Oleh:
Pembimbing
SURAKARTA
2017
0
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
14 Februari 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Pada tubuh seseorang yang menderita ITP, sel-sel darahnya kecuali sel
darah merah berada dalam jumlah yang normal. Sel darah merah adalah sel-
sel sangat kecil yang menutupi area tubuh pasca luka kemudian membentuk
bekuan darah. Seseorang dengan sel darah merah yang terlalu sedikit dalam
tubuhnya akan sangat mudah mengalami luka memar dan bahkan mengalami
perdarahan dalam periode cukup lama setelah mengalami trauma luka.
Manifestasi klinis ITP sangat bervariasi mulai perdarahan ringan sampai fatal.
Kadang asimptomatik, kadang bintik-bintik kecil merah (petechiae) muncul
pada permukaan kulit. Jika jumlah sel darah merah sangat rendah, penderita
ITP bisa juga mengalami mimisan (epitaksis) yang sukar berhenti, atau
mengalami perdarahan dalam organ ususnya.
B. Tujuan
C. Manfaat
3
2. Agar pembaca dapat mengetahui tanda dan gejala pada penyakit
IMMUNE TROMBOCYTOPENIA PURPURA (ITP).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gambar 1.Perbedaan pembuluh darah pada orang sehat dan penderita ITP
5
ITP (Immune thrombocytopenic purpura) adalah suatu kondisi autoimun
dimana dimana autoantibodi IgG dibentuk untuk mengikat trombosit sehingga
jumlah platelet atau trombosit rendah (angka trombosit darah perifer <
15.000/L). Adanya trombositopenia pada ITP ini akan mengakibatkan
gangguan pada sistem hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem
vaskular faktor koagulasi darah terlibat secara bersamaan dalam
mempertahankan hemostasis normal. Tubuh akan mengeluarkan
trombopoietin lebih banyak untuk merangsang trombopoiesis. Seseorang
dengan keping darah yang sangat rendah di dalam tubuhnya akan sangat
mudah mengalami luka memar dan bahkan mengalami perdarahan dalam
periode cukup lama setelah mengalami trauma luka.
B. Epidemiologi
Insidensi ITP pada anak-anak antara 4,0 5,3 per 100.000 ITP akut
umumnya menyerang anak-anak usia antara 2 6 tahun. 7 28 % anak-anak
dengan ITP akut berkembang menjadi kronik 15 20 %. ITP pada anak
berkembang menjadi bentuk ITP kronik pada beberapa kasus menyerupai ITP
dewasa yang khas. Insideni ITP pada anak diperkirakan 0,46 per 100.000
anak per tahun. Rasio antara perempuan dan laki-laki adaah 1:1 pada pasien
ITP akut sedangkan pada ITP kronik adalah 2 3 : 1.
C. Etiologi
Penyebab ITP ini tidak diketahui. Seseorang yang menderita ITP, dalam
tubuhnya membentuk antibodi yang mampu menghancurkan sel-sel darah
merahnya. Dalam kondisi normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat
terhadap bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi untuk
penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel darah merah tubuhnya
sendiri.
6
D. Patofisiologi
7
yang diperkirakan dipicu oleh antibodi akan menimbulkan pacuan
pembentukan neoantigen yang berakibat produksi antibodi yang cukup untuk
menimbulkan trombositopenia.
8
Gambar 2. Patogenesis ITP
9
(5) Reseptor sel immunoglobulin sel B yang mengenali antigen trombosit (B-
cell clone-2)
(6) Lalu menginduksi proliferasi dan sintesis antiglikoprotein Ib/IX antibodi
dan juga meningkatkan produksi anti-glikoprotein IIb/IIIa antibodi oeh B-
cell clone 1.
Secara genetik, ITP telah didiagnosa pada kembar monozigot dan pada
beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan menghasilkan
autoantibodi pada anggota keluarga yang sama. Adanya peningkatan
prevalensi HLA-DRW2 dan DRB*0410 pada beberapa populasi etnis
diketahui. Alel HLA-DR4 dan DRB*0410 dihubungkan dengan respon yang
menguntungkan dan merugikan terhadap kortikosteroid, dan HLADRB1*1510
dihubungkan dengan respon yang tidak menguntungkan terhadap splenektomi.
Meskipun demikian, banyak penelitian gagal menunjukkan hubungan yang
konsisten antara ITP dan kompleks HLA yang spesifik.
10
Gambar 3. Mekanisme kerja terapi ITP
(1) Obat yang digunakan sebagai terapi awal ITP akan menghambat terjadinya
klirens antibodi yang menyelimuti trombosit oleh ekspresi reseptor Fcg
pada makrofag jaringan.
11
meningkatan trombosit dengan cara menghalangi kemampuan makrofag
dalam sumsum tulang untuk menghancurkan trombosit, seangkan
trombopoetin berperan merangsang progenitor megakariosit.
(4) Antibodi monoclonal terhadap CD 154 yang saat ini menjadi target uji
klinik, merupakan kostimulasi molekul yang diperlukan untuk
mengoptimalkan sel-T makrofag dan interaksi sel-T dan sel-B yang
terlibat dalam interaksi antibodi dan pertukaran klas.
(7) Tranfusi trombosit diperlukan pada kondisi darrat untuk terapi perdarahan.
Efek dari stafilokokkus protein A masih dalam penelitian.
12
aktif, tetapi jarang ditemukan pada pasien yang mengalami remisi. Hilangnya
antibodi-antibodi berkaitan dengan kembalinya jumlah trombosit yang normal.
Pada trombosit masa hidup akan memendek pada ITP berkisar dari 2-3 hari
sampai beberapa menit. Pasien yang trombositopenia ringan sampai dengan
mempunyai masa hidup terukur yang lebih lama dibandingkan dengan pasien
dengan trombositopenia berat.
E. Klasifikasi
1. ITP akut: berlangsung 6 bulan. Sering dijumpai pada anak, jarang pada
dewasa. Onset penyakit biasanya mendadak, riwayat infeksi mengawali
terjadinya perdarahan berulang, sering dijumpai eksantem pada anak-anak
(rubeola dan rubella) dan penyakit saluran napas yang disebabkan oleh
virus (varicella zooster dan ebstein barr). Manifestasi perdarahan ITP akut
pada anak biasanya ringan, perdarahan intrakranial terjadi < 1% pasien.
Pada ITP dewasa bentuk akut jarang terjadi, namun dapat mengalami
perdarahan dan perjalanan penyakit lebih fulminan. ITP akut pada anak
biasanya self-limiting, remisi spontan terjadi pada 90% penderita, 60%
sembuh dalam 4-6 minggu dan lebih dari 90% sembuh dalam 3-6 bulan.
13
AT < 10.000/ml terjadi perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan
gastrointestinal dan genitourinaria) dan resiko perdarahan sistem saraf
pusat.
F. Diagnosis
1. Anamnesis.
2. Pemeriksaan fisik
14
Gambar 4. Purpura pada tungkai penderita ITP
3. Pemeriksaan Penunjang
15
a) Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi (GDT)
Gambar 5. Trombosit dan megakariosit. (a) apusan darah tepi menunjukkan trombosit
normal (panah putus-putus) (b) apusan darah tepi menunjukkan trombositopenia dengan
trombosit besar (panah putus-putus ) pada ITP (c) bone marrow dengan jumlah normal
megakariosit (panah) (d) aspirasi bone marrow menunjukkan peningkatan megakariosits
(panah) pada ITP.
16
b) Pemeriksaan Helicobacter pylori
Kadar antibodi (IgG, IgA, dan IgM) harus diukur pada orang
dewasa. Juga harus dipertimbangkan pada anak-anak dengan ITP awal.
Kadar yang rendah dapat menunjukkan kondisi yang umum pada
imunodefisiensi (CVID) atau defisiensi IgA selektif.
17
f) Tes antibodi antiplatelet: tes antibodi-glikoprotein spesifik
G. Diagnosis banding
ITP harus dibedakan dari proses aplasia atau infiltratif sumsum tulang.
Purpura trombositopenia dapat merupakan manifestasi awal SLE, AIDS, atau
limfoma, tetapi penyakit-penyakit ini jarang pada anak. Berikut beberapa
diagnosis banding dari ITP:
Imun Aplasia/displasia
Keturunan
Tabel 2. Diagnosis banding ITP. Keterangan: ITP, immune thrombocytopenic purpura; SLE, systemic
lupus erythematosus; APLS, anti-phospholipid syndrome; ES, Evans syndrome; CVID, common
variable immune deficiency; NAIT, neonatal alloimmune thrombocytopenia; PTP, post-transfusion
purpura; * Hepatitis viruses B and C, human immunodeficiency virus and H.pylori have proven
associations with thrombocytopeni.
18
H. Penatalaksanaan
19
Terapi prednison dosis tinggi tidak boleh berlanjut terus dalam upaya
untuk menghindari operasi. Splenektomi diindikasikan jika pasien
tidak merespon pada prednison awal atau memerlukan prednison dosis
tinggi yang tidak masuk akal untuk mempertahankan jumlah platelet
yang memadai atau yang perlu terapi trombosit terus menerus.Efek
splenektomi pada kasus yang berhasil adalah menghilangkan tempat
tempat antibodi yang tertempel trombosit yang bersifat merusak dan
menghilangkan produksi antibodi anti trombin. Indikasi splenektomi
adalah sebagai berikut
20
a. PTI menetap lebih dari 3 bulan
c. AT < 30.000/uL
21
Gambar 6 : Pengelolaan PTI awitan dewasa (Sumber : Cines DB,
Blanchette VS, 2002)
22
Pasien yang mendapat terapi metilprednisolondosis tinggi mempunyai
respon lebih cepat (4,7 vs 8,4 hari) dan mempunyai angka respons
(80%vs 53%). Respons steroid intravena bersifat sementara pada
semua pasien dan memerlukan steroid oral untuk menjaga agar AT
tetap adekuat.
23
g) Immunosupresif dan kemoterapi kombinasi: Terapi dengan
azatioprin (2 mg/kg maksimal 150 mg/hari) atau siklofosfamid sebagai
obat tunggal dapat dipertimbangkan dan responnya bertahan sampai
25%. Pada pasien yang berat,simptomatik, ITP kronik refrakter
terhadap berbagai terapis ebelumnya. Pemakaian siklofosfaraid,
vinkristin dan prednisolon sebagai kombinasi telah efektif digunakan
seperti pada limfoma.
3. Rekomendasi terapi ITP yang gagal terapi lini pertama dan kedua
24
I. Prognosis
BAB III
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Terrel DR., Beebe LA., Vesly SK., Neas BR., Segal JB., George JN (2009). The
incidence of immune thrombocytopenic purpura in children and adults: A critical
review of published reports. American Journal of Hematology, 174-80.
27