Anda di halaman 1dari 63

REFERAT

VAKSINASI PADA ANAK


Moderator : dr. Renya Hiasinta, Sp.A
Pembimbing : dr. Dana Nur Prihadi, Sp.A(K), M.Kes, MH
Disusun Oleh : Gabriella Julia Stefanie _ 202006010062

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 13 MARET - 3 JUNI 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Data Kementerian Kesehatan tahun 2020, capaian imunisasi dasar lengkap hanya mencapai 84,2% dan
capaian tahun 2021 juga hanya mencapai 84,2% → Capaian ini masih belum memenuhi target, yakni 92,9%
di tahun 2020 dan 93,6% di tahun 2021

Hal ini tentunya berdampak pada peningkatan jumlah kasus penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) dan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I.

Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global, telah berkomitmen untuk mendukung agenda-agenda
pengendalian penyakit global, terutama penyakit-penyakit yang dapat dikendalikan dengan imunisasi.
Pemahaman yang baik dan benar terkait vaksin merupakan modal penting untuk membantu memperluas
cakupan vaksin di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Imunisasi
upaya untuk meningkatkan
kekebalan seseorang
Imunisasi terhadap suatu penyakit
secara aktif

antigen berupa
Vaksin mikroorganisme atau toksin
mikroorganisme yang telah
diolah
Tujuan Imunisasi (Permenkes 2017)
Tujuan umum imunisasi → Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PD3I.
Tujuan khusus imunisasi yaitu:
- Tercapainya cakupan IDL pada bayi sesuai target RPJMN.
- Tercapainya Universal Child Immunization/UCI di seluruh desa/kelurahan
- Tercapainya target Imunisasi lanjutan pada anak umur di bawah dua tahun dan pada anak usia sekolah dasar
serta WUS.
- Tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi.
- Tercapainya perlindungan optimal kepada masyarakat yang akan berpergian ke daerah endemis penyakit
tertentu.
- Terselenggaranya pemberian Imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis.
Komponen Formulasi Vaksin
Komponen yang ada pada vaksin yaitu:
- Stabilizer → untuk menjaga agar vaksin tetap - Bahan sel kultur residual → untuk
efektif setelah diproduksi. menumbuhkan virus atau bakteri yang
Contoh : Gula, gelatin digunakan untuk membuat vaksin.
- Adjuvan → untuk membantu meningkatkan
Contoh : Protein telur
respon tubuh terhadap vaksin.
- Antibiotik residual → untuk mencegah
Contoh : Garam aluminium
kontaminasi bakteri selama proses pembuatan
- Bahan inaktif residual → untuk membunuh
vaksin.
virus atau menonaktifkan racun selama proses
Contoh : neomycin, kanamycin, streptomycin
pembuatan vaksin.
- Preservatif → untuk mencegah kontaminasi
Contoh : Formaldehida
Contoh : Thimerosal
Klasifikasi
Vaksin
Klasifikasi Vaksin
Berdasarkan sensitivitasnya terhadap suhu

Freeze Contoh: Vaksin DT, TT, Td,


sensitive Hepatitis B, dan DPT/HB/Hib

Heat Contoh: Vaksin campak,


sensitive polio, dan BCG
Jenis Imunisasi
Jadwal
Imunisasi
VAKSIN DI INDONESIA
Vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG)
Vaksin beku kering, mengandung Mycobacterium bovis

yang dilemahkan

Rekomendasi :
- Bayi yang tinggal di negara dengan beban penyakit TBC yang tinggi
- Di daerah endemik TB dengan layanan kesehatannya yang terbatas
Kontraindikasi : Anak dengan infeksi HIV atau defisiensi imun
Dosis dan Jadwal : 0,05 ml, sebanyak 1 kali suntikan secara intrakutan.
Vaksin diberikan segera setelah lahir atau sebelum berumur 1 bulan.
Vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG)
Efek samping :
- Daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) → 2-6 minggu setelah imunisasi
- Ulserasi → dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.
Penanganan efek samping :
- Jika ulkus mengeluarkan cairan, maka perlu dikompres dengan cairan antiseptik.
- Jika cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar, maka anjurkan
orangtua membawa bayi ke ke tenaga kesehatan.
Vaksin Measles, Mumps, Rubella
Merupakan vaksin bubuk kering yang mengandung virus hidup.
Rekomendasi :
- Vaksin MMR harus diberikan sekalipun ada riwayat infeksi campak, gondongan dan rubela atau sudah mendapatkan
Imunisasi campak.
- Anak dengan penyakit kronis
- Anak berusia ≥ 1 tahun yang berada di day care centre, family day care, dan playgroups.
- Anak yang tinggal di lembaga cacat mental.
Kontraindikasi :
- Penyakit keganasan yang tidak diobati, gangguan imunitas
- Alergi berat terhadap gelatin atau neomisin
- Mendapat vaksin hidup yang lain
- Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin atau transfusi darah yang
mengandung imunoglobulin (whole blood, plasma)
- Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV). Namun, HIV bukan kontraindikasi absolut
Vaksin Measles, Mumps, Rubella
Dosis : Dosis tunggal 0,5ml suntikan secara subkutan
Jadwal :
- IDAI → Vaksin MR: 9 bulan. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan vaksin MR, dapat
diberikan vaksin MMR.
Booster MR atau MMR : 18 bulan dan 5-7 tahun.
Efek Samping :
- Sekitar 15% pasien mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari, dapat terjadi 8-12
hari setelah vaksinasi
Penanganan Efek Samping :
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
- Jika demam, berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
Vaksin Polio Oral (OPV)

Vaksin polio trivalent terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah
dilemahkan (live attenuated). Vaksin dapat disimpan pada suhu 2-8oC selama maksimal 6 bulan dan tidak
boleh dibekukan.
Dosis dan Jadwal :
- Satu dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian secara oral (melalui mulut)
- Interval antar dosis minimal 4 minggu.
- IDAI → sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Selanjutnya OPV atau IPV diberikan bersamaan
dengan DTwP atau DTaP (usia 2,3,4 bulan).
Efek Samping : Sangat jarang terjadi reaksi efek samping sesudah imunisasi polio oral.
Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)
Merupakan vaksin polio bentuk suspensi injeksi.
Vaksin dapat disimpan pada suhu 2-8oC selama maksimal 6 bulan dan tidak
boleh dibekukan.
Kontraindikasi :
- Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif.
- Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.
- Alergi terhadap Streptomycin.
Dosis dan Jadwal:
- Dosis 0,5 ml suntikan secara intramuskular.
- Vaksin IPV minimal diberikan 2x sebelum usia 1 tahun bersama DTwP atau DTaP.
Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)
Efek Samping :
- Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi, dan bengkak dapat
terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan dapat bertahan selama 1-2 hari.
Penanganan Efek Samping :
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24
jam).
Vaksin Varisela
Merupakan vaksin kering dalam bentuk bubuk yang berisi vaksin hidup varisela-zoster yang dilemahkan. Vaksin
disimpan dalam suhu 2-8oC.
Rekomendasi :
- Diberikan mulai umur masuk sekolah (5 tahun)
- Pada anak ≥ 13 tahun, dianjurkan untuk diberikan dua kali selang 4 minggu
- Pada keadaan terjadi kontak dengan kasus varisela, untuk pencegahan, vaksin dapat diberikan dalam waktu 72
jam setelah penularan.
Kontraindikasi :
- Demam tinggi
- Hitung limfosit kurang dari 1200/µl atau adanya bukti defisiensi imun selular
- Mendapat pengobatan dosis tinggi kortikosteroid (2 mg/kgBB per hari atau lebih)
- Alergi neomisin
Dosis dan Jadwal: Dosis tunggal 0,5 ml suntikan secara subkutan.
Diberikan umur 12-18 bulan. Pada umur 1-12 tahun, diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu - 3 bulan.
Usia ≥13 tahun interval 4-6 minggu.
Vaksin Hepatitis A
Merupakan vaksin yang dibuat dari virus yang dimatikan.
Rekomendasi:
- Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA).
- Anak usia ≥ 2 tahun, terutama anak di daerah endemis.
- Pasien penyakit hati kronis
- Anak usia 2–3 tahun di tempat penitipan anak
Kontraindikasi:
- Individu yang mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama
Dosis dan jadwal :
- Dosis 0,5ml suntikan secara intramuskular
- Vaksin diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6-12 bulan kemudian
Vaksin Hepatitis B

Memberikan perlindungan dan mengurangi insiden penyakit hati kronik dan karsinoma hati.
Vaksin Hepatitis B mengandung HbsAg yang telah dimurnikan/ vaksin DNA rekombinan.
Rekomendasi :
- Semua bayi harus menerima vaksin Hepatiyis B saat lahir, sebaiknya dalam 24 jam pertama.
- Vaksin Hepatitis B bisa diberikan dengan vaksin BCG
- Kombinasi vaksin pentavalen direkomendasikan untuk dosis selanjutnya. Dua dosis tambahan dapat diberikan
dalam bentuk pentavalen 1 dan 3. Sebagai alternatif, tiga dosis tambahan dapat diberikan dalam bentuk
pentavalen 1, 2, dan 3. Interval antar dosis minimal empat minggu.
Vaksin Hepatitis B
Kontraindikasi :
- Riwayat efek samping yang berat pada penyuntikan dosis pertama
- Penderita infeksi berat yang disertai kejang
Dosis dan jadwal:
- Dosis 0,5 ml suntikan secara intramuskular
- Monovalen sebaiknya diberikan segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului dengan
vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Imunisasi selanjutnya diberikan bersama DTwP atau DTaP.
Efek Samping :
- Reaksi lokal : rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan, reaksi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
Penanganan Efek Samping :
- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis, berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6
kali dalam 24 jam).
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Vaksin Influenza
Mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza virus). Vaksin influenza mengandung antigen dari dua sub tipe virus yaitu
influenza A dan influenza B.
Rekomendasi :
- Semua orang usia ≥ 65 tahun
- Anak dengan penyakit kronik seperti asma, diabetes, penyakit ginjal dan kelemahan sistem imun
- Anak dan dewasa yang menderita penyakit metabolik kronis, termasuk diabetes, penyakit disfungsi ginjal, hemoglobinopati
dan imunodefisiensi
- Imunisasi influenza dapat diberikan kepada anak sehat usia 6–23 bulan.
Kontraindikasi :
- Individu dengan hipersensitif anafilaksis terhadap pemberian vaksin influenza sebelumnya
- Alergi berat terhadap protein telur
- Sedang menderita penyakit demam akut yang berat
Vaksin Influenza
Dosis dan Jadwal :
- IDAI → Diberikan mulai umur 6 bulan dan diulang setiap tahun. Pada umur 6 bulan-8 tahun
diberikan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Umur ≥9 tahun, imunisasi pertama 1
dosis.
- Anak usia <2 tahun → 0,25 ml suntikan secara intramuskular, anak usia >2 tahun → 0,5 ml
suntikan secara intramuskular
Vaksin Pneumokokus

Penyakit pneumokokus disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae yang merupakan
penyebab umum penyakit serius, seperti pneumonia, meningitis, dan septikemia, otitis media, atau
sinusitis. Terdapat dua macam vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumokokus polisakarida
(Pneumococcal Polysacharide Vaccine/PPV) dan vaksin pneumokokus konjugasi (Pneumococcal
Conjugate Vaccine/PCV). Berikut ini merupakan perbandingan keduanya:
Vaksin Pneumokokus
Vaksin Pneumokokus
Rekomendasi :
Vaksin PPV diberikan pada:
- Lansia usia > 65 tahun
- Anak usia >2 tahun yang mempunyai risiko tinggi IPD (Invasive Pneumococcal Disease) yaitu anak dengan asplenia (kongenital atau didapat),
penyakit sickle cell, splenic dysfunction dan HIV.
- Anak usia >2 tahun dengan imunokompromais
- Anak usia >2 tahun dengan imunokompeten yang menderita penyakit kronis yaitu penyakit paru atau ginjal kronis, diabetes
- Anak usia > 2 tahun kebocoran cairan serebrospinal

Vaksin PCV diberikan pada:


- Semua anak usia 2 bulan – 5 tahun
- Anak dengan risiko tinggi IPD
- Pasien dengan imunokompromais
- Pasien dengan imunokompeten yang menderita penyakit kronis yaitu penyakit paru atau ginjal kronis, diabetes
- Pasien kebocoran cairan serebrospinal
- Dianjurkan pada anak yang tinggal di rumah yang huniannya padat, lingkungan merokok, di panti asuhan, atau sering terserang akut otitis
media
Vaksin Pneumokokus
Dosis dan Jadwal :
- Dosis 0,5ml suntikan secara intramuskular
- Diberikan pada umur 2,4, 6 bulan dengan booster umur 12-15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12
bulan, PCV diberikan 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah umur 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari
dosis sebelumnya. Jika belum diberikan pada umur 1-2 tahun, PCV diberikan 2 kali dengan jarak minimal 2
bulan. Jika belum diberikan pada umur 2-5 tahun, PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, PCV13
diberikan 1 kali
Vaksin Human Papillomavirus (HPV)
Terdapat dua jenis vaksin HPV yaitu vaksin bivalen (tipe 16 dan 18) dan vaksin quadrivalen (tipe 6, 11, 16 dan 18). Vaksin HPV
mempunyai efikasi 96–98% untuk mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh HPV tipe 16/18. Vaksin ini disimpan pada
suhu 2-8oC dan tidak boleh dibekukan.
Rekomendasi:
- Diperuntukkan anak perempuan sejak usia >9 tahun, sebelum aktif secara seksual.
Kontraindikasi :
- Reaksi anafilaktik atau alergi setelah pemberian dosis pertama
- Interval antar dosis sebaiknya tidak lebih dari 12-15 bulan untuk menyelesaikan
jadwalkan segera dan sebelum dimulainya aktivitas seksual. Jika interval antar dua dosis kurang dari lima bulan, dosis
ketiga harus diberikan setidaknya enam bulan setelah dosis pertama.
- Untuk wanita di atas 15 tahun, atau yang diketahui memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu jadwal tiga dosis
(pada 0, 1 atau 2 dan 6 bulan) lebih dianjurkan.
Vaksin Human Papillomavirus (HPV)

Dosis dan Jadwal:


- Dosis 0,5 ml suntikan secara intramuskular
- Diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS
kelas 5 dan 6). Umur 15 tahun atau lebih diberikan 3 kali dengan jadwal 0,1,6 bulan (HPV bivalen) atau 0,2,6
bulan (HPV quadrivalent).
Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus mengandung satu atau lebih strain virus yang dilemahkan (live attenuated). Vaksin disimpan pada suhu 2-8oC dan tidak
boleh dibekukan.
Kontraindikasi :
- Reaksi alergi yang parah terhadap dosis sebelumnya
- Immunodefisiensi yang parah

Terdapat dua jenis vaksin rotavirus yang telah ada di pasaran yaitu vaksin monovalent dan pentavalent.
Vaksin Monovalent Oral
Vaksin ini merupakan vaksin live, attenuated, berasal dari human RV/galur 89 – 12. Vaksin monovalen berisi RV tipe G1, P1A (P8).
Dosis dan Jadwal :
- Dosis 1,5 ml diberikan secara oral
- Pemberian dalam 2 dosis pada usia 6–12 minggu dengan interval 4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu
Vaksin Rotavirus
Vaksin Pentavalent Oral
Vaksin ini merupakan live, attenuated, terdiri dari kombinasi dari strain yang diisolasi dari human dan bovine.
Dosis dan Jadwal :
- Dosis 2ml diberikan secara oral
- Pemberian dalam 3 dosis dengan interval 4 – 10 minggu sejak pemberian dosis pertama.
- Dosis pertama diberikan umur 2 bulan.
- Maksimal diberikan pada saat bayi berumur 8 bulan.
- Pemberian vaksin rotavirus diharapkan selesai pada usia 32 minggu
Vaksin Japanese Encephalitis

Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi otak yang disebabkan oleh virus. Meskipun secara tradisional dianggap
sebagai penyakit anak-anak, JE dapat terjadi pada semua umur, terutama ketika virus masuk ke daerah baru di mana
populasinya tidak ada kekebalan yang sudah ada sebelumnya. Vaksin JE tersedia dalam 4 tipe.
Kontraindikasi :
- Alergi terhadap komponen vaksin
- Gangguan sistem imun
- Ensefalopati, epilepsi yang tidak terkontrol
Dosis dan Jadwal :
- Diberikan secara serial dengan dosis 1 ml secara subkutan, diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis
atau yang akan bepergian ke daerah endemis. Booster dapat dilakukan 1-2 tahun kemudian.
Vaksin Dengue

Vaksin dengue saat ini sudah terdiri dari live attenuated recombinant vaccines baru dengan nama CYD dengue vaccine.
Vaksin dengue terdiri dari powder dan pelarut. Pada penerima vaksin dengue CYD didapatkan 30% reaksi lokal
berupa nyeri, 40% reaksi sistemik berupa nyeri kepala, lemas, dan nyeri otot.
Kontraindikasi :
- Riwayat alergi terhadap ragi
- Riwayat alergi yang berat pada penyuntikan dosis pertama
Dosis :
- Dosis 0,5 ml diberikan secara subkutan.
- Diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositif dengue yang dibuktikan dengan riwayat pernah
dirawat dengan diagnosis dengue atau pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.
Vaksin Tifoid
Vaksin tifoid polisakarida parenteral terdiri atas: setiap 0,5 ml mengandung kuman Salmonella typhii, polisakarida
0,025 mg, fenol dan larutan bufer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat, dan monosodium fosfat.
Daya proteksi vaksin ini hanya sebesar 50%-80%, sehingga individu sebaiknya tetap dianjurkan untuk memilih
makanan dan minuman yang higienis walaupun telah mendapatkan imunisasi. Vaksin ini disimpan pada suhu 2-8 oC
dan tidak boleh dibekukan.
Kontraindikasi :
- Alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin.
- Anak dalam kondisi demam, memiliki penyakit akut maupun penyakit kronik progresif
Dosis dan Jadwal :
- Dosis 0,5 ml suntikan secara intramuskular atau subkutan pada daerah deltoid atau paha
- Imunisasi ulangan dilakukan tiap 3 tahun.
Vaksin Haemophilus Influenza tipe B (HiB)
Vaksin Hib tersedia dalam bentuk yang berdiri sendiri atau dikombinasikan dengan vaksin DTP dan
HepB (pentavalen). Vaksin disimpan dalam suhu 2-8o C dan tidak boleh dibekukan.
Kontraindikasi :
- Reaksi anafilaksis atau hipersensitif setelah pemberian dosis sebelumnya.
Dosis dan Jadwal :
- Dosis 0,5 ml suntikan secara intramuskular
- Diberikan mulai usia 2,3, dan 4 bulan. Booster diberikan saat usia 18 bulan.
Vaksin Difteri-Tetanus-Pertusis (DTP)

Kontraindikasi :
- Kontraindikasi vaksin DTaP: reaksi alergi yang parah atau anafilaksis setelah pemberian vaksin
DTaP, ensefalopati (koma, penurunan tingkat kesadaran, atau kejang berkepanjangan) yang
terjadi dalam tujuh hari pemberian DTaP dan tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.
Dosis dan Jadwal :
- Dosis 0,5ml suntikan secara intramuskular
- Vaksin DPT diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP. Vaksin diberikan
pada umur 2,3,4 bulan atau 2,4,6 bulan. Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan,
kemudian 5-7 tahun atau pada program BIAS kelas 1. Booster selanjutnya pada umur 10-18
tahun atau pada program BIAS kelas 5. Booster Td diberikan setiap 10 tahun
Vaksin Difteri-Tetanus-Pertusis (DTP)

Efek Samping :
- Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan
- Demam dapat muncul pada sejumlah besar kasus
- Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada
tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Penanganan Efek Samping :
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
- Jika reaksi memberat dan menetap, segera bawa bayi ke dokter.
Teknik Pemberian Vaksin
Cara Pemberian Vaksin
Teknik Pemberian Vaksin
Penyimpanan Vaksin
Suhu Penyimpanan Vaksin
Vaccine Vial Monitor
Masa Pemakaian Vaksin Sisa
Sarana Penyimpanan Vaksin
Penempatan
Vaksin
Uji Kocok/ shake test
Uji Kocok
Shake Test digunakan untuk memeriksa apakah vaksin yang sensitif beku telah rusak dengan paparan suhu di bawah
0 °C
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI)
Reaksi Ringan
Reaksi Berat
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global telah berkomitmen untuk mendukung
agenda-agenda pengendalian penyakit global, terutama penyakit-penyakit yang dapat dikendalikan
dengan imunisasi. Pemahaman yang baik dan benar terkait vaksin merupakan modal penting untuk
membantu memperluas cakupan vaksin di Indonesia. Tenaga kesehatan dapat menjadi pilar dalam
edukasi masyarakat mengenai fungsi vaksin, cara pemberian, jadwal pemberian, indikasi,
kontraindikasi, efek samping, hingga KIPI dari setiap masing-masing vaksin. Selain tata cara
penggunaannya, tata cara penyimpanan vaksin juga penting untuk diketahui khususnya bagi para
tenaga kesehatan.
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2022). “Petunjuk Teknis Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)”, p. 5-73.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015). ‘Buku Ajar Imunisasi’, p. 25-72.
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2017). “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi”,
p. 7-112.
4. CDC. What’s In Vaccines. 2022 (cited 2023 March 25th). Available from: https://www.cdc.gov/vaccines/vac-gen/additives.htm
5. IDAI. Jadwal Imunisasi IDAI 2020. 2020 (cited 2023 March 21st). Available from : https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
6. WHO (2015). “Immunization in Practice - A Practical Guide for Health Staff”, p.7-80.
7. NCBI. Diphteria Tetanus Pertussis (DTaP) Vaccine. 2022 (cited 2023 March 21st). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545173/
8. Ewa Szwejser-Zawislak et al. MDPI. Evaluation of Whole-Cell and Acellular Pertussis Vaccines in the Context of Long-Term Herd Immunity. 2022 (cited 2023
March 21st). Available from: https://www.mdpi.com/2076-393X/11/1/1
9. Saskia van der Lee et al. Frontiers. Whole-Cell or Acellular Pertussis Primary Immunizations in Infancy Determines Adolescent Cellular Immune Profiles. 2022
(cited 2023 March 21st). Available from: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fimmu.2018.00051/full
10. WHO. Pertussis. (cited 2023 March 21st). Available from:
https://www.who.int/teams/health-product-and-policy-standards/standards-and-specifications/vaccine-standardization/pertussis
11. Melbourne Vaccine Education Centre. Administration of Vaccines. 2022 (cited 2023 March 21st). Available from :
https://mvec.mcri.edu.au/references/administration-of-injected-vaccines-correct-technique/
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai