Anda di halaman 1dari 7

REFLEKSI KASUS

PENATALAKSANAAN GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA


STREPTOKOKUS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Kepaniteraan Klinik di Bagian Penyakit Anak

Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada :

dr. Sri Aminah, Sp. A

Disusun oleh :

Absti Wahyuni

20100310086

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015
REFLEKSI KASUS

A. Pengalaman

Seorang anak berusia 8 tahun datang ke UGD RSUD Wirosaban


dengan ditemani oleh ibunya dengan keluhan keluhan Wajah sembab dan
membengkak. Pasien mengeluh badan terasa sangat lemas dan demam sejak 5
hari SMRS. Pasien mengaku mengalami gangguan BAK sejak 2 hari SMRS.
BAK pasien terasa semakin hari semakin sedikit. SMRS, pasien hanya
membuang air kecil 2x selama 24 jam. Menurut ibu pasien hanya berkisar 15
ml sekali BAK. Ibu pasien mengaku sebulan sebelum masuk rumah sakit
pasien menderit batuk pilek disertai demam. Pasien dibawa puskesmas dan
diberikan 3 macam obat. Keluhan membaik sementara namun 2 minggu
kemudian pasien mengeluh demam, bengkak dileher, tenggorokan terasa nyeri
dan nyeri telan. Keluhan kembali membaik dan bengkak mulai berkurang
setelah pasien mendapat obat dari puskemas. Keadaan umum : tampak lemah,
compos mentis. GCS 456, frekuensi nadi 100 kali/menit, frekuensi napas 24
kali/menit, suhu 37,7 0C, tekanan darah 140/100 mmHg.

B. Masalah yang Dikaji

Bagaimana penatalaksanaan Glomerulonefritis Akut pasca


Streptococcus?

C. Analisa Kritis

Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu inflamasi dan


proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama disebabkan mekanisme
imunologis yang menimbulkan kelainan patologis glomerulus dengan mekanisme
yang masih belum jelas. Pada anak kebanyakan kasus glomerulonefritis akut
adalah pasca infeksi, paling sering infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A.
Dari perkembangan teknik biopsi ginjal per-kutan, pemeriksaan dengan
mikroskop elektron dan imunofluoresen serta pemeriksaan serologis,
glomerulonefritis akut pasca streptokokus telah diketahui sebagai salah satu
contoh dari penyakit kompleks imun. Penyakit ini merupakan contoh klasik
sindroma nefritik akut dengan awitan gross hematuria, edema, hipertensi dan
insufisiensi ginjal akut. Walaupun penyakit ini dapat sembuh sendiri dengan
kesembuhan yang sempurna, pada sebagian kecil kasus dapat terjadi gagal ginjal
akut sehingga memerlukan pemantauan.

Salah satu bentuk glomerulonefritis akut (GNA) yang banyak dijumpai


pada anak adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS). GNAPS
dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia 6 – 7 tahun.
Penelitian multisenter di Indonesia memperlihatkan sebaran usia 2,5 – 15 tahun
dengan rerata usia tertinggi 8,46 tahun dan rasio ♂ : ♀ = 1, 34 : 1.1 Angka
kejadian GNAPS sukar ditentukan mengingat bentuk asimtomatik lebih banyak
dijumpai daripada bentuk simtomatik.

Gejala klinik GNAPS sangat bervariasi dari bentuk asimtomatik sampai


gejala yang khas. Bentuk asimtomatik lebih banyak daripada bentuk simtomatik
baik sporadik maupun epidemik. Bentuk asimtomatik diketahui bila terdapat
kelainan sedimen urin terutama hematuria mikroskopik yang disertai riwayat
kontak dengan penderita GNAPS simtomatik.

Adapun gejala simpomatik dari GNAPS adalah dimulai dengan adanya


periode laten yaitu adanya periode infeksi streptokokus beta hemolitikus sekitar 1-
3 minggu. Periode 1-2 minggu umumnya terjadi GNAPS yang didahului oleh
ISPA, sedangkan periode 3 minggu didahului oleh infeksi kulit/piodermi. Gejala
yang dapat timbul adalah edema yang sering kali terjadi diperiorbital kemudian
disusul oleh daerah tungkai. Gejala lainnya dapat berupa hematuria, hipertensi,
oliguria, gejala kardiovaskular, dan gejala-gejala lain seperti pucat, malaise,
letargi, dan anoreksia.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan
diagnosis adalah :

1. Urinalisis menunjukan proteinuria, hematuria, dan adanya silinder


eritrosit.
2. Kreatinin dan ureum darah umumnya meningkat.
3. ASTO meningkat pada 75-80% kasus.
4. Komplemen C3 menurun pada hampir semua pasien pada minggu
pertama.
5. Jika terjadi komplikasi gagal ginjal akutm didapatkan hiperkalemia,
asidosis metabolik, hiperfosfatemia, dan hipokalsemia.

Penegakan diagnosis pasti GNAPS bila biakan positif untuk streptokokus


beta hemolitikus grup A. Berdasarkan pedoman IDAI 2009 penanganan GNAPS
dapat diberikan terapi medikamentosa golongan penilisin untuk eradikasi kuman,
yaitu amoksisilin 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosisi selama 10 hari. Jika
anak alergi terhadap golongan penisilin eritromisin dapat diberikan dengan dosis
30 mg.kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Diuretik diberikan untuk mengatasi retensi
cairan dan hipertensi. Jika terdapat hipertensi berikan obat antihipertensi,
tergantung berat ringannya hipertensi. Pada hipertensi sedang atau berat tanpa
tanda-tanda serebral dapat diberi kaptopril (0,3-2 mg/kgbb/hari) atau furosemid
atau kombinasi keduanya. Pada hipertensi berat atau hipertensi dengan gejala
serebral (ensefalopati hipertensi) dapat diberi klonidin (0,002-0,006 mg/kgbb)
yang dapat diulangi hingga 3 kali atau diazoxide 5 mg/ kgbb/hari secara intravena
(I.V). Kedua obat tersebut dapat digabung dengan furosemid (1 – 3 mg/kgbb).

Terapi suportif yang diberikan dapat berupa tirah baring. Tirah baring
umumnya dibperlukan jika pasien tampak sakit, misalnya terjadi penurunan
kesadaran, hipertensi, atau edema. Diet nefritis diberikan terutama bila terdapat
retensi cairan dan penurunan fungsi ginjal. Jika terdapat komplikasi seperti gagal
ginjal, enselopati hipertensi, gagal jantung, edema paru, maka tata laksana
disesuaikan dengan komplikasi yang terjadi.
D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis


Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcus dapat ditegakkan meskipun belum
dilakukkan biakan positif untuk streptokokus beta hemolitikus grup A. Pada
umumnya perjalanan penyakit GNAPS ditandai dengan fase akut yang
berlangsung 1-2 minggu. Pada akhir minggu pertama atau kedua gejalagejala
seperti edema, hematuria, hipertensi dan oliguria mulai menghilang, sebaliknya
gejala-gejala laboratorium menghilang dalam waktu 1-12 bulan. Proteinuria dan
hematuria dapat menetap selama 6 bln–1 tahun. Pada keadaan ini sebaiknya
dilakukan biopsi ginjal untuk melacak adanya proses penyakit ginjal kronik.
Proteinuria dapat menetap hingga 6 bulan, sedangkan hematuria mikroskopik
dapat menetap hingga 1 tahun.

E. Dokumentasi

Nama : An. A

Umur : 8 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sewon, bantul.

Vital sign

1. KU : Tampak lemah.
2. N: 100 kali/menit, RR: 24 kali/menit, Suhu : 37,70C, TD 140/100 mmHg.
3. GCS : E4V5M6

Pemeriksaan Fisik

1. Mata : edema palpebra (+/+), Moon face (+)


2. Mulut : Mukosa mulut kering (+)
3. Faring : Hiperemis (+)
4. Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada submandibula.
5. Dada: simetris, tidak terdapat ketinggalan gerak, suara jantung I dan II
normal.
6. Paru: sonor, vesikular normal, tidak terdengar suara tambahan.
7. Abdomen: soepel, bising usus normal, hati dan limpa tidak teraba.
8. Ekstremitas: akral hangat, terdapat edema pada ekstremitas atas dan
bawah.

Pemeriksaan Lab

1. GDS 135
2. Hb 9,5 g/dl (11 – 16)
3. Leukosit 8.900 ul (4.500 – 10.000)
4. PCV 28% (31% – 43%)
5. Trombosit 213.000 ul (150.000 – 400.000)
6. Diff cont - / - / - / 71 / 24 / 5,

Urine lengkap

1. Ph 6,0
2. Bj 1,00
3. Leukosit +2
4. Nitrit –
5. Protein ++
6. Glukosa –
7. Keton –
8. Urobilirubin –
9. Bilirubin –
10. Eritrosit +3
11. Sedimen Leukosit 50 – 60
12. Eritrosit 25 – 30
13. Epitel 12 – 15
14. SGOT 27,0 U/ml (5 - 40)
15. SGPT 16,6
16. BUN 34,3
17. Creatinin 1,12 mg / dl (0,4 – 1,2)

Elektrolit

18. Na 139 meq/l (135 - 148)


19. K 5,1 meq/l (3,5 – 5,3)
20. Cl 109 (98 - 107).

F. Referensi

Rauf, Syarifuddin., Albar, Husein., Aras, Jusli. Konsensus Glomerulonefritis Akut


Pasca Streptokokus. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI). Jakarta:2012
Pudjiadi, Antonius., Hegar, Badriul., dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. IDAI. Jakarta:2009

Anda mungkin juga menyukai