Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A DENGAN ITP
(Idiopathic Thrombocytopenic Purpura)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa

Fasilitator :
Yeni Kartika Sari, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Umi Waqiah 8. Fajar Pradana 15. Agung Setiawan
2. Oni Puji Lestari 9. Eko Prayitno 16. Agus Kamulyan
3. Dwi Erna H 10. Medi Riono 17. Agus Samsul
4. Aldila Cahyaninggalih 11. Ani Winarti 18 Eri Novida
5. Amilatul Afidah 12. Dedi Hadi S 19. Sulistyowati P A
6. Adelia Dwi Novitasari 13. Anis S
7. Ali Ridwan 14. Oktarima D E

Program Studi Pendidikan Ners


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ITP (Idiopatic Trombositopenia
Purpura)” ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah
“KEPERAWATAN ANAK” Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan
ini dengan tepat waktu.

Asuhan keperawatan ini kami susun berdasarkan beberapa sumber dari internet
maupun literature dengan tujuan agar pembaca dapat mengerti, sehingga para pembaca
dapat mendalami tentang etika keperawatan dan dapat menerapakan etika dalam profesi
keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan kedepannya. Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama bagi Mahasiswa Keperawatan Universitas Patria Husada Blitar. Kami mengucapkan
mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penyelesaian tugas ini.

Bitar, 7 Oktober 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura. Idiopatik artinya
penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia artinya berkurangnya jumlah trombosit
dalam darahatau darah tidak mempunyai platelet yang cukup. Purpura artinya perdarahan
kecil yang ada didalam kulit, membrane mukosa atau permukaan serosa (Dorland, 1998).
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran
trombosit yang berlebihan (Suraatmaja, 2000)
ITP adalah suatu keadaan yang disifatkan oleh timbulnya ptekie atau ekimosis dikulit
ataupun pada selaput lender dan adakalanya terjadi pada berbagai jaringan dengan
penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui (FK UI, 1985)
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) adalah kondisi yang ditandai dengan
menurunnya jumlah trombosit darah (trombositopenia) dalam tubuh, sehingga
menimbulkan kecenderungan perdarahan. Bentuk perdarahan yang muncul bisa sebagai
purpura, yaitu perubahan warna pada kulit atau selaput lendir karena adanya perdarahan
pembuluh darah kecil (memar). Atau bisa juga dalam bentuk ptechiae, yaitu bintik-bintik
merah akibat pendarahan di dalam kulit. Perdarahan terjadi karena sistem kekebalan tubuh
yang menyerang trombosit, sehingga jumlah trombosit menurun (rendah). Kondisi ini bisa
terjadi pada siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Anak berusia 2–5 cukup
rentan terhadap ITP. Biasanya terjadi pasca infeksi virus.
ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purupura) adalah suatu kelainan pada sel
pembekuan darah yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan
perdarahan. Perdarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga
ruam kebiruan. Karena jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak
memadai dan konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat. Klasifikasi ITP
(Idiopathic Thrombocytopenia Purpura). ITP juga dapat dibagi menjadi dua, yakni akut
ITP dan kronik ITP. Batasan yang dipakai adalah waktu jika dibawah 6 bulan disebut akut
ITP dan diatas 6 bulan disebut kronik ITP. Akut ITP sering terjadi pada anak-anak
sedangkan kronik ITP
sering terjadi pada dewasa. (Imran, 2008)
Tabel Perbedaan ITP akut dengan ITP kronik
ITP akut ITP Kronik
Awal penyakit 2-6 tahun 20-40 tahun
Rasio L:P 1:1 1:2-3
Trombosit <20.000/ml 30.000-10.000/ml
Lama Penyakit 2-6 minggu Beberapa tahun
Perdarahan Berulang Beberapa hari/ minggu

ITP dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Kondisi ini tidak menular, sehingga
interaksi langsung dengan penderita tidak menyebabkan seseorang tertular. Sel keping
darah atau trombosit adalah sel darah yang berperan dalam proses penggumpalan darah
untuk menghentikan perdarahan. Ketika jumlah trombosit rendah, seseorang akan mudah
mengalami memar atau perdarahan.

Penyebab ITP belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Namun, dugaan utama
penyebab ITP adalah gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang disebut penyakit
autoimun. Pada penderita ITP, sistem kekebalan tubuh menganggap sel keping darah
(trombosit) sebagai benda asing yang berbahaya, sehingga dibentuk antibodi untuk
menyerang trombosit. Hal inilah yang menyebabkan jumlah trombosit menurun.
Selain itu, beberapa hal berikut ini juga dapat memicu munculnya ITP:
 Infeksi virus atau bakteri, umumnya pada anak-anak
 Vaksinasi
 Paparan racun atau bahan kimia berbahaya, misalnya insektisida
 Penyakit autoimun lain, misalnya lupus
 Pengobatan kemoterapi

B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi dikemukakan berbagai
kemungkinan diantaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah,
morbili, varisela dan sebagainya), intoksikasi makanan atau obat ( asetosal, PAS,
fenibultazon, diamox, kina, sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas),
kekurangan faktor pematangan
( misalnya malnutrisi), DIC ( misalnya pada DSS, leukimia, respiratory distress
syndrome pada neonatus) dan terakhir dikemukakan bahwa ITP ini terutama yang
menahun merupakan penyakit autonium. Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti
terhadap trombosit dalam darah penderita. Pada neonatus kadang-kadang ditemukan
trombositopenia neonatal yang disebabkan inkompatibilitas golongan darah trombosit
antara ibu dan bayi (isoimunisasi).

C. Patofisiologi
ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi.
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Kerusakan trombosit pada ITP
melibatkan autoantibody terhadap glikoprotein yang terdapat pada membrane
trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti antibody, hal tersebut
dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikulo endotelial
lainnya. Megakariosit pada sum-sum tulang bisa normal atau meningkat pada ITP.
Sedangkan kadar tromboproitein dalam plasma, yang merupakan progenitor
proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti, terutama pada
ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemologis antara ITP akut dan
kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi terjadinya
trombsitopenia diantara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya bahwa
penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibody yang dibentuk saat terjadi
respon imun terhadap infeksi bakteri, virus, atau pada imunisasi, yang bereaksi silang
dengan antigen dari trombosit. Mediator lainnya akan meningkat selama terjadinya
respon imun terhadap produksi trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah
terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun sepertipada penyakit autoimun lainnya
yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadap antibodi.
Resiko perdarahan
D. Manifestasi Klinis
a. Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen.
b. Bintik-bintik merah pada kulit terutama di daerah kaki, seringnya bergerombol dan
menyerupai rash. Bintik tersebut ,dikenal dengan petechiae, disebabkan karena
adanya pendarahan dibawah kulit .Bintik bintik merah pada kulit atau membran
mukosa, seperti di bawah mulutdisebabkan pendarahan di bawah kulit, Memar
tersebut mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas. Memar tipe ini disebut dengan
purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga-dimensi yang
disebut hematoma.
c. Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di
d. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Beberapa macam
e. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Beberapa macam pendarahan
yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP. Termasuk menstruasi yang
berkepanjangan pada wanita. Pendarahan pada otak jarang terjadi, dan gejala
pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
1. Menoragia
2. Anemia terjadi jika bnyak darah yang hilang karena pendarahan
3. Hematuria
4. Melena

E. Pemeriksaan Fisik
a. Tipe perdarahan termasuk perdarahan retina, beratnya perdarahan.
b. Perabaan hati, limpa, kelenjar getah bening.
c. Infeksi
d. Gambaran dismorfik yang diduga kelainan kongenital termasuk kelainan
e. tulang, kehilangan pendengaran.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa :

a. HB sedikit berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypocrome mycrosyter.


b. Lekosit meninggi pada fase perdarahan dengandominasi PMN.
c. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal
d. Lyphositosis dan eosinophilia terutrama pada anak

2. Pemeriksaan darah tepi.


Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali morfologi
megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma
berfakuola dan sedikit atau tanpa granula).
Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan
pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong. Karena dengan cara ini dapat
ditentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat
ditentukan penyebabnya.

G. Penatalaksanaan
a. ITP Akut
- Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
- Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid.
- Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin
per IV.
- Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
b. ITP Menahun
- Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Missal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari
peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
- Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.

1) Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.


2) Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
3) Splenektomi.
4) Indikasi:
- Resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif selama
2 – 3 bulan.
- Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja
dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
- Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis
tinggi
untuk mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan.

H. Komplikasi
Komplikasi ITP yang dapat terjadi adalah akibat perdarahan, baik di saluran
pencernaan maupun di organ tubuh lainnya. Perdarahan yang terjadi di otak dapat
membahayakan nyawa penderitanya, namun kondisi ini sangat jarang terjadi. Penggunaan
kortikosteroid cukup efektif dalam mengobati ITP. Meski begitu, obat ini berpotensi
menyebabkan efek samping jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Efek samping yang dapat
muncul adalah:
 Katarak
 Osteoporosis
 Diabetes
 Hilangnya massa otot
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/itp-idiopathic-thrombocytopenic-purpura
https://rsud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/penyakit-itp-idiopathic-
thrombocytopenic-purpura-penyakit-kelainan-trombosit-31
https://www.samuelkarta.com/artikel/penanganan-terkini-penyakit-idiopathic-
thrombocytopenia-purpura-itp.html
II. Konsep Dasar AsuhanKeperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian menurut Wiwik dan Sulistyo (2008) antara lain :

1. Datasubjektif

a. IdentitasKlien

1) Nama klien

2) NomerRM

3) Umur
4) Jenis kelamin

Rasio antara perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada pasien ITP akut sedangkan
pada ITP kronik adalah 2-3:1.
5) Status perkawinan

6) Pekerjaan

7) Agama

8) Alamat

9) Tanggal MRS

10) Diagnosa Medis

Diagnosa medis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang, tidak bisa hanya
dengan manifestasi klinik yang ada.
11) Tanggal MRS, Jam MRS

12) Tanggal Pengkajian, Jam Pengkajian

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama :

a) Ptekie

Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan dibawahkulit, keluarnya


darah dari pembuluh darah ke dermis, dan ruam tidak memucat bila ditekan. Nilai
ptekie kurang dari 5 mm apabila memucat ketika ditekan. Sedangkan lebih dari 5
mm disebut purpura. Petekie ditemukan bila jumlah trombosit < 30.000/mm3.
b) Ekimosis

Darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit dan gejala ini terjadi mendadak
pada penderita ITP. Ekimosis yang bertambah dan perdarahan yang lama akibat
trauma ringan ditemukan pada jumlah < 50.000/mm3.
c) Vesikel atau bulae yang bersifathemoragik

Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm. Sedangkan bulae
merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang berisi cairan serosa di atas
dermis.Perdarahan dibawah membran mukosa (saluran GI, kemih, genital,
respirasi)
2) Riwayat penyakitsekarang

a) Epitaksis

Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan dari hidung yang
keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan lokal pada rongga hidung
ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh.
b) Menoragia

Periodik menstruasi yang terjadi pendarahan berat atau berkepanjangan


(abnormal), periode inilah yang menyebabkan kehilangan banyak darah dan dapat
juga disertai kram.
c) Malaise

Keluhan utama dapat disertai malaise yaitu anoreksia, nafsu makan menurun dan
kelelahan, dan kelemahan. Kelemahan dapat terjadi dengan atau tanpa disertai saat
pendarahan terjadi akibat kekurangan suplai darah tidak seimbang dengan
kebutuhan.

d) Menometroraghia

Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia merupakan


perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml. Sedangkan metroragia yaitu
terjadinya perdarahan berupa bercak bercak diluar siklus haid.
3) Riwayat penyakitdahulu
Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan satu atau beberapa obat
penyebab trombositopenia (heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik yang mengandung
sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam emas, rifampin).
4) Riwayat penyakitkeluarga

ITP juga memiliki kecenderungan genetik pada kembar monozigot dan pada
beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan menghasilkan
autoantibodi pada anggota keluarga yangsama.
c. Pola FungsiKesehatan

1) Pola persepsi terhadapkesehatan

Terjadi perubahan karena defisit perawatan diri akibat kelemahan, sehingga


menimbulkan masalah kesehatan lain yang juga memerlukan perawatan yang
serius akibat infeksi.
2) Pola nutrisi metabolisme

Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, dan sering terjadi pendarahan
pada saluran pencernaan.
3) Pola eliminasi.

Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi akut karena asupan nutrisi yang
kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal. Terjadi melena
dan hematuria adalah hal yang sering dihadapiklien.
4) Pola istirahat-tidur.

Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi.

5) Pola aktivitas latihan

Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan otot, kelelahan, nyeri akan
mempengaruhi aktifitas pada penderitaITP.
6) Pola persepsidiri

Adanya kecemasan, menyangkal dari kondisi, ketakutan dan mudah terangsang,


perasaan tidak berdaya dan tidak punya harapan untuk sembuh.
7) Pola kognitifperseptual

Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra


penglihatan dan pendengaran akibat dari efek samping obat pada saat dalam tahap
penyembuhan.
8) Pola toleransi kopingstress

Adanya ketidakefektifan dalam mengatasi masalah individu dan keluarga pada


klien.

Pola reproduksi seksual Pada umumnya terjadi penurunan fungsi seksualitas pada
penderitaITP.
9) Pola hubungan peran

Terjadi keadaan yang sangat menggangu hubungan interpersonal karena klien


dengan ITP dikenal sebagai penyakit yang menakutkan.
10) Pola nilai dan kepercayaan

Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan yang hebat
atau penderita tampak kurang sehat.

2. DataObyektif

a. KeadaanUmum

Penderita dalam kelemahan, composmentis, apatis, stupor, somnolen, soporo coma


dan coma. Penilaian GCS sangat penting untuk diperhatikan.

Tanda vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan darah sistolik
meningkat dengan diastolik normal.
b. Pemeriksaan Fisik (B1-B6)

Breathing (B1)

Inspeksi :

Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung darah, terjadipendarahan spontan


pada hidung
Palpasi:

Kemungkinan vokal vremitus menurun akibat kualitas pernapasan buruk karena


pendarahan pada saluran respirasi
Perkusi :
Suara paru sonor atau pekak

Auskultasi :

Adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi yang muncul akibat dari
komplikasi gejala lain.

Blood (B2)

Inspeksi :

Adanya hipertensi, hemoraghi subkutan, hematoma dan Sianosis akral. Adanya


ptekie atau ekimosis pada kulit, purpura.
Palpasi :

Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama dan kualitas denyut nadi,
denyut nadi perifer melemah, hampir tidak teraba. Takikardi, adanya petekie pada
permukaan kulit. Palpitasi (sebagai bentuk takikardiakompensasi).
Perkusi :

Kemungkinan adanya pergeseran batas jantung

Auskultasi : Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi peningkatan sistolik,


namun normal pada diastolik.

Brain (B3)

Inspeksi :

Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala, perubahan tingkat kesadaran,


gelisah dan ketidakstabilan vasomotor.

Bladder (B4)

Inspeksi :

Adanya hematuria (kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-sel darah
merah. Keberadaan darah dalam urin biasanya akibat perdarahan di suatu tempat di
sepanjang saluran kemih.
Palpasi :

Kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih karena distensi sebagai bentuk
komplikasi

Bowel (B5)

Inspeksi :

Klien biasanya mengalami mual muntah penurunan nafsu makan, dan peningkatan
lingkar abdomen akibat pembesaran limpa. Adanya hematemesis dan melena.
Palpasi :

Adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan pada

saluran cerna

Perkusi :

Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah dalam abdomen


Auskultasi :
Terdengar bising usus menurun (normal 5-12x/menit).

Bone (B6)

Inspeksi : Kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan punggung, aktivitas mandiri
terhambat, atau mobilitas dibantu sebagian akibat kelemahan. Toleransi terhadap
aktivitas sangat rendah.
2. Pemeriksaan Diagnostik (Wiwik dan Sulistyo,2008)

a. Pemeriksaan DL:

1. jumlah trombosit rendah hingga mencapai 100.000/ mm3(normal 150.000-


350.000 / mm3)
2. Penurunanhemoglobin

3. Kadar trombopoietin tidakmeningkat

b. Masa koagulasi untuk PT dan PTTmemanjang

c. Foto toraks dan uji fungsiparu


d. Tes kerapuhan kapilermeningkat

e. Skriningantibodi

f. Aspirasi sumsumtulang,menunjukkanpeningkatanjumlahmegakariosit
g. TessensitifmenunjukkanIgGantitrombositpadapermukaantrombositatau
dalamserum.
B. Diagnosa
A. DiagnosaKeperawatan
Diagnosakeperawatanyang munculadalahsebagaiberikut:
1) Nyeriakutberhubungandenganagenpencederafisiologis
2) Intoleransiaktivitasberhubungandengankelemahanfisik
3) Resikogangguanintegrtaskulitberhubungandengan factor imunologis
B. RencanaTindakan
1. Nyeriakut
Tujuan :
Setelahdilakukantindakankeperawatan 3 x 24 jam
tingkatnyerimenurundengankriteriahasil
1. keluhan nyeri menurun
2. meringis menurun
3. gelisah menurun
4. kesulitan tidur menurun
5. muntah menurun
6. mual menurun
2. intoleransi aktivitas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam toleransi aktivitas meningkat
dengan kriteria hasil
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Keluhan lelah menurun
3. dyspnea saataktivitasmenurun
4. dyspnea setelah aktivitas menurun
5. perasaan lemah menurun

3. Resikogangguanintegritaskulit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam integritas kulit dan jaringan
meningkat dengan kriteria hasil
1. kerusakan jaringan menurun
2. kerusakan lapisan kulit menurun
3. nyeri menurun
4. kemerahan menurun
C. IntervensiKeperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaf isiologis
Observasi
- Identifikasilokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaboras ipemberian analgetik, jika perlu
2. Intoleransiaktivitasberhubungandengankelemahanfisik
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakiba kan kelelahan
- Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
- Sediakanlingkungannyamandanrendah stimulus
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivita ssecara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
3. Resiko gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan factor
imunologis
Observasi
- Identifikasipenyebabgangguanintegritaskulit
Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Gunakan produk berbahn ringan / alami dan hipoalergik pada kulit sensitive
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “KW” DENGAN
IDIOPATIK TROMBOSITOPENIA PURPURA (ITP)

I. IDENTITAS
A. Anak
1. Nama : An. A
2. Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
3. Tanggal lahir/umur : 20 Juni 2016
4. JenisKelamin : Perempuan
5. Agama : islam
B. OrangTua
1. Ayah
a. Nama : Tn. K (Ayah Kandung)
b. Umur : 39 Tahun
c. Pekerjaan : PNS
d. Pendidikan : D3
e. Agama : Islam
f. Alamat : jl. Suryat 25
2. Ibu
a. Nama : Ny. K (IbuKandung)
b. Umur : 30 Tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Pendidikan : D3
e. Agama : Islam
f. Alamat : jl. Suryat 25
II. ALASAN DIRAWAT
A. KeluhanUtama
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami perdarahan pada gusi dan nyeri kepala serta
badan terasa lemas.
B. Riwayat Penyakit
1. Riwayat PenyakitSekarang
Ketika pasien berumur 3 tahun, pasien dikeluhkan mengalami perdarahan di gusi
dan memar di kaki. Kemudian pasien diajak berobat ke dokter terlebih dahulu,
kemudian dirujuk ke RSUD mardi waluyo. Setelah kurang lebih 2 minggu di
sana, akhirnya pasien dirujuk ke RSSA malang . Di RSSA Malang, pasien
didiagnosa menderita penyakit Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP)
2. Riwayat PenyakitDahulu
Ibu pasien mengatakan pasien sering di rawat di rumah sakit

sebelumya karena penyakit ITP.


3. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit
ITP atau kelainan darah lainnya.
C. Riwayat Alergi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat namun pasien
alergi terhadap daging sapi.
III. PEMERIKSAAN FISIK
 Kesan Umum
Kebersihan pasien cukup, pergerakannya masih aktif meskipun tampak lemas, kaki
pasien sedikit kecil yang tidak proporsional dengan tubuhnya.
 Pengkajian Nyeri :
Pasien mengatkan nyeri bertambah jika buat aktifitas/ bergerak, seperti ditekan di
bagian kepala, skala nyeri : 4 (wong baker face) , nyeri hilang timbul
 WarnaKulit
Warna kulit pasien agak pucat
 Suara waktu menangis
Suara pasien waktu menangis seperti anak – anak pada umumnya
 Tonus otot
Tonus otot pasien kuat
 Turgor kulit
Turgor kulit elastis
 Udema
Udema tidak ada
 Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut hitam dan tersebar merata, tidak ada benjolan
 Mata
Konjungtiva merah muda, tidak ada secret, pupil isokor, sclera tidak ikterik
 Hidung
Bentuk normal, hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada benjoan
 Telinga
Bentuk telinga normal, tidak ada sekret
 Mulut
Mukosa bibir agak kering, terdapat bekas gusi berdarah
 Leher

Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
 Thoraks
Bentuk dada simetris, frekuensi napas 28 x/menit dengan irama reguler, tidak ada
retraksi otot dada, warna kulit normal, tidak ada nyeri tekan, tidakada benjolan,
suara nafas vesikuler.
 Jantung
Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran
 Persarafan
Fungsi saraf masih bagus dibuktikan dengan refleks yang masih bagus
 Abdomen
Bentuk simetris, distensi tidak ada, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal,

tidak ada asites, tidak ada pembesaran organ.


 Ekstremitas
Ektremitas atas : akral hangat CRT< 2 detik, Ekatremitas bawah : kaki pasien agak
dingin, tidak ada edema, CRT < 2 detik, Ekatremitas atas hangat.
 Alat Kelamin
Genetalia normal, tidak ada kelainan
PEMERIKSAANPENUNJANG
Nama : An. A
JenisKelamin : Laki-laki
Jenis Sample : Darah

PARAMETER
HEMATOLOGI NILAI
DarahLengkap HASIL SATUAN RUJUKAN REMARKS METODE

(CBC)

WBC 10.18 103 µ/L 6.0 - 14.0 Flowcytometri

 BA% 0.65 % 0.0 - 0.70 Flowcytometr i

 NE# 6.45 103 µ/L 1.10 - 6.60 Flowcytometr i

 LY# 2.55 103 µ/L 1.80 - 9.00 Flowcytometr i

 EO# 0.06 103 µ/L 1.0 - 0.70 Flowcytometr i

 BA# 0.07 103 µ/L 0.0 - 1.10 Flowcytometr i

HGB 8.80 g/dL 12.0 - 26.0 Flowcytometr i


Rendah
HCT 36.44 % 36.0 - 49.0 Flowcytometr i

MCV 78.77 Fl 78.0 - 102.0 Flowcytometr i

MCH 25.00 Pg 25.0 - 35.0 Flowcytometr i

MCHC 30.56 g/dL 31 - 36 Flowcytometr i

RDW 16.11 % XI.6 - 18.7 Flowcytometr i

PLT 25 103 µ/L 140 - 440 Critical Flowcytometr i


Value
 DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISA DATA

Tanggal / jam Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan


5 maret 2022 jam DS : Ibu pasien mengatakan
07.30 anaknya pusing, nyeri Nyeri Akut Agen Pencedera
bertambah bila untuk
Fisiologis
aktifitas, nyeri seperti
ditekan.

DO :pasien memegang
kepala dan memejamkan
mata, akral dingin

Skala nyeri 4

S : 36,5 N:104x/mnt
RR:28x/mnt

5 maret 2022 jam DS : Ibu pasien mengatakan


07.30 gusi pasien sering berdarah Resiko Trombositopenia
DO : Adanya bekas Perdarahan
perdarahan pada gusi, adanya
ekimosis
PLT : 25.000 µ/L

DS : Ibu pasien mengatakan Intoleransi Kelemahan fisik


5 maret 2022 badan pasien lemas Aktifitas
jam 07.30 DO : Akral dingin, Wajah
pucat Rr : 28/mnt
Spo2: 98 %
 Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pusing
2. Resiko perdarahan b.d trombositopenia d.d perdarahan pada gusi
3. Intoleransiaktifitas b.d kelemahan fisik d.d badan lemas

1.1 Intervensi Keperawatan


No. Masalah SLKI SIKI
Keperawata
n
. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen nyeri
selama 3 x 24 jam, maka nyeri akut menurun Tindakan :
dengan kriteria hasil: 1. Observasi
1. keluhan nyeri kepala sudah berkurang a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
2. pasien sudah tidak memejamnkan mata intensitas nyeri
3. skala nyeri sudah berkurang b. Identifikasi skala nyeri
2. Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasipemebrian analgesic, jika perlu.

Resiko Setelah dilakukan intervensi keperawatan


Pencegahan pendarahan
Perdarahan
selama 3 x 24 jam, maka tingkat pendarahan
Tindakan “
menurun dengan kriteria hasil:
1. Observasi
- Kelembapan membran mukosa
 Monitor tanda dan gejala perdarahan
meningkat
 Monitor hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah
- Kelembapan kulit meningkat
kehilangan darah
2. Terapeutik
 Pertahankan bed rest selama perdarahan
 Batasi tindakan invasive, jika perlu
3. Edukasi
Implementasi dan Evaluasi
Dx Implementasi Evaluasi
nyeri akut b.d agen pencedera Selasa 08 maret 2022 Selasa 08 maret 2021
fisiologis d.d pusing Jam 10.00 wib Jam 14.00 wib
1. mengidentifikasi lokasi,durasi nyeri S : ibu pasien mengatakan mengatakan agak pusing tapi
Hasil : pasien sudah tidak memegang kepala sudah berkurang
dan pasien sudah dapat melakukan aktifitas, O : pasien sudah dapat melakukan aktifitas
seperti ke kamar mandi A : Masalah teratasi sebagian
2. Identifikasi skala nyeri P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : dari skala 0-10 pasien memilih nomer
1 (nyeri ringan dapat melakukan aktifitas)

Dx Implementasi Evaluasi
Resiko perdarahan b.d Selasa 08 maret 2022 Selasa 08 maret 2022
trombositopenia d.d perdarahan Jam 10.00 wib Jam 14.00 wib
pada gusi 1.memonitor tanda dan gejala perdarahan S : Ibu pasien mengatakan kadang- kadang gusi dan
Hasil : terlihat ada bekas perdarahan pada bibir pasien masih berdarah.
gusi O : keluarga bertanya tentang informasi yang diberikan
2. monitor nilai hematokrit /hb sebelum dan (hasil plt dan penanganan lebih lanjut)
sesudah kehilangan darah A : Masalah belum teratasi
Hasil : ada memar di kaki dan dada P : Intervensi dilanjutkan
Ada purpura, Ada ekimosis
PLT : 25 x 103µ/L

Dx Implementasi Evaluasi
Intoleransi aktifitas b.d Selasa 08 maret 2022 Selasa 08 maret 2022
kelemahan fisik d.d badan Jam 10.00 wib Jam 14.00 wib
lemas 1.memonitor pola jam tidur S : pasien dan keluarga paham dan mengerti mengenai
Hasil : pasien sudah bisa tidur sesuai jam informasi yang diberikan
tidurnya O : pasien dan keluarga bertanya tentang informasi yang
2. monitor kelelahan fisik dan emosional diberikan
Hasil : pasien hanya berbaring di bed, sesekali A : Masalah teratasi
duduk di bed untuk mengurangi kejenuhan P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai