainan
T. Antropometri
a. BB : 18 Kg
b. TB : 104 cm
U. Gejala Kardinal
a. Suhu : 36, 7 oC
b. Nadi : 68 x/menit
c. RR : 26 x/menit
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS : Gangguan autoimun Ketidakefektifan
- Ibu pasien mengatakan perfusi jaringan
kaki pasien dingin. Trombositopenia perifer
DO :
- Kulit pasien terlihat pucat Penghancuran dan

- Kaki pasien dingin pembuangan

- HGB : 8.80 g/dL. trombosit meningkat

Perdarahan

Suplai darah ke perifer


menurun

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
2. DS : Gangguan autoimun Risiko
- Ibu pasien mengatakan Perdarahan
gusi pasien sering Adanya antibodi
berdarah. glikoprotein pada
DO : permukaan trombosit
- Adanya bekas perdarahan
pada gusi Terbentuk
- Adanya ekimosis di daerah Autoantibodi
kaki
Makrofag akan
merusak glikoprotein
IIb/IIIa pada trombosit

Trombositopenia

Risiko Perdarahan

VII. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai darah
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
VIII. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kritria Intervensi Rasional TTD
Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Lakukan penilaian 1. Menilai tanda –
perfusi jaringan asuhan keperawatan sirkulasi perifer tanda perfusi jaringn
perifer berhubungan selama 3 x 24 jam, secara komprehensif perifer yang tidak
dengan penurunan tidak terjadi perfusi (misalnya mengecek adekuat
suplai darah jaringan perifer yang nadi perifer, edema, 2. Mengetahui adanya
tidak efektif dengan waktu pengisian luka atau jaringan
kriteria hasil : perifer, warna dan yang tidak utuh
1. Tekanan systole suhu kulit) yang menyebabkan
dan dyastole 2. Inspeksi kulit apakah perfusi jaringan
dalam kisaran terdapat luka tekan tidak adekuat
normal. dan jaringan yang 3. Melancarkan
2. Pengisian kepiler tidak utuh peredaran darah
jari dalam batas 3. Tinggikan kaki 20˚ balik
normal (<2detik) atau lebih tinggi dari 4. Mencegah
3. Suhu kulit ujung jantung terjadinya dekubitus
kaki dan tangan 4. Ubah posisi pasien 5. Mengencerkan
tetap hangat setiap 2 jam sekali darah sehingga
4. Muka tidak pucat 5. Pertahankan hidrasi melancarkan
5. Hb dalam batas yang cukup untuk peredaran darah
normal mnurunkan 6. Untuk menambah
viskositas darah. komponen darah
6. Berikan transfusi yang diperlukan
darah yang sesuai untuk proses
keefektifan perfusi
jaringan perifer

IX. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No. Tanggal No. Jam Implementasi Evaluasi TTD
Dx
1. 29-11-2022 1 08.15 Melakukan penilaian sirkulasi S : Ibu pasien mengatakan
perifer (mengecek nadi perifer, kaki pasien dingin
edema, CRT, warna, dan suhu O:
kulit) - Nadi : 68 x/menit
- Tidak ada edema - CRT <
2 detik
- Warna kulit agak pucat
- Ujung tangan hangat,
ujung kaki agak dingin
2. 29-11-2022 1 08.25 Menginspeksi kulit apakah S : Ibu pasien mengatakan
terdapat luka tekan dan jaringan tidak ada luka tekan
yang tidak utuh O : Tidak terdapat luka tekan
maupun jaringan yang tidak
utuh
3. 29-11-2022 1 08.40 Meninggikan kaki pasien S:-
O : Pasien terlihat senang
4. 30-11-2022 1 08.00 Melakukan penilaian sirkulasi S : Ibu pasien mengatakan
perifer (mengecek nadi perifer, kaki pasien masih dingin
edema, CRT, warna, dan suhu O:
kulit) - Nadi : 72 x/menit
- Tidak ada edema - CRT
< 2 detik
- Warna kulit agak pucat
- Ujung tangan hangat,
ujung kaki agak dingin
5. 30-11-2022 1 08.10 Mendorong pasien untuk minum S : Ibu pasien mengatakan
air 6 – 8 gelas per hari akan mengawasi pasien untuk
selalu minum air
O : Pasien mau untuk minum
air
6. 30-11-2022 1 13.00 Memobilisasi pasien S : Pasien mengatakan senang
diajak bergerak
O : pasien tampak senang dan
antusias
7. 30-11-2022 1 13.15 Meninggikan kaki pasien S:-
O : Pasien terlihat senang
8. 30-11-2022 1 15.00 Memobilisasi pasien S : Pasien mengatakan senang
diajak bergerak
O : pasien tampak senang dan
antusias
9. 1-12-2022 1 07.00 Melakukan penilaian sirkulasi S : Ibu pasien mengatakan
perifer (mengecek nadi perifer, kaki pasien sudah mulai
edema, CRT, warna, dan suhu hangat
kulit) O:
- Nadi : 72 x/menit
- Tidak ada edema - CRT
< 2 detik
- Warna kulit agak pucat
- Ujung tangan hangat,
ujung kaki agak hangat
10. 1-12-2022 1 07.20 Mendorong pasien untuk minum S : Ibu pasien mengatakan
air 6 – 8 gelas per hari akan mengawasi pasien untuk
selalu minum air
O : Pasien mau untuk minum
air

EVALUASI
No Tanggal Jam Evaluasi TTD
.
Dx
1. 02-12-2022 07.3 S : Ibu pasien mengatakan kaki pasien
0 sudah mulai hangat
O:
- Nadi : 72 x/menit
- Tidak ada edema - CRT < 2 detik
- Warna kulit agak pucat
- Ujung tangan hangat, ujung kaki
agak hangat
A : Masalah teratasi sebagian, tujuan
belum tercapai
P : Intervensi lanjutan No. 5 & 6
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai