Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

TORCH PADA ANAK

Disusun Oleh:
Raihan Alhazmi (1102013242)

Pembimbing:
Dr. Dani Kurnia, Sp.A
PENDAHULUAN
TOXOPLASMOSIS
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan
penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Parasit ini termasuk
golongan protozoa yang bersifat parasit obligat intraseluler. Infeksi toksoplasmosis saat
hamil dapat menyebabkan abortus spontan atau anak yang dilahirkan mengalami
kelainan kongenital seperti hidrosefalus, iridosiklisis, dan retardasi mental.
PATOGENESIS TOXOPLASMOSIS
MANIFESTASI KLINIS TOXOPLASMOSIS
Trias klasik toksoplasmosis kongenital korioretinitis, kalsifikasi intrakranial, dan
hidrosefalus.
Manifestasi lain yang muncul pada
toxoplasmosis kongenital
■ abnormalitas cairan spinal
■ retardasi mental
■ Anemia
■ mikrosefali
■ kejang
■ spastisitas
■ demam
■ splenomegali
■ tuli
■ trombositopenia
■ gangguan pertumbuhan
■ gangguan penglihatan
■ hepatomegali
■ jaundice
■ gangguan pembelajaran
■ limfadenopati
■ ruam makulopapular
Klasifikasi toksoplasmosis kongenital (Desmonts dan Couvreur):
1. Anak dengan kelainan neurologis, seperti: Hidrosefalus, mikrosefalus,
makroftalmus dengan atau tanpa retinokoroiditis. Gejala mungkin timbul saat
dilahirkan atau di kemudian hari.
2. Anak dengan kelainan berat, penyakit generalisata, seperti: Eksantematus
makulopapular, purpura, pneumonia, jaundice berat, hepatosplenomegali; mungkin
juga uveitis dan pembesaran ventrikuler.
3. Anak dengan kelainan sedang dan tanda infeksi pre-natal, seperti:
Hepatosplenomegali dan jaundice dengan atau tanpa trombositopenia atau gejala
non-spesifik
4. Anak dengan infeksi subklinis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TOXOPLASMOSIS
Metode laboratorium yang umum digunakan untuk diagnosis toksoplasmosis
kongenital pada bayi baru lahir adalah deteksi serologi berbagai antibodi Toxoplasma
dalam serum darah perifer. IgG, IgM, IgA Toxoplasma harus selalu diperiksa. Kombinasi
hasil pemeriksaan IgM dan IgA, ditambah dengan pemeriksaan IgG memiliki
sensitivitas lebih tinggi dibandingkan dengan hanya satu jenis pemeriksaan.
Pemeriksaan Toxoplasma PCR pada cairan serebrospinal (CSF), darah perifer, dan urin
dapat menjadi cara lain untuk diagnosis awal toksoplasmosis kongenital
PENATALAKSANAAN TOXOPLASMOSIS
■ Pirimetamin + Sulfadiazin
Pirimetamin 1 mg/kgBB/hari, oral, maksimal 25 mg/hari. Walaupun waktu paruh obat ini 4 – 5
hari, obat harus diberikan setiap hari. Bila perlu (oleh karena dosis obat terlalu kecil sehingga
sulit meraciknya), pada neonatus dapat diberikan setiap 2 hari. Efek samping pirimetamin
terutama depresi pada sumsum tulang sehingga terjadi trombositopenia, leukopenia, dan
anemia. Gejala lain ialah muntah, sakit kepala, tremor, kejang dan rasa tidak enak di mulut. Efek
samping ini berhubungan dengan dosis, tetapi juga bersifat individu. Sulfadiazin atau
trisulfapirimidin 85 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis.
■ Spiramisin
Dosis 100 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis.
■ Kortikosteroid
Dosis 1,5 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis, diberikan sampai proses inflamasi
reda (kadar protein cairan lumbal <= 100 mg/dl, korioretinitis tidak aktif)

■ Asam Folat
Dosis 5 mg tiap 3 hari (untuk bayi kecil diberikan secara intramuskular), diberikan
selama pengobatan dengan pirimetamin. Bila efek samping pada sumsum tulang tetap
terjadi, dosis dinaikkan menjadi 10 mg tiap 3 hari. Tetapi bila efek samping yang timbul
sangat berat, pirimetamin diberhentikan terlebih dahulu, setelah sumsum tulang
normal pirimetamin dapat dilanjutkan kembali dengan penambahan asam folat 10
mg/kgBB tiap 3 hari. Kadang-kadang pada beberapa kasus pemberian asam folat
dapat lebih sering.
RUBELLA
Definisi Congenital Rubella Syndrome Rubella atau campak Jerman adalah penyakit
yang disebabkan oleh infeksi virus rubella. Di anak-anak, infeksi biasanya hanya
menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa gejala. Infeksi pada orang dewasa dapat
menimbulkan keluhan demam, sakit kepala, lemas dan konjungtivitis. Tujuh puluh
persen kasus infeksi rubella di orang dewasa menyebabkan terjadinya atralgi atau
artritis. Jika infeksi virus rubella terjadi pada kehamilan, khususnya trimester pertama
sering menyebabkan Congenital Rubella Syndrome (CRS). CRS mengakibatkan
terjadinya abortus, bayi lahir mati, prematur dan cacat apabila bayi tetap hidup. Per
definisi CRS merupakan gabungan beberapa keabnormalan fisik yang berkembang di
bayi sebagai akibat infeksi virus rubella maternal yang berlanjut dalam fetus. Nama lain
CRS ialah Fetal Rubella Syndrome. Cacat bawaan (Congenital defect) yang paling sering
dijumpai ialah tuli sensoneural, kerusakan mata seperti katarak, gangguan
kardiovaskular, dan retardasi mental.
KRITERIA KLINIS
Bayi di diagnosis mengalami CRS apabila mengalami 2 gejala pada kriteria A atau 1
kriteria A dan 1 kriteria B, sebagai berikut:
■ A) Katarak, glaukoma bawaan, penyakit jantung bawaan (paling sering adalah
patient ductus arteriosus atau peripheral pulmonary artery stenosis), kehilangan
pendengaran, pigmentasi retina.
■ B) Purpura, splenomegali, jaundice, mikrosefali, retardasi mental,
meningoensefalitis dan radiolucent bone disease (tulang tampak gelap pada hasil
foto roentgen).
DIAGNOSIS RUBELLA
PEMERIKSAAN PENUNJANG RUBELLA
CYTOMEGALOVIRUS
■ Virus CMV yang menginfeksi manusia disebut dengan human Cytomegalovirus. CMV
merupakan virus DNA yang termasuk dalam famili herpesviridae. Virus ini disebut
cytomegalovirus karena sel yang terinfeksi akan membesar hingga dua kali lipat
dibandingkan dengan ukuran sel yang tidak terinfeksi.
■ Transmisi CMV dapat terjadi secara horizontal (dari satu orang ke orang yang lain)
maupun vertikal (dari ibu ke janin).
■ CMV dapat ditemukan di dalam darah, urin, cairan semen, sekret serviks, saliva, air
susu ibu, dan organ yang ditransplantasi.
Transmisi CMV terjadi secara vertikal melalui cara sebagai berikut:
■ In utero: melalui jalur transplasenta dengan viremia CMV dalam sirkulasi maternal
■ Intrapartum: paparan janin terhadap sekret serviks dan vagina yang mengandung
CMV saat proses persalinan
■ Postnatal: ingesti air susu ibu yang mengandung CMV atau melalui transfusi darah
yang terkontaminasi CMV
MANIFESTASI KLINIS
■ Hidrops fetalis ■ Korioretinitis ■ Anemia*
■ Prematur ■ Microcephaly* ■ Trombositopenia*
■ Intrauterine growth ■ Lethargy ■ Peningkatan enzim hati
restriction
■ Gangguan intake ■ Hiperbilirubinemia*
■ Jaundice*
■ Hipotoni ■ Peningkatan kadar
■ Hepatosplenomegali* protein pada cairan
■ Kejang
serebrospinal (CSS)
■ Petechiae*
■ Hernia inguinal (laki-laki)
■ Purpura
■ Blueberry muffin spots
DIAGNOSIS
■ Gold standard dari infeksi CMV kongenital adalah isolasi atau kultur virus pada
anak dalam usia tiga minggu pertama.
■ Sampel yang diambil untuk isolasi virus dapat berupa sampel urin, saliva, sekret
servikovaginal, cairan amnion, darah, dan CSS.
■ Pemeriksaan imunoserologi IgG dan IgM anti-CMV tidak dapat menunjang diagnosis
infeksi CMV kongenital
■ Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan berupa CT scan, MRI (Magnetic Resonance
Imaging), amniosentesis, dan USG (ultrasonography) antenatal, pemeriksaan
polymerase chain reaction (PCR) dari sampel urin atau saliva dengan sensitivitas
89% dan spesifisitas 96%.
PENATALAKSANAAN CYTOMEGALOVIRUS
■ Antivirus yang diberikan untuk mengatasi infeksi CMV yang diketahui saat ini adalah
ganciclovir secara intravena dengan dosis 6 mg/kgBB/hari tiap 12 jam atau
valganciclovir per oral dengan dosis 16 mg/kgBB/hari tiap 12 jam. Beberapa
literatur menyatakan bahwa antivirus tersebut diberikan selama 6 minggu, namun
pemberian antivirus selama 6 minggu tidak selalu direkomendasikan. Pemberian
antivirus selama 2 minggu sudah memberikan dampak yang baik pada perjalanan
penyakit anak dan dosis tambahan selama 1-2 minggu berikutnya dapat diberikan
apabila gejala dan tanda pada anak tidak juga berkurang.
■ Evaluasi secara berkala dilakukan pada anak untuk mengetahui perkembangan
dari perjalanan penyakit infeksi CMV. Evaluasi yang dilakukan meliputi pemeriksaan
neuroimaging serta fungsi pendengaran dan penglihatan
HERPES SIMPLEX VIRUS

Anda mungkin juga menyukai