Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI HEPATITIS B

PADA ANAK SEHAT

Dosen Pembimbing : I Ketut Labir, SSTS,S.Kep.,Ns.,M.Kes.

OLEH
NI MADE AYU WIDYASARI
P07120018086
TINGKAT 3.3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D III

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
1. KONSEP IMUNISASI PADA ANAK
1.1 Pengertian Imunisasi
Kata imun berasal dari bahasa Latin yaitu immunitas yang artinya
pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada senator Romawi selama masa
jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warga negara biasa dan terhadap
dakwaan. Kemudian dalam perkembangan sejarah, pengertiannya berubah
menjadi perlindungan terhadap penyakit dan lebih spesifik lagi terhadap penyakit
menular. Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi, yang dalam
bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toksin disebut antigen).
Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau protein
racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke dalam tubuh manusia,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti terhadap racun kuman
yang disebut dengan antibodi (Riyadi, 2011).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2009). Imunisasi adalah
cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap penyakit, sehingga bila
kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang
diperoleh dari imunisasi ini dapat berupa kekebalan pasif ataupun aktif (IDAI,
2011).
1.2 Jenis-Jenis Imunisasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013,
berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan imunisasi pilihan (Kemenkes RI, 2013).
1) Imunisasi Wajib
a. Bacillus Calmette Guerin (BCG)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau
yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian
imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya
diberikan pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi
BCG melalui intradermal.
b. Diphtheria Pertusis Tetanus (DPT)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT ini merupakan
vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang telah dihilangkan
sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(Toxoid). Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2 – 11 bulan
dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui
injeksi intramuskular.
c. Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis
B pada umur 0 – 11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah
intramuscular.
d. Polio
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
Terdapat 2 macam vaksin polio yaitu Inactivated Polio Vaccine (IPV =
Vaksin Salk) dan Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin) Frekuensi
pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi
Polio antara umur 0 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian
imunisasi Polio melalui oral.
e. Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Penyakit
infeksi ini disebabkan oleh virus morbilli yang menular melalui droplet.
Imunisasi campak diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak satu kali
dengan waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9 – 11 bulan. Cara
pemberian imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek
sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.
2) Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam
imunisasi wajib, namun penting diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di
Indonesia mengingat beban penyakit dari masing-masing penyakit.
a. Imunisasi Measles, Mumps, Rubella
Imunisasi MMR bertujuan untuk mencegah Measles (campak),
Mumps (gondongan) dan Rubella merupakan vaksin kering yang
mengandung virus hidup. Vaksin MMR harus diberikan sekalipun ada
riwayat infeksi campak, gondongan dan rubella atau sudah mendapatkan
imunisasi campak. Bisa diberikan pada anak dengan penyakit kronis
seperti kistik fibrosis, kelainan jantung bawaan, kelainan ginjal bawaan,
gagal tumbuh, sindrom Down. Pemberian imunisasi MMR pada anak
berusia ≥ 1 tahun yang berada di day care centre, family day care dan
playgroups.
b. Haemophilllus influenzae tipe b (Hib)
Imunisasi Hib adalah vaksin polisakarida konyugasi dalam bentuk
liquid, yang dapat diberikan tersendiri atau dikombinasikan dengan vaksin
DPaT (tetravalent) atau DpaT/HB (pentavalent) atau DpaT/HB/IPV
(heksavalent). Kontra Indikasi: Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi
berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibody.
c. Imunisai tifoid
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit thypus abdominalis. Terdapat 2 jenis vaksin tifoid, yaitu :
1) Vaksin tifoid oral
• Dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non patogen yang telah
dilemahkan, menimbulkan respon imun sekretorik IgA,
mempunyai reaksi samping yang lebih rendah dibandingkan
vaksin parenteral.
• Kemasan dalam bentuk kapsul.
• Penyimpanan pada suhu 2 – 80C.
• Vaksin tifoid oral diberikan untuk anak usia ≥ 6 tahun.
2) Vaksin tifoid polisakarida parenteral
• Susunan vaksin polisakarida: setiap 0,5 ml mengandung kuman
Salmonella typhii; polisakarida 0,025 mg; fenol dan larutan bufer
yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat, monosodium
fosfat.
• Penyimpanan pada suhu 2 – 80C, jangan dibekukan
• Kadaluwarsa dalam 3 tahun
• Vaksin Polisakarida Parenteral diberikan untuk anak usia ≥ 2
tahun.
d. Imunisasi Varicela
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin virus hidup varisela-
zoster yang dilemahkan terdapat dalam bentuk bubuk kering.
Penyimpanan pada suhu 2–80C. Vaksin dapat diberikan bersama
dengan vaksin MMR (MMR/V). Vaksin diberikan mulai umur masuk
sekolah (5 tahun). Pada anak ≥ 13 tahun vaksin dianjurkan untuk
diberikan dua kali selang 4 minggu.
e. Imunisasi Hepatitis A
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya hepatitis A.
Rekomendasi:
1) Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA).
2) Anak usia ≥ 2 tahun, didaerah terutama endemis. Pada anak usia >
2 tahun antibodi maternal sudah menghilang. Di lain pihak,
kehidupan sosialnya semakin luas dan semakin tinggi pula paparan
terhadap makanan dan minuman yang tercemar.
3) Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis fulminan bila
tertular VHA.
4) Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penyaji makanan;
anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan Anak (TPA); staf TPA;
staf dan penghuni institusi untuk cacat mental; pria homoseksual
dengan pasangan ganda; pasien koagulopati; pekerja dengan
primata bukan manusia; staf bangsal neonatologi.
f. Imunisasi Influenza
1) Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif (inactivated
influenza virus).
2) Vaksin influenza mengandung antigen dari dua sub tipe virus
influenza A dan satu sub tipe virus influenza B, subtipenya setiap
tahun direkomendasikan oleh WHO berdasarkan surveilans
epidemiologi seluruh dunia.
3) Untuk menjaga agar daya proteksi berlangsung terus-menerus,
maka perlu dilakukan vaksinasi secara teratur setiap tahun,
menggunakan vaksin yang mengandung galur yang mutakhir.
4) Vaksin influenza inaktif aman dan imunogenesitas tinggi.
5) Vaksin influenza harus disimpan dalam lemari es dengan suhu 2 oC
– 8oC
6) Tidak boleh dibekukan
g. Human Papiloma Virus (HPV)
Vaksin HPV yang telah beredar di Indonesia dibuat dengan
teknologi rekombinan. Vaksin HPV berpotensi untuk mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan infeksi
HPV. Terdapat dua jenis vaksin HPV yaitu: vaksin bivalen (tipe 16
dan 18) dan vaksin quadrivalen (tipe 6, 11, 16 dan 18). Vaksin HPV
mempunyai efikasi 96–98% untuk mencegah kanker leher rahim yang
disebabkan oleh HPV tipe 16/18. Imunisasi vaksin HPV
diperuntukkan pada anak perempuan sejak usia > 10 tahun. Dosis 0,5
ml, diberikan secara intra muskular pada daerah deltoid. Vaksin HPV
bivalen, jadwal 0,1 dan 6 bulan pada anak usia lebih dari 10 tahun.
Vaksin HPV quadrivalen, jadwal 0,2 dan 6 bulan pada anak usia lebih
dari 10 tahun.

1.3 Cara Pemberiaan Imunisasi


Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu imunisasi dasar yang tepat
untuk pemberian imunisasi (Kemenkes RI, 2013).
Jenis Dosis Cara Pemberian Tempat
Vaksin
Hepatitis B 0,5 ml Intra Muskuler Paha
BCG 0,05 ml Intra Kutan Lengan kanan atas
Polio 2 tetes Oral Mulut
DPT-HB-Hib 0,5 ml Intra Muskuler Paha untuk bayi
Lengan Kanan
untuk batita
Campak 0,5 ml Sub Kutan Lengan kiri atas
DT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
TT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas

Jarak minimal antar dua pemberian imunisasi yang sama adalah 4


(empat) minggu. Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.

1.4 Waktu Pemberiaan Imunisasi


Waktu yang tepat untuk pemberiaan imunisasi dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

1.5 Rantai Dingin (Cold Chain)


Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam
keadaan baik, atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek
kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperature
yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya.
Dibawah ini potensi vaksin dalam temperature :

Vaksin 2 – 8oC 35 – 37o C

DT 3 – 7 tahun 6 minggu

Pertusis 18 – 24 bulan Dibawah 50% dalam 1 minggu

BCG
- Kristal 1 tahun Dibawah 20% dalam 3 – 14 hari

- Cair Dipakai dalam 1 kali Dipakai dalam 1 kali kerja


kerja

Campak

- Kristal 2 tahun 1 minggu

- Cair Dipakai dalam 1 kali Dipakai dalam 1 kali kerja


kerja

Polio 6 – 12 bulan 1 – 3 hari


2. KONSEP IMUNISASI HEPATITIS B PADA ANAK
2.1 Pengertian Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah Imunisasi / pemberian vaksin untuk
mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati
(Marimbi,Hanum. 2010). Imunisasi Hepatitis B adalah pemberian vaksin yang
diberikan sedini mungkin setelah lahir,mengingat paling tidak 3,9 % hamil
merupakan mengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal kurang lebih
sebesar 45%. (Sudarti,M.Kes.dkk. 2010). Imunisasi Hepatitis B ditujukan
untuk memberi tubuh kekebalan terhadap penyakit Hepatitis B. Kandungan
vaksin ini adalah HBsAg dalam bentuk cair (Proverawati, 2010).

Vaksin hepatitis B diberikan untuk melindungi bayi dengan memberi


kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. yaitu penyakit infesi lever yang
dapat menyebabkan sirosis hati, kanker, dan kematian. Imunisasi hepatitis B
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat
diberikan pada usia 6 tahun (Hidayat, 2009).

2.2 Jenis Vaksin Hepatitis B


Imunisasi Hepatitis B terdiri dari dua bentuk, imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
1. Imunisasi Pasif
Imunitas pasif yang didapat melalui anti-HBs dapat melindungi individu dari
infeksi Hepatitis B akut dan kronik bila diberikan segera setelah paparan, dengan
menggunakan imunoglobulin yang mengandung titer anti-HBs yang tinggi.
Profilaksis pasca paparan diberikan kepada bayi yang dilahirkan dari ibu yang
menderita Hepatitis B, paparan membran mukosa atau kulit terhadap darah yang
terinfeksi virus Hepatitis B, dan kontak seksual pada pasien yang HBsAg positif.
Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) juga digunakan untuk melindungi pasien dari
infeksi Hepatitis B rekuren setelah transplantasi hati. Proteksi yang dihasilkan oleh
HBIG hanya bertahan selama beberapa bulan..
2. Imunisasi Aktif
Vaksin Hepatitis B yang aman, imunogenik, dan efektif telah dipasarkan
sejak tahun 1982. Vaksin Hepatitis B mengandung HBsAg yang dimurnikan. Vaksin
dapat diperoleh dari hasil kultur HBsAg dari plasma pasien infeksi Hepatitis B kronik
(plasma-derived vaccine) atau dengan memasukkan plasmid yang mengandung gen
S virus dan pada beberapa kasus pre-S1 dan atau pre S2 ke dalam ragi atau sel
mamalia. Insersi ini akan menginduksi sel mengekspresikan HBsAg, yang berkumpul
menjadi partikel imunogenik (vaksin DNA rekombinan). Vaksin tersebut mengalami
inaktivasi, dimurnikan, dan ditambah aluminium fosfat atau alminium hidroksida,
dan diawetkan dengan thimerosal.
Contoh produk vaksin Hepatitis B yang beredar di pasaran adalah
Recombivax HB (Merck) dan Engerix-B (Glaxo Smith Kline). Kedua vaksin tersebut
mempunyai efektivitas yang serupa. Vaksin tersebut termasuk vaksin DNA
rekombinan, dimana vaksin menginduksi sel T yang spesifik terhadap HBsAg dan sel
B yang dependen terhadap sel T untuk menghasilkan antibodi anti-HBs secepatnya 2
minggu setelah vaksin dosis pertama.

2.3 Cara Pemberian dan Prosedur Imunisasi Hepatitis B


▪ Buka kantong aluminium/plastik dan keluarkan alat suntik Prefilled
Injection Device (PID).
▪ Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang
keduanya diantara jari dan jempol lalu dengan gerakan cepat dorong
tutup jarum kearah leher. Teruskan mendorong sampai tidak ada jarak
antara tutup jarum dan leher
▪ Buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher. Vaksin
disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM tanpa aspirasi pada
anterolateral paha.
▪ Pijat reservoir dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservoir
kempis cabut alat suntik
▪ Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali
▪ Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan
interval waktu minimal 4 minggu (Depkes RI, 2005).
Imunisasi hepatitis B diberikan minimal 12 jam setelah lahir.
Sebelumnya dipastikan kondisi bayi stabil, tidak ada gangguan pada paru-
paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan pada usia 2 bulan dan usia antara
3-6 bulan. Khusus bagi bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang
mengidap VHB, diberikan imunoglobulin khusus dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Kemudian dalam waktu 7 hari berikutnya bayi harus sudah
mendapat imunisasi aktif dengan penyuntikan vaksin hepatitis B. Hepatitis
B juga direkomendasikan untuk diberikan pada orang dewasa. Dengan
tiga kali pemberian, vaksin hepatitis B dapat memberikan perlindungan
sebesar 90 persen (Lavanchy, 2012).

2.4 Kontraindikasi Imunisasi Hepatitis B


Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi berat
disertai kejang atau mengalami gangguan pada paru-paru dan jantung, masih
diizinkan untuk pasien batuk/pilek. Hipersensitivitas (atau
reaksi hipersensitivitas) adalah reaksi berlebihan, tidak diinginkan karena
terlalu senisitifnya respon imun (merusak, menghasilkan ketidaknyamanan,
dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan oleh sistem imun (Depkes RI,
2005).

2.5 Efek Samping Imunisasi Hepatitis B


▪ Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakkan disekitar tempat bekas penyuntikan.
▪ Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak
pada saluran cerna
▪ Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2 hari.
(Kemenkes RI, 2013)
3. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI HEPATITIS B
PADA ANAK
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Identitas klien yang terdiri dari nama, no. rm, tanggal lahir, jenis kelamin,
kewarganegaraan, pendidikan, agama, status, tgl masuk rumah sakit, tgl
pengkajian, diagnosis medis serta identitas penanggung jawab pasien.
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk rumah
sakit. Biasanya keluhan utama pada penderita HIV/AIDS yaitu diare.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan
penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja yang memperberat
dan meringankan keluhan.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Menanyakan masalah kesehatan yang lalu, baik yang berkaitan
langsung dengan penyakit sekarang maupun yang tidak ada kaitannya
seperti riwayat MRS, riwayat dioperasi, riwayat kelainan bawaan, dan
riwayat alergi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya
dengan penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan
keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang
dialami oleh klien. Pada pengkajian ini tertunya terdapat genogram.
e. Riwayat Kelainan
Kaji riwayat kelahiran apakah spontan, forcep, vacum, atau sectio
caesarea. Kaji kelahiran apakah dibantu oleh dukun, bidan, ataupun
dokter.
f. Riwayat Tumbuh Kembang
Kaji proses tumbuh kembang pada anak mulai dari merangkak, berdiri,
hingga berjalan. Selain itu, kaji adanya masalah pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.
g. Riwayat Imunisasi
Kaji imunisasi yang telah anak dapatkan seperti imunisasi BCG, Polio,
Hepatitis B, Varisela, DPT, Typus, Campak, MMR, HIB dan
Influenza.
III. Keadaan Umum
a. Vital sign (tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan)
b. Kesadaran (GCS)
c. Penilaian nyeri
IV. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bentuk, adanya lesi/ luka, warna rambut, adanya
kelainan
b. Mata : pengelihatan, sklera, konjungtiva, pupil, adanya
kelainan
c. Leher : bentuk, adanya pembesaran tiroid, adanya lesi,
terabanya nadi karotis, pembersaran limfoid dan
adanya kelainan
d. Hidung : penghidu, sekret/darah/polip, tarikan caping
hidung
e. Telinga : pendengaran, sekret/ cairam/ darah
f. Mulut dan gigi : keadaan, kebersihan mulut dan gigi, adanya lesi,
kelembaban mulut
g. Thorax
- Jantung : nadi, kekuatan, irama
- Paru : frekuensi nafas, kualitas, suara nafas, batuk,
sumbatan jalan nafas
h. Abdomen : peristaltik usus, kembung, nyeri tekan, ascites
i. Ekstremitas : kekuatan otot, rom, hemiplegi/parese, akral, crt,
edema
j. Kulit : turgor kulit, laserasi, warna kulit
k. Genetalia : pimosis, alat bantu, adanya kelainan
V. Data Biologis
a. Pernapasan
Kaji frekuensi pernafasan dan pola napas seperti adanya takipnea,
bradipnea, kussmaul, cheyne stokes dan hiperventilasi. Kaji apakah
ada suara napas tambahan seperti wheezing, ronchi, stridor, dan
crackles. Selain itu, kaji juga apakah pasien memakai oksigen atau
tidak.
b. Makanan dan minum
Kaji frekuensi makan, adanya kesulitan makan, jenis makanan, porsi
makan, nafsu makan, kebiasaan makan dan adanya keluhan mual atau
muntah.
c. Eliminasi
Kaji pola eliminasi fekal dan pola elimininasi urine seperti frekuensi,
warna, bau, konsistensi, waktu dan penggunaan pencahar.
d. Istirahat tidur
Kaji waktu tidur, lama tidur, kebiasaan pengantar tidur, kebiasaan saat
tidur dan kesulitan dalam hal tidur.
e. Mobilisasi
Kaji mobilisasi pasien apakah normal, dibantu, atau menggunakan
kursi roda.
VI. Data psikologis
a. Pola komunikasi
b. Sekolah
c. Penurunan prestasi sekolah
d. Kekerasan fisik
e. Penelantaran fisik/ mental
f. Perawatan anak dibantu oleh orang tua/wali/pengasuh
3.2 Diagnosis Keperawatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Defisit pengetahuan tentang imunisasi berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
b. Kesiapan meningkatkan status imunisasi
3.3 Perencanaan Keperawatan
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) dan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
No Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)
tentang imunisasi (L.12111) Observasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi kesiapan dan
kurang terpapar keperawatan selama 1 x 30 kemampuan menerima
informasi menit maka tingkat informasi
pengetahuan meningkat 2. Identifikasi faktor-faktor
dengan kriteria hasil: yang dapat meningkatkan
- Perilaku sesuai anjuran dan menurunkan motivasi
meningkat (skor 5) perilaku hidup bersih dan
- Verbalisasi minat dalam sehat
belajar meningkat (skor 5)
- Kemampuan menjelaskan Terapeutik
pengetahuan tentang suatu 1. Sediakan materi dan media
topik meningkat (skor 5) pendidikan kesehatan
- Kemampuan 2. Jadwalkan pendidikan
menggambarkan kesehatan sesuai
pengalaman sebelumnya kesepakatan
yang sesuai dengan topik 3. Berikan kesempatan untuk
meningkat (skor 5) bertanya
- Perilaku sesuai dengan Edukasi
pengetahuan meningkat 1. Jelaskan faktor risiko yang
(skor 5) dapat mempengaruhi
- Pertanyaan tentang kesehatan
masalah yang dihadapi 2. Ajarkan perilaku hidup
menurun (skor 5) bersih dan sehat
- Persepsi yang keliru 3. Ajarkan strategi yang
terhadap masalah (skor 5) dapat digunakan untuk
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, meningkatkan perilaku
2017) hidup bersih dan sehat

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,


2018)
2 Kesiapan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kesiapan keluarga
meningkatkan status keperawatan 1 x 30 menit dalam meningkatkan status
imunisasi diharapkan kesiapan keluarga imunisasi anak.
dapat optimal dalam 2. Kaji hambatan - hambatan
meningkatkan status yang dihadapi keluarga
imunisasi, dengan kriteria saat imunisasi anak
evaluasi: sebelum-sebelumnya.
3. Persiapkan ibu dan anak
- Klien dapat meningkatkan
untuk melakukan tindakan
perilaku mencegah
imunisasi dengan cara
panyakit infeksi.
memposisikan anak di
- Klien dapat meningkatkan
pangkuan ibu dengan
pengenalan terhadap
posisi menyusui.
kemungkinan masalah
4. Siapkan vaksin Hepatitis B
yang berkaitan dengan
dalam spuit dengan dosis
imunisasi.
0,5 cc.
- Klien dapat meningkatkan
5. Lakukan tindakan injeksi
pengenalan terhadap
imunisasi pada paha kanan
pemberi imunisasi.
bayi.
- Klien dapat meningkatkan
status imunisasi.
- Klien dapat meningkatkan
pengetahuan tentang
standar imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2005). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1611/MENKES/SK/XI/2005 (p. 49).
Hidayat, aziz alimul. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. In 1.
IDAI. (2011). Asuhan Nutrisi Pediatrik. UKK Nutrisi Dan Penyakit Metabolik.
Kemenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42. 58(2),
15–22.
Lavanchy, D. (2012). Viral hepatitis: Global goals for vaccination. In Journal of Clinical
Virology. https://doi.org/10.1016/j.jcv.2012.08.022
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).
DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).
DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Srandar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI.
Riyadi, S. (2011). Asuhan Keperawatan pada Anak. Buku.
https://doi.org/10.7454/jki.v2i7.299

LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui, Denpasar, 13 November 2020


Pembimbing

( I Ketut Labir, SST.,S.Kep.,Ns.,M.Kes) ( Ni Made Ayu Widyasari)


196312251988021001 P07120018086

Anda mungkin juga menyukai