Anda di halaman 1dari 40

ENSEFALITIS

Oleh : Kelompok 14 (A2 -2017)


Rizka Amaliasetia Putri (131711133092)
Annisa Fitria (131711133094)
DEFINISI
 Ensefalitis adalah merupakan proses radang akut
yang melibatkan meningen dan sampai tingkat
yang bervariasi, infeksi ini relative lazim dan dapat
disebabkan oleh sejumlah agen yang berbeda.
(Donna.L. Wong, 2000).
DEFINISI
 Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak
dan meningen, yang dapat disebabkan karena virus,
bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena bakteri
dapat masuk melalui fraktur tengkorak. Sedangkan
pada virus disebabkan karena gigitan serangga,
nyamuk (arbo virus) yang kemudian masuk ke susunan
saraf pusat melalui peredaran darah. Pemberian
imunisasi juga berpotensi mengakibatkan encephalitis
seperti pada imunisasi polio. Encephalitis karena
amuba diantaranya amuba Naegleria fowleri,
acantamuba culbertsoni yang masuk melalui kulit yang
terluka.( Dewanto, 2007).
DEFINISI
 Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang
dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,
jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
DEFINISI
 Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain
seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan
protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau
primary amoebic. (Tarwoto & Wartonah, 2007).
DEFINISI
 Ensefalitis merupakan suatu inflamasi parenkim
otak yang biasanya disebabkan oleh virus.
Ensefalitis berarti jaringan otak yang terinflamasi
sehingga menyebabkan masalah pada fungsi otak.
Inflamasi tersebut mengakibatkan terjadinya
perubahan kondisi neurologis anak termasuk konfusi
mental dan kejang
ETIOLOGI
 Penyebab ensefalitis biasanya bersifat infektif
tetapi bisa juga yang non- infektif seperti pada
proses dimielinisasi pada Acute disseminated
encephalitis.
 Ensefalitis bisa disebabkan oleh virus, bakteria,
parasit, fungus dan riketsia. Agen virus, seperti virus
HSV tipe 1 dan 2 (hampir secara eksklusif pada
neonatus)
ETIOLOGI
 Penyebab yang terpenting dan tersering ialah
virus. Beberapa mikroorganisme yang dapat
menyebabkan ensefalitis terbanyak adalah Herpes
simpleks, arbovirus, Eastern and Western Equine, La
Crosse, St. Louis encephalitis.
 Penyebab yang jarang adalah Enterovirus
(Coxsackie dan Echovirus), parotitis, Lassa virus,
rabies, cytomegalovirus (CMV).
MANIFESTASI KLINIS

Trias ensefalitis yang khas ialah :


1. Demam

2. Kejang

3. Kesadaran menurun.
Menurut (Hassan,1997), adapun tanda dan gejala
ensefalitis sebagai berikut :
1. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan
hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau
twiching saja (kejang-kejang di muka).
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul
sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis
atau paralisis, afasia, dan sebagainya
MANIFESTASI KLINIS
 Manifestasi klinis tergantung kepada :
1. Berat dan lokasi anatomi susunan saraf yang
terlibat, misalnya :
a. Virus Herpes simpleks yang kerapkali
menyerang korteks serebri, terutama lobus
temporalis
b. Virus ARBO cenderung menyerang seluruh otak.
2. Patogenesis agen yang menyerang.
3. Kekebalan dan mekanisme reaktif lain penderita.
PATOFISIOLOGIS
Virus masuk tubuh melalui beberapa jalan. Tempat permulaan masuknya
virus dapat melalui kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan.
Setelah masuk ke dalam tubuh virus akan menyebar dengan beberapa
cara:
a. Setempat/lokal : virus hanya terbatas menginfeksi selaput lendir
permukaan atau organ tertentu.
b. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah
kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ-organ
tersebut.
c. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah
pertama kali masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar
ke organ lain.
d. Penyebaran melalui saraf : virus berkembang biak di permukaan
selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.[5]
W
O
C
PENGKAJIAN, Data Pasien…
1. Biodata
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat (lingkungan kotor) dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit
infeksi
PENGKAJIAN, Data Pasien…
2. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita
untuk masuk RS. keluhan utama pada penderita
encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan
kesadaran, demam dan kejang.
PENGKAJIAN, Data Pasien…
3. Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan,
sifat dan hebatnya keluhan, mulai timbul atau
kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami
sebelumnya. Biasanya pada masa prodromal berlangsung
antara 1-4 hari ditandai dengan demam,s akit kepala,
pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri
ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis
yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas
lesi pada neuron. Gejala terebut berupa gelisah,
irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan
kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda
neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, hemiplegia,
ataksia dan paralisi saraf otak.
PENGKAJIAN, Data Pasien…
4. Riwayat kehamilan dan kelahiran.
 Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal
dan post natal.
 Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja
yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit infeksi.
Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahi rdalam usia
kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system
kekebalan terhadap penyakit pada anak. Trauma
persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit
contohnya aspirasi ketuban untuk anak. Riwayat post natal
diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah lahir.
 Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
PENGKAJIAN, Data Pasien…
5. Riwayat penyakit yang lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis
akan meningkatkan kemungkinan terjdinya
peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G.
Chusid, 1993). Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui
bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak
perlu diketahui untuk dihindarkan karena dapat
memperburuk keadaan
PENGKAJIAN, Data Pasien…
6. Riwayat kesehatan keluarga.
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah
ada kaitannya dengan penyakit yang dideritanya.
Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu
diketahui, apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit menular yang ada hubungannya
dengan penyakit yang dialami oleh klien (Soemarno
marram, 1983).
PENGKAJIAN, Data Pasien…
7. Riwayat social.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung
terhdap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu
status mental, perilaku dan kepribadian. Perawat
dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar
dapat memprioritaskan maslaah
keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
PENGKAJIAN, Data Pasien…
8. Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada
kebiasaan sehari-hari antara lain : gangguan
pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah,
hipermetabolik akibat proses infeksi dan peningkatan
tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering
kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita. Pola
kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur
karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung
tergantung pada orang lain perilaku bermain perlu
diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat
hospitalisasi pada anak.
PENGKAJIAN, Pemeriksaan fisik…
ada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih
difokuskan pad apemeriksaan neurologis. Ruang
lingkup pengkajian fisik keperawatan secara umum
meliputi :
1. Keadaan umum.
Penderita biasanya keadaan umumnya lemah karena
mengalami perubahan atau penurunan tingkat
kesadaran. Gangguan tingkat kesadaran dapat
disebabkan oleh gangguan metabolisme dan difusi
serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural
akibat prosses peradangan otak.
PENGKAJIAN, Pemeriksaan fisik…
2. Gangguan system pernafasan.
Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan
intra cranial menyebabakan kompresi pada batang
otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur.
Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas
fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri
Susilaningsih, 1994).
PENGKAJIAN, Pemeriksaan fisik…
3. Gangguan system kardiovaskuler.
Adanya kompresi pada pusat vasomotor
menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut,
hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan
menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan
pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya
transmitter rangsang parasimpatis ke jantung
PENGKAJIAN, Pemeriksaan fisik…
4. Gangguan system gastrointestinal.
Penderita akan merasa mual dan muntah karena
peningkatan tekanan intrakranial yang menstimulasi
hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga
meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula
terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga
terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
PENGKAJIAN, Pemeriksaan fisik…
5. Pertumbuhan dan perkembangan.
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang
sifatnya kronuis atau mengalami hospitalisasi yang lama,
kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada
keadaan sakit fungsi tubuh menurun termasuk fungsi social
anak. Tahun-tahun pertama pada anak merupakan “tahun
emas” untuk kehidupannya. Gangguan atau
keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
mencapai tugas –tugas pertumbuhan selanjutnya.
Pengkajian pertumbuhna dan perkembangan anak ini
menjadi penting sebagai langkah awal penanganan dan
antisipasi. Pengkajian dapat dilakukan dengan
menggunakan format DDST.
DIAGNOSA
1. Nyeri akut (D.0077) yang berhubungan dengan adanya
kerusakan dan penekanan pada sistem saraf.
2. Gangguan mobilitas fisik (D. 0054) yang berhubungan
dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan otot,
penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
3. Gangguan persepsi sensorik (D.0085) yang berhubungan
dengan kerusakan penerima rangsang sensorik, tranmisi
sensorik, dan integrasi sensori.
4. Koping individu tidak efektif (D.0096) yang berhubungan
dengan prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan
persepsi kognitif, perubahan aktual dalam struktur dan fungsi,
ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan.
5. Cemas (D.0080) yang berhubungan dengan ancaman,
kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
DIAGNOSA

6. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)


berhubungan dengan akumulasi sekret, kemampuan
batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
7. Risiko Jatuh (D.0143) berhubungan dengan
penurunan tingkat kesadaran.
8. Perfusi Jaringan tidak efektif (D.0009)
berhubungan dengan penurunan aliran arteri/vena
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostik menurut (Victor, 2001) yaitu :
1. Biakan :
 Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja
sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
 Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil
nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan
sensitivitas terhadap antibiotika.
 Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil
yang positif.
 Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat
hasil kultur positif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi


komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat
diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat
dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan
angka leukosit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
4. EEG/ Electroencephalography
EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun.
Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf,
bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat
menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola
normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
5. Lumbal pungsi adalah prosedur sering dilakukan di
departemen gawat darurat untuk mendapatkan informasi
tentang cairan cerebrospinal (CSF), sering dalam batas
normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan
jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
Indikasi uji Lumbal pungsi :
 Kecurigaan diduga meningitis

 kecurigaan subarachnoid hemorrhage

 penyakit sistem saraf pusat seperti sindrom Guillain-


Barré dan terapi carcinomatous meningitis
 pseudotumor cerebri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
6. CT scan

Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi


bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus
seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada
lobus inferomedial temporal dan lobus frontal
PENATALAKSANAAN
1. Isolasi : Isolasi bertujuan mengurangi
stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan.
2. Risiko Jatuh : Pasang gagang Bed, karena ketika
pasien kejang memungkinkan pasien bergerak under
control dan jatuh. Jangan lupa memberi gelang risiko
jatuh
3. Mempertahankan ventilasi. Bebaskan jalan nafas,
berikan O2 sesuai kebutuhan
PENATALAKSANAAN
5. Mengontrol kejang. Obat antikonvulsif diberikan
segera untuk memberantas kejang. Obat yang
diberikan ialah valium dan atau luminal.
a. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB/kali
b. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia
diulang dengan dosis yang sama
c. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi
masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5
mg/kgBB/24 jam.
PENATALAKSANAAN
4. Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial,
manajemen edema otak
a. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan;
jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung
keadaan anak.
b. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali
sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk
menghilangkan edema otak.
c. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat
juga digunakan untuk menghilangkan edema otak.
PENATALAKSANAAN
6. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang
mungkin dianjurkan oleh dokter
Pengobatan kausatif. Sebelum berhasil menyingkirkan
etilogi bakteri, terutama abses otak (ensefalitis
bakterial), maka harus diberikan pengobatan
antibiotik parenteral.
7. Fisioterapi dan upaya rehabilitatif setelah
penderita sembuh.
8. Makanan tinggi kalori protein sebagai terapi diet.
KOMPLIKASI
 Gejala sisa maupun komplikasi karena ensefalitis
dapat melibatkan susunan saraf pusat dapat
mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik,
penglihatan dan pendengaran, sistem
kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem
lain dapat terlibat secara menetap.
 Gejala sisa berupa defisit neurologik
(paresis/paralisis, pergerakan koreoatetoid),
hidrosefalus maupun gangguan mental sering
terjadi.
THANKS 

Anda mungkin juga menyukai