IMUNISASI
Disusun Oleh :
Muhammad Fajrin
110.2012.173
Pembimbing :
RSUD SUBANG
FEBRUARI 2018
1
PENDAHULUAN
Selama tahun 2015 sekitar 86% bayi diseluruh dunia telah medapatkan 3
dosis vaksin difteri-tetanus-pertusis (DTP3). Sebanyak 126 negara telah mencapai
angka 90% cakupan vaksin DTP3. Namun saat ini sekitar 19,4 juta bayi di seluruh
dunia masih belum mendapatkan vaksin rutin seperti vaksin DTP3. Sekitar 60%
bayi ini berasal dari 10 negara yaitu: Indonesia, Angola, Kongo, Etiopia, India, Iraq,
Nigeria, Pakistam Filipina, dan Ukraina.
2
Saat ini penyakit infeksi yang bisa mengakibatkan penderitaan dan kematian
antara lain campak, Haemophilus influenza (Hib), pertusis, dan tetanus neonatal.
Penyakit-penyakit ini memiliki mortalitas terbesar di antara yang dapat dicegah
dengan vaksinasi. Setiap tahun 10,6 juta anak meninggal sebelum usia 5 tahun dan
1,4 juta diantaranya adalah diakibatkan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Penghentian pemberian vaksin dapat mengakibatkan terjadi lagi
penularan dan penyebaran penyakit atau bahkan kejadian luar biasa atau wabah
penyakit tersebut (Satgas Imunisasi IDAI, 2014).
3
1. Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008). Dengan imunisasi penyakit cacar
(variola) telah berhasil dieradikasi pada tahun 1980. Angka kejadian penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) telah berkurang lebih dari 99%
dibandingkan sebelum adanya program imunisasi.
Imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
Imunisasi adalah proses meningkatkan kekebalan dengan cara pemberian,
pemindahan atau transfer antibodi spesifik. Imusiasi pasif yang diperoleh secara
alami adalah antibodi (imunoglobulin G) dari ibu kepada janin melalui plasenta,
atau imunoglobulin A melalui kolostrum. Imusasi pasif buatan adalah pemberian
imunoglobulin pada infeksi akut seperti tetanus, difteri, atau rabies.
Imunisasi aktif adalah proses masuknya kuman patogen ke dalam tubuh
yang mengakibatkan infeksi subklinis atau klinis yang selanjutnya menimbulkan
respon imun protektif terhadap kuman patogen tersebut bila terjapan lagi
dikemudian hari. Imunisasi aktif secara buatan disebut juga dengan vaksinasi
(Soejatmiko et al., 2015). Vaksin adalah produk yang merangsang sistem imun
tubuh terhadap suatu penyakit tertentu sehingga seseorang terhindar dari penyakit
tersebut. Vaksin biasa diberikan melalui injeksi namun juga bisa melalui oral atau
disemprotkan ke hidung (CDC, 2017)
Saat ini menurut WHO terdapat 25 vaksin yang telah ditemukan dan
dipergunakan di seluruh dunia (available vaccine) serta masih ada24 vaksin yang
sedang dalam proses penelitian dan pengembangan (Pipeline vaccines). Berikut
adalah tabel available vaccine dan pipeline vaccine:
Available Vaccine Pipeline Vaccine
Kolera Campylobacter jejuni
Dengue (Dengvaxia) Chagas Disease
Difteria Chikungunya
Hepatitis A Dengue
4
Hepatitis B Enterotoxigenic Escherichia coli
Hepatitis E Enterovirus 71 (EV71)
Haemophilus influenza type b (Hib) Group B Streptococcus (GBS)
Human papimolavirus (HPV) Herpes Simplex Virus
Influenza HIV-1
Japanese encephalitis Human Hookworm Disease
Malaria Leishmaniasis Disease
Measles Malaria
Meningococcal meningitis Nipah Virus
Mumps Nontyphoidal Salmonella Disease
Pertusis Norovirus
Pneumococcal disease Paratyphoid fever
Rabies Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Rotavirus Schistosomiasis Disease
Rubella Shigella
Tetanus Staphylococcus aureus
Tick-orne encephalitis Streptococcus pneumoniae
Tuberculosis (BCG) Streptococcus pyrogenes
Typoid Tuberculosis
Varicella Universal Influenza Vaccine
Yellow fever
5
digunakan untuk menggantikan vaksin campak dan ditargetkan mencakup seluruh
Pulau Jawa pada tahun 2017 dan mencakup seluruh Indonesia pada tahun
2018.Pelaksanaan kampanye vaksin MR menyasar 9 bulan, 18 bulan dan kelas 1
SD/sederajat. Kampanya ini sekaligus merupakan pengenalan imunisasi Rubella
kedalam program imunisasi nasional menggantikan vaksin campak yang selama ini
dipakai. Pelaksanaan kegiatan ini dibagi dalam 2 fase yaitu fase 1 dilaksanakan
tahun 2017 di semua Provinsi di Pulau Jawa. Fase 2 dilaksanakan di seluruh
provinsi di luar pulau Jawa. Untuk vaksin JE, kampanye dan introduksi akan di
awali di Provinsi Bali (tahun 2017-2018) dan Kota Manado (tahun 2019). Imunisasi
JE akan menyasar bayi usia 9 bulan. Pemberian vaksin Pnemokukus diberikan
untuk bayi usia 2,3 dan 12 bulan (Depkes, 2017).
Imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
a. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah proses transfer antobodi yang berasal dari satu orang
atau hewan ke individu lain. Imunitas pasif memberikan perlindungan terhadap
infeksi namun sifatnya sementara. Imunitas akan menurun dalam hitungan
minggu sampai beberapa bulan. Contoh imunisasi pasif adalah adalah imunitas
yang diterima bayi dari ibunya. Antibodi ditransfer melalui plasenta pada usia
kehamilan 8-9 bulan sehingga bayi akan memiliki kekebalan yang sama seperti
yang dimiliki ibunya. Perlindungan akan bertahan selama sekitar satu tahun.
Perlindungan terhadapa beberapa penyakit seperti campak, rubella dan tetanus
lebih baik daripada penyakit lain seperti polio dan pertusis.
Ada 3 macam imunisasi pasif di dunia medis:
1. Homologous pooled human antibody (immunoglobulin)
Imunoglobulin diproduksi dengan mengumpulkan fraksi antibodi dari
ribuan pendonor. Karena berasal dari banyak donor imunoglobulin
mengandung antibodi terhadap banyak antigen. Jenis ini biasa digunakan
6
untuk profilaksis post-exposure Hepatitis A, measles, dan terapi untuk
penyakit defisiensi imunoglogulin kongenital.
2. Homologous human hyperimmue globuline
Homologous human hyperimmue globuline adalah produk antibodi yang
mengandung antibodi spesifik dengan titer tinggi. Produk ini berasal dari
plasma manusia yang mengandung antibodi tertentu. Karena berasal dari
manusia kemungkinan juga terdapat antibodi lain dalam jumlah sedikit.
Imunisasi pasif jenis ini biasa digunakan untuk profilaksis post exposure
penyakit hepatitis B, rabies, tetanus, dan varicella.
3. Heterologous hyperimmune serum(antitoksin)
Antitoksin adalah produk yang berasal dari hewan biasanya kuda
(equine) yang mengandung antibodi yang spesifik suatu penyakit. Contoh
antitoksin adalah botulism dan difteri.
b. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah stimulasi sistem imun untuk menghasilkan
antibodi (antigen-spesific humoral) dan imun seluler. Imunisasi aktif
bertahan selama beberapa tahun bahkan bisa seumur hidup.
Cara untuk mendapatkan imunitas aktif adalah terpajan infeksi suatu
organisme. Sekali seseorang sembuh dari suatu infeksi penyakit dia akan
memiliki imunitas terhadap penyakit tersebut. Ketika sistem imun terpajan
suatu antigen, Sel B memori akan tetap bertahan dalam sirkulasi selama
beberapa tahun. Cara lain untuk mendapatkan kekebalan adalah melalui
vaksinasi. Vaksin berinteraksi dengan sistem imun dan biasa menghasilkan
respon imun yang mirip dengan yang didapatkan dari infeksi alami. Vaksin
7
menghasilkan respon imun namun tidak menyebabkan gejala klinis
penyakit maupun komplikasinya.
Klasifikasi isi vaksin dibagi menjadi dua yaitu vaksin yang mengandung
bakteri/virus yang dilemahkan danvaksin inaktif
8
virus). Sedangkan polisakarida based dibagi menjadi polisakarida murni
(pneumokokus, salmonella thypi) dan konjugasi (Hib, pneumokokus).
3.1 Hepatitis B
Virus hepatitis B tergolong dalam famili virus Hepadnaviridae. Semakin
muda usia anak semakin risiko menjadi infeksi kronis yaitu 80-90% bila terjadi
pada masa perinatal, 30-50% pada usia 1-4 tahun dan hanya sekitar 10% bila infeksi
pada masa dewasa.
9
3.2 BCG
3.3 Polio
10
mengalami poliomielitis non paralitik dan hanya 0,1% mengalami poliomielitis
paralitik. Virus polio masuk ke tubuh melalui saluran cerna, bereplikasi di faring
dan saluran cerna lalu menyebar secara hematogen ke susuan syaraf pusat dan
jaringan syaraf
Isi Vaksin Oral Polio Vaccine (OPV): virus hidup yang dilemahkan yang
mengandung visrus polio strain 1,2,3 yang menimbulkan
imunitas humoral dan lokal di mukosa usus
Inactivated Polio Vaccine (IPV): virus polio inaktif 3 strain yang
mengahsilkan imunitas humoral saja
Jadwal Diberikan secara kombinasi (Pentabio) pada umur 2,3, 4 bulan
IDAI: 0,2,4, dan 6 bulan dan diberi ulangan pada umur 18 bulan
dan 5 tahun. Oaling sedikit harus mendapatkan 1x IPV
bersamaan dengan OPV3
Dosis OPV: 2 tetes (0,1 mL) per oral
IPV: 0,5 mL secara intramuskuler
Tempat
KI Reaksi alergi berat pada komponen vaksin atau setelah dosis
sebelumnya
KIPI OPV: Vaccine assosiated paralytic poliomyelitis (VAPP)
IPV: kadang timbul reaksi lokal ringan dan sementara
3.4 DTP
Isi Vaksin DTPw: purified diphteria toxoid 20 Lf, purified tetatus toxoid 7,5
Lf, bakteri B. Pertussis inaktif 12 OU
DTPa: toksoid difteri 25 Lf, toksoid tetanus Lf, inactivated
pertussis toxin (PT) 25 mcg, filamentous hemagglutinin (FHA)
25 mcg, pertactin 8 mcg
11
Jadwal 2,4,6 bulan
IDAI: Vaksin paling cepat dilakukan pada usia 6 minggu. Bisa
DTPa atau DTPw atau kombinasi. DTPa usia 2,4,6 bulan
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskular anterolateral paha atas.
KI Riwayat anafilaksis pada pemberian sebelumnya, ensefalopati
pada pemberian vaksin pertusis sebelumnya
KIPI DTPw: demam 42%, nyeri 19%
DTPa: demam 9,9%, nyeri 2,5%
12
3.6 Campak
Isi Vaksin Virus campak 103 CCID50 dan preservatif Kanamicin sulfat dan
eritromisin 18 bulan dan 6
Jadwal Umur 9 bulan dengan ulangan pada umur 18 bulan dan kelas 1
SD
Dosis 0,5 mL
Tempat Subkutan pada deltoid
KI Keadaan imunodefisiensi seperti kanker, tranplantasi organ,
konsumsi sterod
Pasien TB tidak diobati
KIPI Demam tinggi 39,5 C atau lebih tejadi pada 5-15% kasus
4. Imunisasi Pilihan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun
2013 tentang penyelengaraan imunisasi terdapat 9 imunisasi pilihan di Indonesia.
Vaksin pilihan tersebut adalah pneumokokus, rotavirus, hepatitis A, Human
Papiloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis.
4.1 Pneumokokus
13
Isi Vaksin PCV 10: Polisakarida yang dikonjugasikan dengan protein D
suatu protein membran luar dari non-typable Haemophilus
influenzae, toksoid difteri, dan toksoid tetanus
PCV 13: polisakaridan yang dikojugasikan dengan protein carier
CRM (cross reactive material) 197 difteri non toksik
Jadwal Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali
dengan interval 2 bulan;dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan
1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau
minimal2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2
tahun PCV diberikan cukup satu kali
Dosis 0,5 mL
Tempat intramuskuler
KI Riwayat anafilaksis
KIPI Demam >39,5 C dilaporkan terjadi pada kurang dari 5%
vaksinasi
4.2 Rotavirus
Vaksin ini merupakan perlindungan terhadap rotavirus penyebab 453.000
kematian yang berhubungan dengan diare cair akut.laporan surveilance 35 negara
didapatkan 34%-45% diare pada anak yang membutuhkan perawatan rumah sakit
disebabkan oleh rotavirus. Jenis vaksin yang tersedia adalah monovalen (RV1) dan
pentavalen (RV5).
14
minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu
Dosis
Tempat Per oral
KI Hipersensitivitas terhadap komponen vaksin dan imunodefisiensi
berat. Imunisasi perlu ditunda apabila ada demam atau
gastroenteritis akut
KIPI Demam, tinja berdarah, muntah, diare, gastroenteritis
15
KI Riwayat anafilaksis, menderit penyakit keganasan,
imunodefisiensi, pengeobatan imunosupresif, wanita hamil, pada
individu yang mendapat imunoglobulin atau transfusi whole blood
KIPI Demam biasanya timbul setelah 7-12 hari dan berlangsung 1-2
hari, kejang demam, ensefalitis dengan insidens <1:1000.000
dosis
4.4 Tifoid
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella thypi yang ditularkan melalui
mulut dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejala klinik meliputi
gambaran klasik demam terutama malam hari, stepwise pattern, dan remiten,
gangguan pencernaan berupa diare atau konstipasi, dan gejala ssp seperti sakit
kepala. Terdapat 2 jenis vaksin yaitu tifoid oral dan polisakarida parenteral. Vaksin
tifoid oral Dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non patogen yang
telahdilemahkan, menimbulkan respon imun sekretorik IgA, mempunyaireaksi
samping yang lebih rendah dibandingkan vaksin parenteral.Kemasan dalam bentuk
kapsul. Penyimpanan pada suhu 2 – 8 C. Vaksin oral tidak boleh diberikan bersama
antibiotik yang aktif terhadap Salmonella.
4.5 Hepatitis A
Vaksin ini merupakan vaksin perlindungan terhadap virus RNA Hepatitis A
golongan picorna virus.
16
Isi Vaksin Virus hepatitis A
Jadwal Diberikan mulai usia 2 tahun diberikan 2 kali dengan interval 6-
12 bulan
Dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler dalam
KI Anafilaksis setelah vaksin dosis pertama
KIPI Demam terjadi pada 5% kasus
4.6 Influenza
Isi Vaksin Vaksin trivalen yang mengandung 2 galur influenza A dan 1 galur
influenza B
Jadwal Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang
setap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunizaton)
pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval
minimal 4
minggu.
Dosis usia 6-36 bulan: dosis 0,25 mL
anak usia 36 bulan atau lebih: dosis 0,5 mL
Tempat Intramuskuler
KI hipersensitivitas setelah vaksin dosis pertama
KIPI Demam terjadi pada 5%-12% kasus, ruam, reaksi lokal
17
HPV merupakan infeksi tersering pada organ reproduksi. Infeksi persisten
pada wanita dengan HPV onkogenik dapat menimbulkan lesi prakanker yang bila
tidak diobati bisa berubah menjadi kanker serviks. Saat ini terdapat 2 vaksin HPV
yaitu HPV bivalen yang melindungi tehadap HPV 16 dan 18 dan vaksin kuarivalen
yang melindungi dari HPV 16,18, 6 dan 11.
5. Jadwal Imunisasi
Imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang dianjurkan agar mendapatkan
respon imun yang maksimal. Dalam penyusunan jadwal imunisasi perlu
dipertimbangkan faktor epidemiologi penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, antibodi maternal, respon antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin, jenis
vaksin, dan keamanan vaksin.
18
4 bulan DTP-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
19
6. Tata Cara Pemberian Imunisasi
Tata cara pemberian imunisasi merupakan rangkaian proses mulai dari
penyimpana vaksin, rantai vaksin, persiapan imunisasi, pemberian imunisasi,
pencatatan dan pelaporan, serta pengelolaan sisa vaksin.
Ada 8 hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian imunisasi yaitu
a. Benar anak
Sebelum dilakukan anamnesis perlu dipastikan identitas anak sesuai dengan
identitas dalam catatan medis. Identitas dipastikan dengan mencocokkan nama
lengkap, tanggal lahir, dan nomor rekam medis. Selain itu perlu dipastikan
anak dalam keadaan sehat serta tidak ada indikasi kontra yang akan diberikan
saat ini.
b. Benar jadwal
Saat akan dilakukan imunisasi perlu dipertimbangkan umur anak,
riwayat imunisasi, serta interval imunisasi sebelumnya. Pemberian dua jenis
vaksin hidup yang dilemahkan dapat diberikan bersamaan, namun apabila
terpisah maka interval minimal adalah 4 minggu. Pemberian vaksin inaktif
dapat digabung dengan vaksin inaktif lain maupun vaksin hidup yang
dilemahkan.
c. Benar Vaksin dan pelarut
Sebelum digunaka vaksin perlu diperiksa apakah botol mengalami
kerusakan atau retao, tanggal kadalwarsa, dan vaksin dalam keadaan baik. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah warna, kejernihan, apakah ada endapan dan
Vaccine Vial Monitor (VVM).
Warna vaksin: vaksin polio harus berwarna kuning oranye, bila warna
berubah pucat atau kemerahan berarti pH telah berubah. Vaksin toksoid,
rekombinan dan polisakarida umumnya berwarna putih jernih sedikit
berkabut
20
Vaccine Vial Monitor: VVM untuk menilai apakah vaksin sudah pernah
terpapar suhu diatas 8 C dalam waktu lama atau belum. VVM dicek
dengan membandingkan warna kotak segi empat dengan warna lingkaran
disekitarnya.
21
1 tahun adalah 0,1 mL. Dosis vaksin influenza untuk anak 6 bulan sampai
kurang dari 3 tahun adalah 0,25 mL sedangkan anak lebih dari 3 th adalah 0,5
mL
e. Benar rute, panjang jarum, dan teknik penyuntikan
Rute: Vaksin DTP, Hepatitis B, disuntikkan secara intramuskuler (IM).
Vaksin campak secara subkutan (SK). Vaksin polio inaktif bisa secara
intramuskuler (IM) atau subkutan (SK). Vaksin BCG disuntikkan secara
intrakutan (IK).
Panjang jarum: untuk penyuntikan intramuskuler jarum yang digunakan
ukuran 22-25 G. Untuk penyuntikan subkutan digunakan 23-25 G
Tabel. Panjang dan lokasi penyuntikan intramuskuler
Klasifikasi Umur Panjang Jarum (inch) Lokasi Penyuntikan
Bayi baru lahir 5/8 Anterolateral femoralis
Bayi s.d 1 th 1 Anterolateral femoralis
Anak 1-2th 1-1 1/4 Anterolateral femoralis
5/8 -1 Otot deltoid
Anak 3-18 th 1-1 ¼ Anterolateral femoralis
5/8 -1 Otot deltoid
22
Teknik pemberian vaksin
Rute Teknik
Intramuskuler Menggunakan jarum sesuai umur anak dan cukup
panjang untuk mencapai otot
Tekan kulit sekitar dengan ibu jari dan telunjuk saat
jarum ditusukkan
Suntikkan dengan arah 90 terhadap kulit
Penyuntikan pada anterolateral paha atau deltoid.
Pada daerah tersebut tidak ada pembuluh darah besar
sehingga tidak perlu aspirsi. Namun, bila saat
penyuntikan terdapat darah maka vaksin tidak boleh
dipakai
Untuk vaksin dengn lebih dari satu suntikan dapat
diberikan pada ekstremitas berbeda
Subkutan Melakukan cubit tebal pada tempat suntikan
Suntikkan dengan arah 45 terhadap kulit
Untuk suntikan multipel diberikan pada ekstremitas
berbeda
Intrakutan Menggunakan semprit tuberkulin jarum pendek dan
kecil
Arah 10-15 terhahap kulit
Vaksin disuntikkan sampai terbentuk indurasi
Polio oral Membuka tutup botol vaksin
Meneteskan 2 tetes vaksin dengan memijat bagian
tengah dropper secara perlahan.
23
Gambar. Sudut penyuntikan vaksin
f. Benar lokasi
Penyuntikan intramuskuler dilakukan di otot paha anterolateral yaitu vastus
lateralis quadriceps femoris untuk bayi sampai anak berumur 2 tahun. Untuk
anak umur 3 tahun ke atas penyuntukan dapat dilakukan pada otot deltoid.
24
Gambar. Otot deltoid
25
Gambar. Penyuntikan subkutan dengan cara cubit tebal
Vaksin BCG dilakukan secara intradermal dengan cara meletakkan
jarum hampir sejajar lengan kanan anak dengan lubang jarum menghadap ke
atas.
26
g. Benar dokumentasi
Setelah imunisasi perlu dilakukan pencatatan yang meliputi tanggal imunisasi,
nama vaksin, produsen vaksin, nomor lot atau batch vaksin, tanggal
kadalwarsa, lokasi penyuntikan, nama dan tandatangan atau paraf penyuntik.
Orang tua perlu mendapat penjelasan tentang manfaat, kejadian ikutan pasca
imunisasi yang mungkin terjadi dan cara menanggulanginya. Selanjutnya anak
perlu diobservasi 30 menit setelah imunisasi untuk mewaspadai terjadinya
reaksi anafilaksis.
h. Benar perlakuan imbah dan sisa vaksin
Setelah imunisasi semprit dimasukkan ke dalam ktak tidak tembus jarum, dan
selanjutnya dibawa ke tempat penghancuran (insenerator). Sisa vaksin bila
disimpan dalam suhu 2-8 C dan tidak terkena sinar matahari, dapat digunakan
dalam jangka waktu tertentu. Sisa vaksin BCG dapat digunakan dalam 3 jam
setelah dilarutkan, vaksin campak 6 jam setelah dilarutkan. Untuk pelayanan
imunisasi dalam gedung vaksin DTP, DTP-HB-Hib, Td, TT dapat disimpan
sampai 4 minggu; vaksin polio oral sampai 2 minggu. Untuk dapat dipakai lagi
vaksin belum kadalwarsa harus disimpan di suhu 2-8 C, VVM baik, tidak
pernah teredam air, dan sterilitias terjaga.
Definisi KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam kurun waktu 1 bulan setelah pemberian imunisasi dan diperkirakan
sebagai akibat dari imunisasi. Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi. KIPI
disebut juga sebagai reaksi simpang (adverse events following imunization)
yaitu kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek
vaksin maupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis,
atau kesalahan program, koinsiden reaksi suntikan, atau hubungan kausal yang
tidak dapat ditentukan.
27
kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar belakang genetik.
Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak, gondong,
influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan preservatif (neomisin,
merkuri) atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin.
Pemeriksaan Fisik
28
dari kepala hingga kaki. Pasien harus dipastikan tidak demam tinggi atau menderita
penyakit infeksi lain.
29
DAFTAR PUSTAKA
Center for Disease Control and Prevention. 2011. Immunization the Basic. Dalam
Atkinson W, Hamborsky J, Wolfe Shttps://www.cdc.gov/vaccines/vac-
gen/imz-basics.htm [diakses tanggal 3 Mei 2017].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Artikel.
http://www.depkes.go.id/article/print/17020100001/ini-rencana-
pelaksanaan-3-vaksinasi-baru-untuk-lengkapi-imunisasi-dasar-
.html[diakses tanggal 5 Mei 2017]
Sujatmiko, Gunardi, Sekartini, dan Medise. 2015. Intisari Imunisasi. Edisi 2.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Satgas Imunisasi PP IDAI. 2014. Panduan Imunisasi Anak. Edisi 1. Jakarta:
Kompas.
WHO. 2017. Imunization Facts Sheethttp://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs286/en/[diakses tanggal 3 Mei 2017]
30