Anda di halaman 1dari 2

1.

Tidak Terkabulnya Do’a Bisa Jadi Sebagai Hukuman

Apakah tidak diterima dan tidak dikabulkannya do’a seorang mukmin sebagai hukuman atas
kesalahan dan dosa yang ia lakukan? Mufti Saudi Arabia di masa silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin

By Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. 6 April 2012


0 3424 8

Apakah tidak diterima dan tidak dikabulkannya do’a seorang mukmin sebagai hukuman atas
kesalahan dan dosa yang ia lakukan?

Mufti Saudi Arabia di masa silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah
ditanya pertanyaan di atas, lantas beliau menjawab,
“Bisa jadi memang seperti itu. Tertundanya pengabulan do’a seorang mukmin boleh jadi
sebagai hukuman baginya. Bisa jadi pula ia bertaubat dari dosa, namun taubatnya tidak tulus.
Boleh jadi pula karena sebab yang lain. Bisa jadi ia melakukan berbagai dosa dan maksiat
lainnya. Sehingga dari sini ia pun sadar dan terdesak untuk banyak bertaubat dan memohon
taufik pada Allah. Kemudian Allah memberi petunjuk padanya agar terhindar dari maksiat
lainnya. Dari sini, ia pun terdesak untuk tulus dalam bertaubat dan meminta keselamatan dari
berbagai macam dosa. Inilah tanda ia mendapatkan taufik (hidayah). Jika seseorang terdesak
meminta keselamatan dan taufik, lalu ia menyesali dosa yang ia perbuat, lantas ia betul-betul
menyesali dosanya, menjauhinya dan mengiringinya dengan amalan sholeh, inilah tanda yang
menunjukkan bahwa Allah memberi taufik padanya. Allah Ta’ala berfirman,

‫صا ِل ًحا ث ُ َّم ا ْهتَدَى‬


َ ‫َاب َوآ َ َمنَ َو َع ِم َل‬ ٌ َّ‫َوإِنِِّي لَغَف‬
َ ‫ار ِل َم ْن ت‬

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh,
kemudian tetap di jalan yang benar” (QS. Thaha: 82).
Dalam ayat ini, Allah menyatakan mereka itu beriman, beramal sholeh dan akhirnya
mendapatkan petunjuk.
Allah menyebutkan mengenai orang musyrik, seorang pembunuh dan pezina dalam firman-Nya,

‫سنَات‬
َ ‫سيِِّئَاتِ ِه ْم َح‬ َّ ‫صا ِل ًحا فَأُولَئِكَ يُبَ ِدِّ ُل‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َاب َوآ َ َمنَ َو َع ِم َل َع َم ًًل‬
َ ‫إِ ََّّل َم ْن ت‬

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan” (QS. Al Furqon: 70).

Dalam ayat ini disebutkan kecuali bertaubat dan beramal sholeh. Artinya, mukmin yang benar
adalah yang bertaubat dan melakukan amalan sholeh. Mukmin yang jujur punya semangat untuk
terus bertaubat dan bersungguh-sungguh dalam memperbanyak shalat dan sedekah,
memperbanyak dzikir, tasbih, tahlil dan berbagai macam kebaikan. Mereka benar-benar
sungguh-sungguh dalam melakukan amalan kebajikan tersebut. Dengan demikian, semoga Allah
menghapuskan kesalahan mereka dan semoga Allah menerima amalan baik mereka.

***
Pelajaran penting, isilah hari-hari kita dengan taubat, beramal kebajikan dan terus memperbaiki
diri, niscaya do’a-do’a kita akan mustajab (mudah terkabul) dan segala kesulitan akan sirna, lalu
datanglah berbagai kemudahan. Ingatlah, firman Allah Ta’ala,

‫فَإ ِ َّن َم َع ْالعُس ِْر يُس ًْرا‬

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Alam Nasyroh: 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu,

‫إِ َّن َم َع ْالعُس ِْر يُس ًْرا‬

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Alam Nasyroh: 6). Dari sini, para
ulama seringkali mengatakan, “Satu kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan.”

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 22 Rabi’ul Awwal 1433 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


Artikel Muslim.Or.Id

Sumber: https://muslim.or.id/8858-tidak-terkabulnya-doa-bisa-jadi-sebagai-hukuman.html

Anda mungkin juga menyukai