MENINGITIS
oleh :
Pembimbing
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat dari kepanitraan klinik
senior di bangsal Neurologi RSUP M Djamil Padang secara umumnya, dan dapat menjadi
panduan untuk para pembaca secara khususnya.
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal
yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan
virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat
akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan
droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan
tenggorok penderita.4 Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan
penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan
protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain
karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri
Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus,
serosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman Tuberculosis dan virus.10
Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai prognosis yang lebih baik,
cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab meningitis virus yang paling
Herpes simplex , Herpes zooster, dan enterovirus jarang menjadi penyebab meningitis
aseptik(viral).11
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak
yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan
arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai
getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
serebrospinal.
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat
erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid
dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang.
atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,
misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan
Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-
sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung
makrofag.14
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal
letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta
rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan
oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti
oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada
meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,
muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam
makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas.
Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada
palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit
dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan
gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan
berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang
biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit juga
bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium
prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi
biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam,
tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa
apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala,
konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat
gelisah.20
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan
kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan
meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda
peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III
atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai
koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa
nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135°
(kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti
rasa nyeri.
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan
cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
2.7. Pemeriksaan Penunjang Meningitis 23
2.7.1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa
jenis bakteri.
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
a. Orang/ Manusia
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada
bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna.24
berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika
Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya
kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun.9 Insidens Rate pada
usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000.7 Setelah 10 tahun penggunaan vaksin,
Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000.9 Di Uganda (2001-2002) Insidens Rate
b. Tempat
rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji),
dan penyakit ISPA.16 Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang
Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia
meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens
Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik.15
Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-
kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara
insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi
selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar
virus.21 Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate meningitis virus sebesar 10,9
per 100.000 Penduduk dan sebagian besar kasus terjadi pada musim
panas.26
a. Host/ Pejamu
bayi di bawah usia dua tahun.7 Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan yang berkulit
putih.27 Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap kelompok umur tetapi lebih
sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan jarang pada usia di
bawah 6 bulan kecuali bila angka kejadian Tuberkulosa paru sangat tinggi. Diagnosa
pada anak-anak ditandai dengan test Mantoux positif dan terjadinya gejala meningitis
menemukan odds ratio anak yang sudah mendapat imunisasi BCG untuk menderita
meningitis Tuberculosis sebesar 0,2.19 Penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rofiq
(2000) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengenai daya lindung vaksin
terjadinya meningitis Tb pada anak sebanyak 0,72 kali bila penderita diberi BCG
dewasa muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat terjadi waktu orang menderita
Mumpsvirus sering terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak
(Lee,2005) , menunjukkan resiko laki-laki untuk menderita meningitis dua kali lebih
b. Agent
hanya dalam waktu 24 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut
usia.5
Meningitis Meningococcus yang sering mewabah di kalangan jemaah haji dan
A,B,C,X,Y,Z dan W 135. Grup A,B dan C sebagai penyebab 90% dari penderita. Di
Eropa dan Amerika Latin, grup B dan C sebagai penyebab utama sedangkan di Afrika
dan Asia penyebabnya adalah grup A.17 Wabah meningitis Meningococcus yang
terjadi di Arab Saudi selama ibadah haji tahun 2000 menunjukkan bahwa 64%
merupakan serogroup W135 dan 36% serogroup A. Hal ini merupakan wabah
penyakit.20
Meningitis karena virus termasuk penyakit yang ringan. Gejalanya mirip sakit
flu biasa dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Pada waktu terjadi KLB
Mumps, virus ini diketahui sebagai penyebab dari 25 % kasus meningitis aseptik pada
orang yang tidak diimunisasi. Virus Coxsackie grup B merupakan penyebab dari 33
% kasus. 9 Resiko untuk terkena aseptik meningitis pada laki-laki 2 kali lebih sering
dibanding perempuan.29
c. Lingkungan
dengan kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi kontak atau hidup serumah
dengan frekuensi infeksi Tuberculosa paru. Jadi dipengaruhi keadaan sosial ekonomi
dan kesehatan masyarakat. Penyakit ini kebanyakan terdapat pada penduduk dengan
keadaan sosial ekonomi rendah, lingkungan kumuh dan padat, serta tidak mendapat
imunisasi.3
terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
pengantar virus. Lebih sering dijumpai pada anak-anak daripada orang dewasa.
dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak
dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan
purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat
tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC
dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan.
prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 – 2 minggu dan
a. Pencegahan Primer
meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan
bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti
(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).10 Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb-
OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan
dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR.20 Vaksinasi Hib dapat
melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib hingga 97%. Pemberian
imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan
sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis
dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi
ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat
membentuk antibodi.5
(antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan penderita.9
Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan Y.35
meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya
memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang),
lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah
dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih
b. Pencegahan Sekunder
masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas
pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota keluarga
penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk menemukan
Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang berat
digunakan sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan tekanan intrakranial dan
c. Pencegahan Tertier
atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Pedagang
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berumur 37 tahun dirawat di bangsal Neurologi
angsur
dengan keluarga. Sejak 5 hari ini pasien tidak dapat lagi berkontak dengan
keluarga
keempat anggota gerak kaku, mata melirik keatas, lidah tidak tergigit
Yunus Bengkulu
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Pernafasan : 24x/menit
Toraks
Paru
Perkusi : sonor
Jantung
Abdomen
Perkusi : timpani
Korpus vertebrae
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah (-) (-)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Dolls eye Dolls eye
manuver tidak manuver tidak
bergerak bergerak
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Menggerakkan rahang Sulit dinilai Sulit dinilai
Menggigit Sulit dinilai Sulit dinilai
Mengunyah Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensorik
Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai
Divisi maksila
- Refleks masseter Sulit dinilai Sulit dinilai
- Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai
Divisi mandibula
- Sensibilitas Sulit dinilai Sulit dinilai
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata (+) (+)
Fissura palpebral (+) (+)
Menggerakkan dahi Tidak dapat Tidak dapat
dilakukan dilakukan
Menutup mata (+) (+)
Mencibir/ bersiul Tidak dapat Tidak dapat
dilakukan dilakukan
Memperlihatkan gigi Plika Plika
nasolabialis nasolabialis
simetris simetris
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dapat Tidak dapat
dilakukan dilakukan
Hiperakusis (-) (-)
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik (-) (-)
Detik arloji (-) (-)
Rinne tes Tidak dapat Tidak dapat
dilakukan dilakukan
Weber tes Tidak dapat dilakukan
Schwabach tes Tidak dapat dilakukan
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus
- Pendular
- Vertikal (-) (-)
- Siklikal (-) (-)
(-) (-)
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Tidak dapat Tidak dapat
dilakukan dilakukan
Refleks muntah (Gag Rx) (+) (+)
Kanan Kiri
Arkus faring Sulit dinilai Sulit dinilai
Uvula Sulit dinilai Sulit dinilai
Menelan Sulit dinilai Sulit dinilai
Suara (+) (+)
Nadi Teratur Teratur
N. XI (Asesorius) = tidak dapat dilakukan
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan (-) (-)
Menoleh ke kiri (-) (-)
Mengangkat bahu kanan (-) (-)
Mengangkat bahu kiri (-) (-)
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Deviasi (-) Deviasi (-)
Kedudukan lidah dijulurkan Deviasi (-) Deviasi (-)
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)
4. Pemeriksaan koordinasi
6. Pemeriksaan sensibilitas
7. Sistem refleks
8. Fungsi otonom
- Defekasi : baik
9. Fungsi luhur
Darah :
Hb : 8,2 gr/dl
Leukosit : 10.500/mm3
Trombosit : 218000
PT : 11,9
APTT : 36,1
IV. Pemeriksaan tambahan
LED
Diffcount
V. Diagnosis :
VI. Prognosis :
VII. Terapi :
O2 10L/menit
NGT MC TKTP
Kateter
PCT 3x750 mg
DAFTAR PUSTAKA
3. Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006. Lumbar
http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf
5. Gerdunas TBC. 2005. Penemuan Penderita TBC Pada Anak. Cited 1 Mei
http://update.tbcindonesia.or.id/module/article.php?articleid=11&print=1&
Available from
http://72.14.235.104/search?q=cache:xphPjYDb40J:library.usu.ac.id/down
load/fk/bedah-iskandar%2520japardi5.pdf+sarang+laba-
laba%2Bmeningitis&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id&client=firefox-a. April
13 th, 2008.
7. Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2 URL :
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm
2015;42(1):15-19.
Elsevier, USA.
hhtp://www.who.int/csa/dan/1996_09_02a/en/.
13. CDC. 2002. Morbidity and Mortality Weekly Report, Vol. 51. No. 23. United
States. http://www.cdc.gov/mmwr/PDF/wk/mm5123.pdf.
14. Touch, Souk, dkk. 2009. The Rationale for Integrated Chilhood
http://emedicine.medscape.com/article/223910-clinical
16. EHA/AFRO team. 2009. Weekly Emergency Situation Update. Vol. 2. No. 29
http://www.who.int/biological/vaccine/tick_borne_encephalitis/en/
18. Balitbangkes Departemen Kesehatan RI. 2008. Riskesdas 2007.
http://www.k4health.org/system/files/laporanNasional%20Riskesdas%202
007.pdf
19. Febriani, N. 2010. Pola Penyakit Saraf Pada Penderita HIV/AIDS di RSUP. Dr.
20. Magdalena, Dameria. 2002. Distribusi Frekuensi Penderita Meningitis Anak yang
Dirawat Inap di RSU Pirngadi Medan Tahun 1999-2001. Skripsi FKM USU,
21. Erika, S. 2004. Karakteristik Penderita Meningitis Anak Yang Dirawat Inap di RS
24. Lydia, Cindi. 2010. Karakteristik Penderita Meningitis Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2006-2009. Skripsi FKM USU Medan.
26. Mansjoer, Arif.,dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapis, Jakarta.
27. Shulman, T Stanford. 1994. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. Gadjah
29. Greenberg, David. 2002. A lange Medical Book Clinical Neurology. Edisi 5. Mc
Surabaya.
31. Mardjono, M. dan Priguna Sidharta. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat,
Jakarta.
32. Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi 2. Salemba Medika, Jakarta.
33. Wibowo, Daniel. 1994. Anatomi Susunan Saraf Pusat. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.