Toxoplasma
Cerebri
Yulius Timotius /
Inggerit / 406152058
Lidya Elizabeth lie / 406161035
Bryant / 406161036
Pendahuluan
– Prevalensi zat anti T. gondii berbeda di berbagai daerah geografik, seperti pada
ketinggian yang berbeda, di daerah rendah, prevalensi zat anti lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah yang tinggi. Prevalensi zat anti ini juga lebih tinggi
di daerah tropik. Pada umumnya prevalensi zat anti T. gondii yang positif
meningkat sesuai dengan umur, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
Anjing sebagai sumber infeksi mendapatkan infeksi dari makan tinja kucing atau
bergulingan pada tanah yang mengandung tinja kucing, yang merupakan
instrumen penyebaran secara mekanis dari infeksi T. gondii. Lalat dan kecoa
secara praktis juga penting dalam penyebarannya
– Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan adalah sebagai berikut:
– kucing 35-73 %,
– babi 11-36 %,
– kambing 11-61 %
– anjing 75 %
– ternak lain kurang dari 10 %
Etiologi
– Siklus Hidup dan Morfologi Toxoplasmosis
– Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk tachyzoite, kista, dan
Ookista:2,3
– Tachyzoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel
mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa
akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis tachyzoit dalam jaringan akan
membelah secara lambat dan disebut bradizoit.
2. Kista 3. Ookista
– Terdapat dalam jaringan dengan – Ukuran 10-12 um.
jumlah ribuan berukuran 10-100
– Terbentuk di sel mukosa usus
um.
kucing dan dikeluarkan
– Kista penting untuk transmisi dan bersamaan dengan feces kucing.
paling banyak terdapat dalam
– Dalam epitel usus kucing
otot rangka, otot jantung dan
berlangsung siklus aseksual atau
susunan syaraf pusat.
schizogoni dan siklus seksual atau
gametogenidan sporogoni yang
menghasilkan ookista dan
dikeluarkan bersama feces kucing.
PATOGENESIS & RESPON IMUN
Oocyst (daging mentah) Tachyzoit
Tachyzoit (usus) Aktivasi CD4 sel T
ekspresi CD154
Darah & limfe
sel dendritik & makrofag
Imune respon
IL-12
Bradyzoit (otak, skeletal,
myocard, retina)
Sel TIFN-
Immunocompromized Respon antitoxoplasmik
reaktivasi
PATOGENESIS
Tanda dan Gejala Klinis
– Antibody IgM
– Antibodi IgM diukur dengan menggunakan metode double sandwich atau
immune capture IgM-ELISA. Metode ini menghindari kesalahan false
positive.
– Pada pasien dengan infeksi didapat saat ini, antibodi IgM T.gondii dideteksi
pada awal penyakit dan titer ini akan negatif dalam beberapa bulan. IgM
yang tetap persisten tidak menggambarkan relevansi klinis dan pada
pasiennya harus dipertimbangkan infeksi kronis.
CT-SCAN
– Terapi diberikan selama 6 bulan( fase akut 4-6 minggu dan dilanjutkan fase
perawatan)
– Terapi kortikosteroid jangka pendek sebagai terapi tambahan untuk mengatasi
edema
– Terapi fase akut dapat diberikan pyrimethamine dengan dosis awal 200mg
peroral yang kemudian dilanjutkan dengan dosis 75-100mg/hari
– Dikombinasikan dengan sulfadiazin 1-1,5 gram yang diberikan setiap 6 jam
atau 100mg/kg/hari (maksimum dosis 8 gr/hari) dan ditambah pula
dengan asam folat 10-20 mg/hari
– Terapi fase perawatan dapat diberikan pyrimetamin 25-50 mg/hari
ditambah dengan sulfadiazin 500-1000 mg/hari diberikan sebanyak empat
kali perhari dan juga diberikan asam folat bersama-sama.
Diagnosis Banding
Toxoplasmosis PCNSL
Lokasi Basal ganglia, perbatasan Periventricular
white matter-gray matter
Jumlah lesi Banyak (multipel) Tunggal > multipel
Gambaran enhancement Cincin Heterogen atau homogen
Edema Sedang sampai berat Bervariasi
T2 weighted image (lesion relatif Hiperintense Isontense sampai hipointense
to white matter)
Diffusion weighted image Biasanya hipointense Seringkali hiperintense
MR perfusion Menurun Meningkat
MR spectroscopy Kadar laktat meningkat Kadar choline meningkat
Lain-lain Antibodi IgG Toxoplasma EBV DNA amplified by PCR in
positif (90% penderita) CSF (hampir seluruh
penderita)
Pencegahan