Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 1

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK IDEOPATIK TROMBOSITOPENIA


PURPURA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1


Dengan dosen pembimbing Ibu Hurun Ain, S.Kep., Ns, M.Kep

Oleh
Khilda Habsyiyyah (P17220192024)
Farhah Nahdia Kamilah (P17220193026)
Sumikatul Zannah (P17220193030)
Risky Rahma Sari Putri (P17220193031)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN LAWANG
2

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah diperiksan dan disetujui untuk dipresentasikan pada


tanggal………

Pembimbing

Hurun Ain, S.Kep., Ns, M.Kep


NIP 19790104 200212 2 001
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas
berkatnya limpahannya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Anak Ideopatik Trombositopenia Purpura” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , Oleh
karena itu, kritik dan saran dapat disampaikan kepada kami untuk membuat
makalah yang lebih baik selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
menambah ilmu bagi pembaca .

Malang, 4 Oktober 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar.......................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang.........................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan......................................................................1
1.3. Manfaat penulisan....................................................................2

BAB 2 Tinjauan Pustaka


2.1. Pengertian.................................................................................3
2.2. Etiologi/ penyebab...................................................................3
2.3. Tanda dan Gejala Klinis...........................................................4
2.4. Patofisiologi (narasi dan bagan)...............................................5
2.5. Komplikasi...............................................................................6
2.6. Prognosis..................................................................................7
2.7. Pemeriksaan penunjang............................................................7
2.8. Penatalaksanaan medis (terapi)................................................8
2.9. Asuhan Keperawatan
2.9.1. Pengkajian.......................................................................9
2.9.2. Diagnosa keperawatan...................................................10
2.9.3. Rencana tindakan keperawatan.....................................10

BAB 3 Simpulan Dan Saran................................................................13


Daftar Pustaka.....................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Idiopathic Thrombocytopenic Purpura atau ITP adalah penyakit yang


menyebabkan tubuh mudah memar atau berdarah, karena rendahnya jumlah sel keping
darah.ITP dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Kondisi ini tidak menular,
sehingga interaksi langsung dengan penderita tidak menyebabkan seseorang
tertular.Sel keping darah atau trombosit adalah sel darah yang berperan dalam
proses penggumpalan darah untuk menghentikan perdarahan. Ketika jumlah
trombosit rendah, seseorang akan mudah mengalami memar atau perdarahan. Jika
ITP sudah parah dan obat-obatan tidak lagi efektif dalam mengatasi gejala yang
muncul, dokter akan melakukan operasi pengangkatan organ limpa atau
splenektomi.Prosedur splenektomi bertujuan untuk mencegah penghancuran
trombosit di organ limpa. Meskipun demikian, prosedur operasi ini jarang sekali
dilakukan karena berisiko menimbulkan infeksi. Oleh karena itu ITP harus
dimengerti oleh tenaga media yang menangani anak.

1.2. TUJUAN PENULISAN

1. Mahasiswa dapat mengerti yang dimaksud dengan ITP


2. Mahasiswa memahami Bagaimana Etiologi ITP
3. Mahasiswa memahami tanda dan gejala klinis ITP
4. Mahasiswa memahami Bagaimana Patofisiologi ITP
5. Mahasiswa mengetahui Komplikasi yang bisa terjadi pada penderita ITP
6. Mahasiswa memahami Bagaimana prognosis pada penderita ITP
7. Mahasiswa mengetahui Bagaimana Pemeriksaan penunjang pada penderita
ITP
8. Mahasiswa mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan medis terapi pada
penderita ITP

1
2

9. Mahasiswa mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan pada penderita


ITP

1.3. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan


pembelajaran maupun sumber referensi khususnya mengenai penyakit Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura atau ITP sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta
menambah wawasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ITP
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari
penghancuran trombosit yang berlebihan (Suraatmaja, 2000). Trombositopenia
adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan
darah. ITP adalah jenis trombositopenia berat yang dapat mengancam
kehidupan dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3 yang ditandai dengan
mudahnya timbul memar serta perdarahan subkutaneus yang multiple.
Biasanya penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarnan ungu.
Karena jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak
memadai dan konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie/ekimosis di kulit
maupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah
trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Purpura Trombositopenia
Idiopatika adalah suatu kelainan yang didapat, yang ditandai oleh
trombositopenia, purpura, dan etiologi yang tidak jelas. ITP adalah singkatan
dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui
penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki
keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki lukamemar yang
banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune
Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).
2.2 Etiologi ITP
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi
melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel
trombosit mati.(Imran, 2008). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun,
dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri.
Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap
bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP,
antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri. (Family
Doctor, 2006). Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat,
persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.

3
4

Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun
tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda
asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet
dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh
masih belum diketahui. (ana information center,2008). ITP kemungkinan juga
disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi makanan atau obat
atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan factor
pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata (KID),
autoimun. Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik)
dan sekunder. Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya
kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan
kronik bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa). (ana
information center, 2008) Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap HIV.
Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman keras, quinidine,
sulfonamides juga boleh menyebabkan Rombositopenia. Biasanya tanda-tanda
penyakit dan faktor-faktor yang berkatan dengan penyakit ini adalah seperti
yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo lama,
pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus
yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.
2.3 Tanda dan Gejala Klinis ITP
Pada purpura trombositopenik idiopatik yang akut, gejalanya dapat
timbul secara mendadak. Sementara pada stadium kronis gejala akan timbul
secara perlahan. Pendarahan biasanya terjadi bila jumlah trombosit < 50. 000/
mm3, dan perdarahan spontan terjadi jika jumlah trombosit <10.000/mm3.
Gejala klinis pada klien dengan ITP yaitu (Wiwik dan Sulistyo, 2008) :
 Ptekie, ekimosis, dan purpura
 Keletihan, kelemahan, demam dan anoreksia
 Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik
 Epitaksis dan pendarahan gusi
 Menometroraghia
 Hematuri
5

 Melena
 Pendarahan intrakranial (merupakan penyulit berat, terjadi 1% pada
kasus)
 Tidak ada limfadenopati
 Splenomegali ringan, pembesaran limfa dua kali ukuran normal
2.4 Patofisiologi ITP
Trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang
diakibatkan oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas)
atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya sendiri).
Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit
diperpendek. Seperti kita ketahui bahwa gangguan –gangguan autoimun yang
bergantung pada antibodi manusia, palling sering menyerang unsur-unsur
darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan penyakit
ITP, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan
trombosit hospes.
Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak
menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi
bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah
dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang membawa reseptor membran
untuk IgG dalam limpa dan hati. Manifestasi utama dari ITP dengan trombosit
kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petechiae. Petechiae ini dapat
muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit
yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan
pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi
trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler
darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul
perdarahan dalam jaringan.
Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan
berdasarkan pemeriksaan pada penderita ITP dan orang-orang percobaan yang
menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima
serum ITP. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu dengan ITP, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan
6

oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta. ITP dapat juga timbul
setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa
peristiwa pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau
beberapa minggu.

2.5 Komplikasi ITP


Komplikasi ITP yang dapat terjadi adalah akibat perdarahan, baik di saluran
pencernaan maupun di organ tubuh lainnya. Perdarahan yang terjadi di otak
dapat membahayakan nyawa penderitanya, namun kondisi ini sangat jarang
terjadi.
Penggunaan kortikosteroid cukup efektif dalam mengobati ITP. Meski
begitu, obat ini berpotensi menyebabkan efek samping jika dikonsumsi dalam
jangka panjang. Efek samping yang dapat muncul adalah:
7

 Katarak
 Osteoporosis
 Diabetes
 Hilangnya massa otot
Operasi pengangkatan organ limpa dapat meningkatkan risiko terkena
infeksi bakteri, karena limpa berperan dalam melawan infeksi. Penderita ITP
yang sedang hamil dapat menjalani masa kehamilan dan persalinan secara
normal. Namun, konsultasikan dengan dokter kandungan mengenai hal-hal apa
saja yang perlu dilakukan dan dihindari, baik selama kehamilan maupun
persalinan.
Perlu diketahui, bayi yang lahir dari penderita ITP berpotensi memiliki
jumlah trombosit yang rendah. Jika hal ini terjadi, dokter anak akan melakukan
pengawasan intensif pada bayi selama beberapa hari. Dalam kondisi normal,
jumlah trombosit bayi akan menurun sebelum akhirnya naik kembali. Namun
jika jumlah trombosit bayi tidak juga meningkat selama beberapa hari, dokter
akan memberikan penanganan untuk mempercepat peningkatan trombosit.
2.6 Prognosis ITP
Kebanyakan pasien ITP mengalami peningkatan trombosit hingga ke kadar
aman tanpa terapi. Sebagian pasien membutuhkan terapi dengan sebagian kecil
pasien dapat mengalami komplikasi perdarahan. Sekitar 10% dari pasien
dengan ITP mengalami remisi spontan tanpa terapi dalam beberapa bulan
hingga beberapa tahun. Sebagian besar pasien (30 – 60%) yang menerima
terapi lini pertama akan mengalami kenaikan kadar trombosit hingga mencapai
nilai aman. Pada sebuah studi, sekitar 30% pasien membutuhkan terapi lini
kedua, termasuk pembedahan
2.7 Pemeriksaan Penunjang ITP
Pemeriksaan laboratorium utama untuk menegakkan diagnosis ITP adalah
pemeriksaan darah lengkap. Pasien dengan ITP akan mengalami
trombositopenia (<150.000/µL). Hasil darah lengkap lain, seperti hemoglobin,
leukosit, dan hitung jenis, pada ITP akut akan berada pada nilai normal. Kadar
hemoglobin dapat menurun bila terjadi perdarahan mukosa berat, seperti
epistaksis (red flag epistaksis) atau menorrhagia.
8

Pemeriksaan sumsum tulang akan memberi gambaran granulosit dan


eritrosit normal, dengan megakariosit yang dapat meningkat atau normal.
Pemeriksaan sumsum tulang diindikasikan pada pasien ITP dengan kelainan
kadar leukosit, anemia yang tidak dapat diketahui penyebabnya, dengan
pemeriksaan fisik sugestif terhadap kelainan atau keganasan pada sumsum
tulang, kegagalan terapi, atau organomegali yang disertai bisitopenia.
Pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding,
seperti infeksi HIV dan hepatitis C, pemeriksaan serologi syndrome lupus
erythematosus, elektroforesis protein serum, dan kadar imunoglobulin. Bila
terdapat anemia, pemeriksaan antiglobulin direct, seperti Coomb’s test,
mungkin diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis anemia hemolitik
autoimun dengan ITP (Evans syndrome). Selain pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan penunjang lain, seperti pemeriksaan radiologi, mungkin
diperlukan. Pencitraan dengan computed tomography (CT) scan atau magnetic
resonance imaging (MRI) dilakukan pada pasien ITP dengan kecurigaan
perdarahan intrakranial.
2.8 Penatalaksanaan Medis (Terapi)
Tata laksana ITP pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi
farmakologis. Tindakan suportif merupakan hal yang penting dalam
penatalaksanaan ITP pada anak, di antaranya membatasi aktifitas fisik,
mencegah perdarahan akibat trauma, menghindari obat yang dapat menekan
produksi trombosit atau merubah fungsinya, dan yang tidak kalah pentingnya
adalah memberi pengertian pada pasien dan atau orang tua tentang
penyakitnya. Sebagian besar kasus ITP pada anak tidak perlu dirawat di rumah
sakit, oleh karena dapat sembuh sempurna secara spontan dalam waktu kurang
dari 6 bulan. Pada beberapa kasus ITP pada anak didapatkan perdarahan kulit
yang menetap, perdarahan mukosa, atau perdarahan internal yang mengancam
jiwa yang memerlukan tindakan atau pengobatan segera. Transfusi trombosit
jarang dilakukan dan biasanya tidak efektif, karena trombosit yang
ditransfusikan langsung dirusak.. Pengobatan yang biasa diberikan pada anak
dengan ITP meliputi kortikosteroid peroral, imunoglobulin intravena (IVIG),
dan yang terakhir, anti-D untuk kasus dengan rhesus D positif. Pengobatan
9

tersebut potensial memberikan efek samping yang serius, sehingga penting


bagi kita untuk mempertimbangkan risiko-risiko tersebut agar tidak merugikan
pasien. Sebelum era IVIG, kortikosteroid per oral merupakan pengobatan
utama pada ITP karena dipercaya dapat menghambat penghancuran trombosit
dalam sistem retikuloendotelial dan mengurangi pembentukan antibodi
terhadap trombosit, serta mempunyai efek stabilisasi kapiler yang dapat
mengurangi perdarahan. Beberapa pengobatan lain yang pernah dilaporkan
bisa diberikan pada anak dengan ITP adalah; γ interferon, transfusi tukar
plasma dan protein Aimmunoadsorption, alkaloid Vinca (vinkristin dan
vinblastin), danazol, vitamin C, dan siklofosfamid.
2.9 Asuhan Keperawatan ITP
2.9.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
- Ptekie
- Ekimosis
- Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik
- Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5
cm. Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5
cm) yang berisi cairan serosa di atas dermis.
- Perdarahan dibawah membran mukosa (saluran GI, kemih,
genital, respirasi)
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi terhadap kesehatan
2) Pola nutrisi metabolisme
3) Pola eliminasi.
4) Pola istirahat-tidur.
5) Pola aktivitas latihan
10

6) Pola persepsi diri


7) Pola kognitif perseptual
8) Pola toleransi koping stress
9) Pola reproduksi seksual
10) Pola hubungan peran
11) Pola nilai dan kepercayaan
g. Pemeriksaan fisik
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
Disini untuk diagnosa kita lihat dari pengkajian pasien tetapi pada
penyakit ITP kebanyakan memiliki diagnose dibawah ini :

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan


penurunankomponen seluler yang diperlukan untuk suplai oksigen
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
c. Nyeri berhubungan dengan agen biologis (splenomegali)
2.9.3 Rencana Tindakan Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunankomponen seluler yang diperlukan untuk suplai oksigen
- Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
menunjukkan perbaikan perfusi jaringan
- Kriteria Hasil: Tidak ada atau penurunan takipneu, Menunjukan
TTV stabil
- Intervensi
1) Observasi secara berkala adanya dispnea, takipnea, adanya
bunyi nafas
2) Observasi perubahan pada tingkat kesadaran yang dapat
terjadi secara tiba-tiba
3) Pantau adanya sianosis dan perubahan pada warna kulit
termasukmembrane mukosa dan kuku.
4) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
5) Tingkatkan tirah baring atau batasi latihan fisik dan bantu
aktifitasperawatan diri sesuai keperluan
11

6) Berikan oksigen sesuai kebutuhan dan indikasi


7) Kolaborasi Pemberian Kortikosteroid, terapi awal prednison
dosis 0,5-1,2mg/kgBB/hari selama 2 minggu.
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi
- Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
menunjukkan perbaikan integritas kulit
- Kriteria Hasil: Integritas kulit baik dapat dipertahankan, Tidak ada
lesi pada kulit, Klien dapat mengidentifikasi faktor risiko atau
perilaku untuk mencegah cedera dermal
- Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya pada klien saat pemeriksaan
2) Observasi integritas kulit, catat perubahan pada turgor
3) Observasi kualitas petekie, ekimosis dan purpura yang muncul
4) Pantau adanya sianosis dan perubahan pada warna kulit
termasukmembrane mukosa dan kuku.
5) Jelaskan gejala dari proses penyakit untuk mencegah ansietas
6) Berikan kebersihan lingkungan dan tempat tidur klien yang
kering danhindari kelembapan
7) Batasi aktivitas dan hindarkan dari benda-benda berbahaya dan
tajam
8) Anjurkan dan bantu untuk sering mengubah posisi.
9) Programkan jadwal dan bantu untuk latihan rentang gerak aktif
ataupasif secara bertahap sesuai indikasi
10) Kolaborasi: Gunakan alat pelindung atau alas dengan bahan
khusus, misalnya padatempat tidur dengan sprei bahan lembut
dan tidak panas.
11) Pantau integritas kulit secara berkala, petekie, ekimosis dan
purpura
c. Nyeri berhubungan dengan agen biologis (splenomegali)
- Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60
menit nyeriberkurang dan terkontrol
12

- Kriteria Hasil: TTV dalam batas normal, Nyeri hilang atau


berkurang, Klien dapat mengontrol nyeri, Dapat mempraktekkan
manajemen nyeri
- Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien
2) Observasi keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10).
Catatfaktor-faktor yang memperberat nyeri.
3) Ajarkan teknik manajemen nyeri, dengan distraksi dan
pengalihanperhatian
4) Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
5) Anjurkan dan bantu untuk sering mengubah posisi.
6) Bantu untuk bergerak di tempat tidur, hindari gerakan yang
menyentak.
7) Kolaborasi: Lakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap,
Lakukan uji antibodi trombosit dengan tes sensitif
8) Berikan obat-obatan analgesik sesuai indikasi dan advice dokter
(misalnya : asetil salisilat)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie/ekimosis di kulit


maupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah
trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Penyakit ini diduga melibatkan
reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang
trombositnya sendiri. Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila
kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan dan kronik bila lebih dari 6
bulan. Pada purpura trombositopenik idiopatik yang akut, gejalanya dapat
timbul secara mendadak. Sementara pada stadium kronis gejala akan timbul
secara perlahan.Pemeriksaan laboratorium utama untuk menegakkan diagnosis
ITP adalah pemeriksaan darah lengkap. Selain pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan penunjang lain, seperti pemeriksaan radiologi, mungkin
diperlukan. Pencitraan dengan computed tomography (CT) scan atau magnetic
resonance imaging (MRI) dilakukan pada pasien ITP dengan kecurigaan
perdarahan intrakranial. Asuhan keperawatan klien dengan ITP terdiri dari
pengkajian dengan keluhan utama ptekie, serta pada tahap ini dapat dilakukan
pemeriksaan fisik. Tahap selanjutnya diagnose keperawatan yang dapat
ditegakkan berdasarkan hasil dari pengkajian, untuk klien dengan ITP dapat
diberikan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnose yang sudah
ditentukan.
Perawat sebagai seseorang yang bertugas memberikan asuhan keperawatan
pada klien perlu membangun hubungan melalui pendekatan agar terjalin
hubungan saling percaya, sehingga kerja sama antara perawat dan klien dapat
berjalan dengan lancer.

13
14

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A. (2009). Kamus saku Kedokteran DORLAND.Edisi 28.


Jakarta:EGC
Handayani,W. (2008). Pada Klien dengan Gangguan System Hematologi. Jakarta:
Salemba medika
Kimberly, AJ. (2012). Kapita Selekta Penyakit : dengan Implikasi Keperawatan
Edisi 2. Jakarta: EGC
Setyoboedi, Bagus, and I. D. G. Ugrasena. "Purpura Trombositopenik Idiopatika
pada Anak (patofisiologi, tata laksana serta kontroversinya)." Sari
Pediatri 6.1 (2016): 16-22.

Anda mungkin juga menyukai