Oleh:
PRESEPTOR:
2017
BAB I
PENDAHULUAN
terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak
diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun SM, namun kemajuan dalam
1906 vaksin BCG berhasil ditemukan. Lama sesudah itu, mulai ditemuan Obat
pertama yang efektif. Setelah itu ditemukan Thiacetazone dan Asam Para-
Tuberculosis yang resisten terhadap OAT. Epidemi HIV AIDS yang terjadi sejak
tahun 1980-an semakin memperberat kondisi epidemi TB. Pada akhir tahun 1980-
1
Sejak tahun 1969 pengendalian TB dilakukan secara nasional melalui Puskesmas.
bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional diseluruh
dasar.1
bagi pasien.
1.2 TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
dunia telah terinfeksi kuman TB dan menurut regional WHO jumlah terbesar
kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia.3
WHO melaporkan pada tahun 2013 bahwa diperkirakan terdapat 8,6 juta
kasus TB pada tahu 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien
TB dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada diwilayah Afrika.
Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TBMDR
dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2012, kasus TB pada
kematian/ tahun.4
kematian kedua setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa
3
penyakit TB merupakan penyebab kematian kedua, sementara SKRT 2001
golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit
positif yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga
Anak-anak hingga usia lima tahun memiliki kerentanan yang tinggi. Anak
dengan usia antara lima tahun hingga awal pubertas relatif tahan terhadap
infeksi TB.
terkait atau faktor gaya hidup seperti merokok, atau kemampuan untuk
• Daya tahan tubuh. Seseorang dengan daya tahan tubuh yang rendah,
4
dengan terapi kortikosteroid, gastrektomi, dan stadium akhir penyakit
ginjal.
kejadian tuberkulosis.
2.4 PATOGENESIS
1.TUBERKULOSIS PRIMER
jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut:
integrum)
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
5
a) Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya. Salah satu contoh adalah
biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang
yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
tuberkulosis primer.
2. TUBERKULOSIS POST-PRIMER
6
primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat
yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil.3
Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut :
b. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan diatas
7
• Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed
2.5 KLASIFIKASI
1. TUBERKULOSIS PARU
positif
8
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
M.tuberculosis positif
• Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30
dosis harian)
9
c) Kasus pindahan (Transfer In) Adalah penderita yang sedang mendapatkan
d) Kasus lalai berobat Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1
bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
positif.
e) Kasus Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau
f) Kasus kronik Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih
baik
g) Kasus bekas TB
10
2. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dll. Diagnosis
sebaiknya didasarkan atas kultur spesimen positif, atau histologi, atau bukti klinis
oleh klinisi untuk diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh. TB di luar paru
Pada pasien TB gejala klinis yang terjadi dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu gejala respiratorik (atau gejala lokal dari organ yang terlibat) dan gejala
sistemik. 4
1. Gejala respiratorik
• Batuk ≥ 3 minggu
• Batuk darah
• Sesak napas
• Nyeri dada
11
Gejala respiratorik yang dialami oleh pasien sangat bervariasi, dari mulai
tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi yang
mengenai paru pasien. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical check
up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
2. Gejala Sistemik
Demam
Malaise
Keringat malam
Anoreksia
Gejala TB ekstra paru yang dialami pasien tergantung dari organ yang
lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa
gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya
terdapat cairan.4
12
terdapatnya paling sedikit satu spesimen konfirmasi M. tuberculosis atau sesuai
isoniazid terhadap kelompok pasien berikut ini pada saat mulai pengobatan:5
Semua pasien dengan riwayat OAT. TB resisten obat banyak didapatkan pada
Semua pasien dengan HIV yang didiagnosis TB aktif khususnya mereka yang
Semua pasien baru di daerah dengan kasus TB resisten obat primer >3%.
Pasien baru atau riwayat OAT dengan apusan dahak BTA tetap positif pada
akhir fase intensif maka sebaiknya melakukan apusan dahak BTA pada bulan
berikutnya. Jika hasil apusan BTA tersebut masih positif maka biakan M.
tuberculosis dan uji resistensi obat atau pemeriksaan Xpert MTB/RIF harus
dilakukan.
1. Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala lokal dari organ yang terlibat) dan gejala sistemik.4
• Batuk ≥ 3 minggu
• Batuk darah
• Sesak napas
• Nyeri dada
13
• Demam
2. Pemeriksaan Jasmani
organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung
umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada
umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen
posterior , serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah,
auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang
terdapat cairan.
abses”4
3. Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk
14
pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
jarum halus/BJH).4
dengan cara:
lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada
fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi)
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas
objek atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl
0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam
pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim
15
• Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian
tengahnya
• Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari
• Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung
• Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman,
• Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik
kecil
dahak
laboratorium.
bronkoalveolar (BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat
Pemeriksaan mikroskopik:4
16
Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening) Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dahak dipekatkan lebih
rpm
merah
kuningan
bila : 2 kali positif, 1 kali negatif → Mikroskopik positif 1 kali positif, 2 kali
negatif → ulang BTA 3 kali , kemudian bila 1 kali positif, 2 kali negatif →
aktif, maka hasil pemeriksaan dahak 1 kali positif, 2 kali negatif tidak perlu
diulang.4
17
Pemeriksaan biakan kuman: Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
• Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
• Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau
fibrotik
18
• Kompleks ranke
paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik
luluh paru terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit
untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik
tersebut.
penyakit Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
dapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif) : a. Lesi minimal
, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih
dari volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua
depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra
torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak dijumpai kaviti. b. Lesi luas Bila proses lebih
5. Pemeriksaan Penunjang
konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat
19
ketelitian dalam pelaksanaannya. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu
dengan cara yang benar dan sesuai standar. Apabila hasil pemeriksaan PCR
positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang kearah diagnosis TB,
maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB.
dapat berasal dari paru maupun luar paru sesuai dengan organ yang terlibat.
Enzym linked immunosorbent assay (ELISA) Teknik ini merupakan salah satu
uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral berupa proses antigen-
antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain adalah
direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini
tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai
yang sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada
Uji peroksidase anti peroksidase (PAP) Uji ini merupakan salah satu jenis uji
20
berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38
garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit
terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada
para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar
antibodi yang terdeteksi. Saat ini pemeriksaan serologi belum bisa dipakai
mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan
d. Pemeriksaan Cairan Pleura Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta
cairan pleura perlu dilakukan pada penderita efusi pleura untuk membantu
tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada
analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah
21
e. Pemeriksaan histopatologi jaringan Bahan histopatologi jaringan dapat
diperoleh melalui biopsi paru dengan trans bronchial lung biopsy (TBLB),
trans thoracal biopsy (TTB), biopsi paru terbuka, biopsi pleura, biopsi kelenjar
getah bening dan biopsi organ lain diluar paru. Dapat pula dilakukan biopsi
aspirasi dengan jarum halus (BJH =biopsi jarum halus). Pemeriksaan biopsi
histopatologi pada jaringan paru atau jaringan diluar paru memberikan hasil
indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam
pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai
tahan tubuh penderida , yaitu dalam keadaan supresi / tidak. LED sering
meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak
g. Uji tuberkulin Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi
bantu diagnostik kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang dilakukan satu bulan
22
sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali atau
bula. Pada pleuritis tuberkulosa uji tuberkulin kadang negatif, terutama pada
malnutrisi dan infeksi HIV. Jika awalnya negatif mungkin dapat menjadi
analog dengan ; a) reaksi peradangan dari lesi yang berada pada target organ
yang terkena infeksi atau b) status respon imun individu yang tersedia bila
23
Agar tidak terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis, pertimbangan dokter dalam
1. keluhan, gejala, dan kondisi klinis yang sangat kuat mendukung ke arah TB
diberikan dalam dosis yang tepat, ditelan dalam dosis yang teratur, diawasi
langsung oleh PMO (pengawas makan obat). Pengobatan TB dibagi dalam tahap
diberikan selama 2 bulan. Umumnya, pengobatan yang teratur dan tanpa penyulit,
kekambuhan.6
24
Tabel 2. Dosis OAT
Indonesia adalah:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/9HRZE)/5(HR)3E3
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu kanamisis, kapreomisin, Levofloksasin,
OAT disediakan dalam dua bentuk yaitu KDT (kombinasi dosis tetap) dan
kombipak. Pada OAT KDT, trdapat 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet yang
disesuaikan dengan BB pasien. Pada paket OAT kombipak, terdiri atas obat leas
blister. OAT kombipak digunakan pada pasien yang terbukti mengalami efek
samping pada OAT KDT sebelumnya. Berikut table untuk masing masing OAT
25
Tabel 3.Panduan OAT KDT kategori 1
26
1. Hasil Pengobatan TB
dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis pada akhir bulan ke-2 dan
kali yaitu sewaktu dan pagi, dinyatakan hasil dahak negatif bila keduanya
pengobatan dapat dilanjutkan ke fase lanjutan dan kembali memeriksa dahak pada
akhir bulan ke-5 dan akhir pengobatan. Bila hasil dahak positif, tetap lanjutkan
kemudian kembali memeriksakan dahak pada 1 bulan setelah fase lanjutan. Bila
27
hasil tetap masih positif, lakukan uji kepekaan obat. Bila fasilitas tidak
mendukung untuk dilakukannya uji kepekaan obat, maka obat fase lanjutan tetap
tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh
dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat,
bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka
1. Isoniazid (INH)
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi,
kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan
kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah
Efek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang
lebih 0,5% penderita. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simtomatik ialah - Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
28
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-
kadang diare
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari
gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air
mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan
tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada penderita agar dimengerti
3. Pirazinamid
pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin)
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
29
4. Etambutol
ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian
keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali
terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3
minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita. Risiko
tersebut akan meningkat pada penderita dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal.
Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan
ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang
mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini mengganggu
30
Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan
2.10 KOMPLIKASI
radiologi toraks. Ini merupakan sekuele dari infeksi primer dimana efusi
2. Cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang dengan usia lebih
31
(empiema). Efusi pleura ini terjadi akibat proses reaktivasi yang
ruang antara paru dan dinding dada. TB dari kavitas yang memecah
disebut piopneumotoraks.
2.10 PROGNOSIS
ketersediaan obat dan pengawasan minum obat yang baik. Namun apabila pasien
dengan tb paru tidak diobati setelah lima tahun akan memiliki prognosis :8
50% meninggal
32
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. MA
No. RM : 998962
Umur : 18 tahun
Pekerjaan : Siswa
Agama : Islam
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Sesak napas yang meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Sesak napas meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak
nafas tidak menciut. Sesak napas tidak dipengaruhi aktivitas. Sesak napas
tidak dipengaruhi cuaca, makanan dan emosi. Sesak napas mulai dirasakan
33
Keringat malam ada sejak 4 bulan yang lalu.
Pasien sudah meminum OAT selama 3 bulan, menggunakan OAT paket yang
diberikan dokter, diminum rutin, saat ini pasien meminum 3 tablet OAT, 3
kali seminggu.
Batuk semakin meningkat sejak 1 minggu yang lalu. Batuk mulai dirasakan
sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Batuk hilang timbul. Batuk
Demam ada, sejak 1 minggu yang lalu, demam tinggi dan tidak menggigil,
Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
34
Riwayat kebiasaan, sosial, pekerjaan
Kesadaran : CMC
Berat Badan : 50 kg
Suhu : 39 ºC
35
Leher : tidak ada kelainan
Jantung
irama regular
Paru
- kanan : sonor
Abdomen
Perkusi : timpani
36
3.3 Pemeriksaan Laboratorium
Hb 12,1 g/dl
Trombosit 520.000/mm3
Ht 37%
SGOT 13 u/L
SGPT 12 u/L
-Bronkopneumonia (CAP)
• PCT 3x500 mg
• OAT lanjut
• Roentgen thorax
37
BAB IV
DISKUSI
Padang dengan keluhan sesak nafas yang meningkat sejak 1 minggu yang lalu.
Sesak dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Sesak tidak menciut, sesak tidak
sejak satu minggu yang lalu, batuk disertai dahak berwarna putih kental. Batuk
berdarah tidak ada. Riwayat batuk berdarah ada 4 bulan yang lalu.
lalu dan penurunan nafsu makan ada, disertai penurunan berat badan. Pasien
mengeluhkan demam, sejak satu minggu yang lalu, tidak menggigil. Tidak ada
keluhan nyeri dada. Tidak ada keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati, dan keluhan
buang air kecil dan besar. Pasien sudah dikenal menderita TB sejak 3 bulan yang
38
didapatkan dari adanya keluhan sesak napas dan batuk yang semakin meningkat
Pada pasien ini terdapat riwayat keringat malam dan penurunan berat badan.
Hal ini merupakan ciri khas dari pasien TB. Pada pasien juga didapatkan adanya
suara nafas yang memanjang disertai adanya ronki basah kasar di kedua lapangan
penunjang diatas, dapat disimpulkan bahwa diagnosis kerja untuk pasien adalah
bronkopneumonia dan TB paru dala terapi. Terapi yang diberikan pada pasien ini
39
DAFTAR PUSTAKA
40