OLEH :
1. SUDIRMANTOYO (202107053)
2. ROVITA AJENG PRAMESTI (202107055)
3. M. FARID ALFARIZI (202107056)
4. ALYA PARAMUDITHA (202107063)
5. SUPRIH TRI RAHAYU (202107064)
6. FEBRI PUTRI PERTIWI (202107069)
PROGRAM B S1 KEPERAWATAN
Dengan mengucapkan Segala puji bagi Allah SWT sang Maha Cahaya
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
keperawatan.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................4
KONSEP TEORI....................................................................................................................4
A. Definisi Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP).................................................4
B. Etiologi Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP).................................................4
C. Manifestasi Klinis Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)................................5
D. Patofisiologi Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP).........................................7
E. Pohon Masalah.............................................................................................................9
F. Komplikasi...................................................................................................................9
G. Penatalaksanaan.........................................................................................................10
BAB II...................................................................................................................................12
KONSEP ASKEP.................................................................................................................12
1. Pengkajian..................................................................................................................12
1. Data subjektif.................................................................................................................12
b. Riwayat Kesehatan........................................................................................................12
c. Pola Fungsi Kesehatan...................................................................................................14
2. Data Obyektif.................................................................................................................15
Breathing (B1).......................................................................................................................15
Blood (B2).............................................................................................................................16
Brain (B3).............................................................................................................................16
Bladder (B4)..........................................................................................................................16
Bowel (B5)............................................................................................................................16
Bone (B6)..............................................................................................................................17
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................17
3. Intervensi....................................................................................................................19
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24
BAB I
KONSEP TEORI
trombositopenia yang paling sering pada masa anak, dihubungkan dengan ptekie,
sering terjadi pada anak. Pada sekitar 75%, episode tersebut terjadi setelah
vaksinasi atau infeksi seperti cacar air atau mononukleosis infeksiosa. Sebagian
darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti
seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP juga
darah untuk mengkerut atau agar tidak banyak darah yang keluar. Dalam
ITP mempengaruhi perempuan lebih sering daripada pria dan lebih sering
c. Bahan kimia
penderita, 60% sembuh dalam 4-6 minggu dan lebih dari 90% sembuh
lengkap.
dengan gejala antara lain bila pasien dengan AT > 50.000/mL maka
F. Komplikasi
1. Reaksi transfusi
Merupakan keadaan kegawatdaruratan hematologik, pada ITP
dapat terjadi pendarahan mayor jik trombosit < 10.000/mm3. Dalam
pemberian tranfusi memang harus dalam pengawasan ketat. Reaksi
transfusi dapat mengakibatkan reaksi anafilaksis. Terjadi karena
pemberian dara mengandung Ig A pada penderita tergolong defisiensi Ig
A konginetal, yang telah mendapat sensitisasi terhadapa Ig A
sebelumnya melalui tranfusi kehamilan. Reaksi dapat terjadi dalam
bentuk urtikaria dan bronkospasme.
2. Relaps
Merupakan kambuh berulang atau gagal dalam pengobatan, dan
pada dewasa perlu dilakukan splenenektomi. Relaps dapat terjadi
karena tidak berespon terhadap kortikostroid dan imunoglobulin IV.
3. Perdarahan susunan saraf pusat
Tidak ada
Observasi Derajat 1B
perdarahan atau
IVIg Derajat 1B
perdarahan kulit
Kortikosteroid Derajat 1B
hanya pengobatan
Anti D Derajat 2B
lini pertama
Tidak respon
terhadap
pengobatan lini Rituximab
Derajat 2C
pertama dan Splenektomi
perdarahan mukosa
berulang
2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai O2,
e) Nyeri akut.
3. Intervensi
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan - TTV dalam batas normal. Observasi :
- Saturasi oksigen dalam batas 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
normal. kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
- Status cairan dalam batas normal. 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
- GCS : 14-15 (compos mentis). 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor
Pasien akan: kulit, CRT).
- Mampu mengenali penyebab 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil.
dan faktor resiko syok. 5. Periksa riwayat alergi.
- Mampu mengenali tanda dan gejala Teraupetik :
awal syok. 1. Berikan oksigen untuk mempetahankan saturasi
oksigen >94%
- Melaporkan jika merasakan
2. Persiapan intubasi dan ventillasi mekanis, jika perlu
tanda dan gejala awal syok.
3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine,
jika perlu
5. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok .
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral.
5. Anjurkan menghindari alegen.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
2. Nyeri Akut - Mampu mengontrol nyeri (tahu Observasi :
penyebab nyeri, mampu menggunakan 1. Identifikasi lokasi,karakteristil,durasi,
tehnik nonfarmakologi untuk frekuensi,kualitas,intensitas nyeri.
mengurangi nyeri 2. Identifikasi skala nyeri.
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
dengan menggunakan manajemen 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
nyeri meringankan nyeri.
- Mampu mengenali nyeri 5. Monitor efek samping pengunaan analgetik.
(skala, frekuensi dan tanda nyeri) Teraupetik :
- Mengatakan nyeri berkurang. 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Fasilitasi istarahat dan tidur.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
3. Intoleransi Aktivitas - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik Observasi :
tanpa disertai peningkatan tekanan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
darah,nadi,dan RR mengakibatkan kelelahan.
- Mampu berpindah dengan atau tanpa 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional.
bantuan alat 3. Monitor pola dan jam tidur.
- Sirkulasi status baik 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
- Pertukaran gas dan ventilasi adekuat. melakukan aktivitas.
Teraupetik :
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis, suara, cahaya, kunjungan)
2. Lakukan latihan gerak pasif/atau aktif.
3. Berikan aktivitas distrasi yang menenangkan.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring.
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang.
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan.
4. Gangguan citra tubuh - Pasien akan meningkatkan penilain Observasi :
dan harapan positif terhadap dirinya. 1. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
- Pasien dapat mampu mengungkapkan mengakibatkan isolasi sosial.
gambaran diri terhadap citra tubuh. 2. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri
- Keluarga dapat membantu sendiri.
memberikan penguatan positif. 3. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh
yang berubah.
Teraupetik :
1. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri.
2. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra
tubuh (mis, luka, penyakit,dll)
3. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh
secara realistis.
4. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh.
Edukasi :
1. Jelaskan pada keluarga tentang perawatan
perubahan citra tubuh.
2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh.
3. Latih peningkatan penampilan diri (mis,
berdandan).
4. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada
orang lain maupun kelompok.
6. Risiko Cedera - Pasien terhindar dari cedera Observasi :
fisik. 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis, kondisi
- Pasien dan keluarga mengetahui fisik)
resiko tinggi bahaya lingkungan. 2. Monitor status keselamatan lingkungan.
Teraupetik :
1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis,
fisik, biologi, dan kimia), jika memungkinkan
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya
dan risiko.\
3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis,
commode chair dan pegangan tangan).
Edukasi :
1. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi
bahaya lingkungan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP) merupakan kelainan perdarahan
didapat pada anak yang paling sering dijumpai. ITP merupakan kelainan autoimun yang
menyebabkan munculnya suatu antibodi terhadap trombosit. Diagnosis ITP ditegakkan
dengan menyingkirkan kemungkinan penyebab trombositopenia yang lain. Pemeriksaan
aspirasi sumsum tulang tidak rutin dilakukan pada ITP, hanya untuk kasus yang
meragukan. Pada anak umumnya ITP bersifat akut dan dapat sembuh spontan dalam
waktu kurang dari 6 bulan. Tata laksana ITP khususnya ITP akut pada anak masih
kontroversial. Pengobatan umumnya dilakukan hanya untuk meningkatkan jumlah
trombosit, namun tidak menghilangkan risiko terjadinya perdarahan intrakranial dan
perjalanan menjadi ITP kronis. Pengobatan juga potensial menimbulkan efek samping
yang cukup serius.
2. SARAN
Pengobatan yang biasa diberikan pada anak dengan ITP meliputi kortikosteroid
peroral, imunoglobulin intravena (IVIG), dan yang terakhir, anti-D untuk pasien dengan
rhesus D positif. Pengobatan-pengobatan tersebut di atas potensial memberikan efek
samping yang serius, sehingga penting bagi kita untuk mempertimbangkan risiko-risiko
tersebut agar tidak merugikan pasien.
Adanya kemajuan yang pesat dari penelitian-penelitian dalam beberapa tahun
untuk menetapkan cara tercepat meningkatkan jumlah trombosit pada pasien ITP.
Namun tidak ada penelitian yang menyinggung tentang toksisitas, biaya, dan kesulitan-
kesulitan dari pengobatan tersebut. Sehingga sekiranya perlu untuk dilakukan penelitian
mengenai hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cines DB, Blanchette VS, Chir B. Immune Thrombocytopenic Purpura. N Engl J
Med. 2018 March 28; 346:995-1008
2. Montgomery RR. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Dalam: Behrman RE, Kliegman
RM, Jenson HB, editor. NelsonTextbook of Pediatrics. 18 thed. Philadelphia: Saunders, 2017.
hal 2082-84.
3. Urgasena IDG. Gangguan Kelainan Jumlah Trombosit (Purpura Trombositik Imun). Dalam:
Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. 2nded. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2019. hal 133-
146.
4. Pokja, Tim. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I : Jakarta:
DPP PPNI.