Anda di halaman 1dari 15

IMUNISASI BOOSTER

(IMUNISASI LANJUTAN)
ARINA FAHRUN NISAK
INDANA RIZA MAHARANI
WINDY AYU LESTARI
RAHMA NINDIASTUTI
TAMARA ASTRININGTYAS PUTRI
MUTIARA PUTRI NANDA RIZKI
ICHTIARNI SULUNG PERTIWI
IIS FATURROHMA AGUSTIN
ANGGRAINI OKTAFIRA
ALYA KANTHI RAHAYU
PENGERTIAN

Imunisasi booster merupakan imunisasi


ulangan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan atau untuk memperpanjang
masa perlindungan. (Permenkes no.42)
DPT HB

DPT Hib

Campak

MMR

MACAM-MACAM Varicella
IMUNISASI

Hepatitis A

Pneumokokus

Vaksin Influenza

Tifoid
DPT HB
Imuniasi DPT Hepatitis B (diphteria, pertussis, tetanus
hepatitis B) merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit difter, pertusis,
dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang
mengandung racun kuman difteri yan telah
dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat
merangsang pemberian zat anti (toksoid).
Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus perlu
dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat
serta dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita (Hidayat, 2008).
Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6
minggu. DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan,
DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya (DPT 4) diberikan satu tahun
setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk sekolah
5-7 tahun. DT 5 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan DT
6 diberikan pada umur 12 tahun. Sebaiknya untuk ulangan pada umur 12 tahun
diberikan dT (adt-adult dose untuk vaksin difteria).
DPT Hib

Imunisasi HiB (haemophilus influenza tipe b)


merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit influenza tipe b. Vaksin ini adalah
bentuk polisakarida murni (PRP; purified capsular
polysaccharide) kuman H.influenzae tipe b. Antigen dalam
vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein
lain, seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D
atau PRPCR50), atau dengan kuman menongokokus (PRP-
OMPC). Pada pemberian PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan
dnegan interval 2 bulan, kemudian booster-nya dapat
diberikan pada usia 18 bulan (Hidayat, 2008).
Campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang


digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada
anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin
ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak
diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek
samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan
panas. Angka kejadian campak juga tinggi dalam
memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. Vaksin
campak diberikan pada umur 9 bulan, dalam satu dosis 0,5
ml.
MMR

Imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) merupakan imunisasi yang digunakan


dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles); gondong,
parotis epidemika (mumps); dan campak Jerman (rubella). Dalam imunisasi
MMR, antigen yang dipakai adalah virus campak starin Edmonson yang
dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3, dan virus gondong. Vaksin harus
disimpan pada suhu 2-8°C atau lebih dan terlindung dari sinar matahari.
Vaksin harus digunakan dalam waktu 1 jam setelah di larutkan dan diletakan
pada tempat sejuk, terlindung dari cahaya menjaga vaksin tetap stabil dan
tidak kehilangan potensinya. Vaksin kehilangan potensi pada suhu 22-25°C.

Dosis pemberian adalah satu kali 0,5 ml secara intramuscular atau subkutan dalam.
Vaksin diberikan pada anak umur 15-18 bulan untuk menghasilkan serokonversi
terhadap ketiga virus tersebut. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah
imunisasi yang lain. Apabila anak telah mendapatkan imunisasi MMR pada usia 12-18
bulan, maka imunisasi campak-2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Vaksin
ulang diberikan pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun sebelum pubertas.
Khusus pada daerah endemik, sebaiknya diberikan
imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6
bulan atau 9-11 bualn dan booster (ulangan) dapat
dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan. Vaksin harus
diberikan, meskipun ada riwayat infeksi campak,
gondongan, rubella atau imunisasi campak. Imunisasi MMR
dapat diberikan pada usia 9 bulan, serta beberapa indikasi
berikut ini: anak dengan penyakit kronis seperti kistik
fibrosis, kelainan jantung/ginjal bawaan, gagal tumbuh,
sindrom down. Infeksi HIV, anak diatas 1 tahun di tempat
penitipan anak (TPA)/kelompok bermain dan anak
dilembaga cacat mental. Anak dengan riwayat kejang atau
riwayat keluarga pernah kejang harus diberikan imunisasi
ini.
Kontraindikasi MMR

Kontra indikasi imunisasi ini antara lain keganasan


yang tidak diobati. Gangguan imunitas, alergi berat,
demam akut, sedang mendapat vaksin hidup lain seperti
BCG, kehamilan, dalam tiga bulan setelah tranfusi darah
atau pemberian imunoglobin, defisiensi imun termasuk
HIV dan setelah suntikan imunoglobin. Reaksi KIPI dari
vaksin MMR, antara alin reaksi sistemik seperti malaise,
ruam, demam, kejang demam dalam 6-11 hari,
ensefalitis, pembengkekan kelenjar parotitis,
meningoensefalitis dan trombositopeni.
VARICELLA
(CACAR AIR)
Imunisasi varicella merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit cacar air (varicella). Vaksin varicella merupakan virus varicella zoozter strain OKA
yang dilemahkan dalam bentuk bubuk kering. Bentuk ini kurang stabil dibanding vaksin virus
hidup lain. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-80C. Efektivitas vaksin ini tidak diragukan lagi,
tetapi harga untuk saat ini masih sangat mahal.
Pemberian pada anak hanya diperlukan satu dosis vaksin. Bagi individu imunokompromise,
remaja dan dewasa memerlukan dua dosis, selang 1-2 bulan. Vaksin dapat diberikan bersamaan
dengan vaksin MMR. Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12
tahun di daerah tropis dengan dosis 0,5 ml secara subkutan dan apabila di atas 13 tahun dapat
diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu. Untuk anak yang kontak dengan
penderita varisela, vaksin dapat mencegah penularan bila diberikan dalam waktu 72 jam setelah
kontak.
Reaksi KIPI pada vaksin ini, antara lain reaksi local berupa ruam papul-vesikel ringan.
Kontra indikasi vaksin ini, antara lain demam tinggi, hitung limfosit kurang dari 1200 µI,
defisiensi imun seluler, seperti pengobatan keganasan, pengobatan kortikosteroid dosis tinggi
(2mg/kgBB/hari atau lebih) serta alergi neomisin.
HEPATITIS A

Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi dapat digunakan untuk mencegah


terjadinya penyakit hepatitis A. pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk usia
diatas 2 tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin Havrix (berisi virus hepatitis A
strain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2 suntikan dan interval 4 minggu,
booster pada 6 bulan setelah nya. Jika menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3
kali suntikan pada usia 6 dan 12 bulan.
Pemberian bersamaan dengan vaksin lain (hepatitis b atau tifoid) tidak
mengganggu respon imun masing-masing vaksin dan tidak meningkatkan frekuensi
efek samping. Kombinasi hepatitis B/Hepatitis A dalam kemasan Prefilled syringe 0,5
ml intramuskuler. Vaksin kombinasi ini tidak diberikan pada bayi kurang dari 12
bulan, tetapi diberikan pada anak lebih dari 12 bulan untuk mengejar imunisasi
hepatitis B yang belum lengkap/belum pernah. Efek samping dari vaksin ini sangat
jarang. Reaksi local ringan merupakan efek tersering dan demam pada 4% resipien.
VAKSIN PNEOMUKOKUS

Bertujuan untuk mengurangi mortalitas akibat pneumokokus invasif, adalah


pneumonia, bakteriemia dan meningitis. Vaksin ini dianjurkan diberikan diberikan pada
orang lanjut usia diatas 65 tahun, seseorang dengan asplenia termasuk anak dengan
penyakit sickle cell usia lebih dari 2 tahun, pasien imunokompromise, pasien
imunokompeten dan kebocoran cairan serebrospinal.
Vaksin ini diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml secara intramuskuler atau subkutan
dalam di daerah deltoid atau paha anterolateral. Vaksin ulang hanya diberikan bila seorang
anak mempunyai resiko tertular pneumokokus setelah 3-5 tahun atau lebih. Reaksi KIPI
imunisasi ini adalah eritem atau nyeri ringan pada tempat suntikan kurang dari 48 jam,
demam ringan mialgia pada dosis ke dua. Reaksi anafilaksis jarang ditemukan.
Kontra indikasi absolute apabila timbul reaksi anafilaksis setelah pemberian vaksin.
Kontra indikasi relative vaksinasi pneumokokus, adalah umur kurang dari 2 tahun, dalam
pengobatan imunosupresan/radiasi kelenjar limfe, kehamilan, telah mendapatkan vaksin
pneumokokus dalam 3 tahun.
VAKSIN
INFLUENZA

Mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza virus) terdapat 2 macam vaksin, yaitu
whole-virus dan split-virus vaccine. Untuk anak-anak dianjurkan jenis split virus vaccine karena tidak
menyebabkan demam tinggi. Vaksin ini dianjurkan diberikan secara teratur pada kelompok resiko
tinggi, antara lain pasien asma dan kistik fibrosis, anak dengan penyakit jantung, dan pengobatan
imunosupresan, terinfeksi HIV, sickle cell anemia, penyakit ginjal kronis, penyakit metabolik kronis
(diabetes), penyakit yang membutuhkan obat aspirin jangka panjang.
Vaksin biasanya diberikan sebelum musim penyakit influenza datang. Pada individu yang pernah
terpajan diberikan 1 kali dengan dosis tunggal. Pada anak atau dewasa dengan gangguan fungsi imun,
diberikan 2 dosis dengan jangka interval 4 munggu. Vaksin diberikan dengan suntikan subkutan atau
intramuscular. 1 dosis secara teratur setiap tahun dapat diberikan pada anak usia 9 tahun keatas. Anak
usia 6 bulan sampai 9 tahun bila mendapatkan vaksin pertama kali harus diberikan disis 2 kali
berturut-turut dalam jarak 1 bulan
Kontra indikasi vaksin influenza, antara lain hipersensitif anafilaksis terhadap vaksin influenza
sebelumnya, hipersensitif telur, demam akut sedang atau berat, ibu hamil dan ibu menyusui. Reaksi
KIPI dari vaksin ini, antara lain nyeri local, eritema dan indurasi di tempat penyuntikan, demam, lemas,
mialgia (flu-like symptoms) setelah 6 sampai 12 jam pasca imunisasi selama 1-2 hari.
TIFOID

Terdapat dua jenis vaksin demamtifoid, yaitu vaksin suntikan(polisakarida atau capsular Vi
Polisaccharide/ViPS) dan vaksin tipoid oral Ty21a. Vaksin suntikan diberikan setiap pada umur lebih dari 2
tahun. Vaksin ulangan berikan setiap 3 tahun.
Vaksin oral dikemas dalam bentuk kapsul, disimpan pada suhu 2-8 °C. Vaksin diberikan pada umur lebih
dari 6 tahun, dalam 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3,5). Vaksin ulangan diberikan setiap 3-5
tahun. Vaksin ke-4 ini umumnya diberikan pada turis yang akan berkunjung ke daerah endemis tifoid.
Vaksin diminum 1 jam sebelum makan dengan minuman yang tidak lebih dari 37°C. Kapul harus ditelan
utuh dan tidak boleh dipecahkan karena dapat rusak oleh asam lambung. Vaksin tidak boleh diberikan
bersamaan dengan antibiotic, sulfonamide atau antimalaria yang aktif terhadap salmonella. Vaksin memberi
respon kuat terhadap interferon mukosa, sehingga pemberian vaksin polio oral ditunda dua minggu setelah
pemberian kapsul tifoid ini.
Dianjurkan imunisasi tifoid sebelum berpergian ke daerah resiko tinggi demam tifoid. Reaksi KIPI vaksin
ini, antara lain reaksi local (bengkak, nyeri, kemerahan di tempat penyuntikan). Reaksi sistemik seperti
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea dan nyeri perut jarang dijumpai. Kontra indikasi
vaksin ini anatara lain alergi bahan ajuvan vaksin dan demam. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-8°C, tidak
boleh dibekukan dan akan kadaluwarsa dalam waktu 3 tahun
TERIMAKASIH 
MATUR SUWUN
THANK YOU
KHAMSAHAMIDA
DANKE

Anda mungkin juga menyukai