Anda di halaman 1dari 8

A.

Tinjauan Teori Tentang Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Menurut World Health Organization dalam Arifianto (2019), Imunisasi adalah

suatu proses yang membuat seseorang menjadi kebal terhadap suatu penyakit.

Imunisasi juga digunakan untuk mencegah penularan penyakit dari orang ke orang.

Definisi menurut Blog Indonesia (2008) dalam Maternity, dkk (2018)

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang

mewabah atau berbahaya bagi seseorang.

Menurut Hidayat (2018) dalam Senja, dkk (2020), Imunisasi merupakan salah

satu upaya pencegahan terhadap penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang

dilaksanakan sesuai dengan standar tertentu. Melalui vaksin, sistem kekebalan tubuh

seorang anak diaktifkan untuk menghasilkan antibodi. Imunisasi juga dapat diartikan

sebagai salah satu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi serta anak dengan

cara memasukkan vaksin, yaitu suatu bahan yang dipakai untuk merangsang

pembentukan zat anti kedalam tubuh, agar tubuh dapat mencegah penyakit tertentu.

Imunisasi atau pengebalan/pengimunan yang berasal dari kata imun yang

berarti kebal (menurut kamus besar Bahasa Indonesia), maka takala seseorang di

Imunisasi berarti orang tersebut sedang diberikan kekebalan terhadap penyakit

tertentu. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan

dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringgan

(Rahma 2021).
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh dengan memasukkan vaksin

yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari

bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat

anti bodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Imunisasi terhadap suatu

penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit tertentu

saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya

(Mastiningsih 2018).

2. Jenis Imunisasi

a. Imunisasi wajib

Imunisasi wajib merupakan Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah

untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang

bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi

wajib terdiri atas Imunisasi rutin, Imunisasi tambahan, dan Imunisasi khusus

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

1) Imunisasi Rutin (Rahma, 2021)

Imunisasi rutin merupakan kegiatan Imunisasi yang dilaksanakan secara terus-

menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar dan

Imunisasi lanjutan.

a) Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun.

Imunisasi dasar terdiri atas imunisasi terhadap penyakit:

(1) Hepatitis B;

(2) Poliomyelitis;

(3) Tuberculosis;
(4) Difteri;

(5) Pertussis;

(6) Tetanus;

(7) Pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus

Influenza tipe b (Hib); dan

(8) Campak.

b) Imunisasi lanjutan, merupakan ulangan imunisasi dasar untuk

mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa

perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar. Imunisasi

lanjutan diberikan pada :

(1) Anak usia bawah dua tahun (Baduta); terdiri atas imunisasi terhadap

penyakit difteri, pertussis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan

meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus influenza tipe b (Hib),

serta campak.

(2) Anak usia sekolah dasar; terdiri atas imunisasi tehadap penyakit

campak, tetanus dan difteri. Imunisasi ini diberikan pada Bulan

Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha

kesehatan sekolah.

(3) Wanita Usia Subur (WUS); terdiri atas imunisasi terhadap penyakit

tetanus dan difteri.

2) Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling

beresiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu


tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan Imunisasi tambahan adalah baclog

fighting, crash program, Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Sub-PIN, catch up

campaign campak dan imunisasi dalam penanganan KLB (Outbreak Response

Immunization/ORI), (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Menurut Mastiningsih 2018, yang termasuk dalam kegiatan imunisasi

tambahan adalah:

a) Backlog fighting

Adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang

berumur dibawah tiga tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk

dilaksanakan di desa yang selama dua tahun berturut-turut tidak mencapai

UCI.

b) Cahs program

Kegiatan ini ditunjukkan untuk wilayah yang memerlukan intervensi

secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah

yang akan dilakukan cash program adalah:

(1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi.

(2) Infrastruktur (tenaga, serana, dana) kurang.

(3) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.

Cash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis imunisasi,

misalnya campak atau campak terpadu dengan polio.

c) PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksakan secara serentak di suatu

negara dalam waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata
rantai penyebaran suatu penyakit (misalnya polio). Imunisasi yang

diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status imunisasi

sebelumnya.

d) Sub PIN

Merupakan suatu penyakit untuk memutuskan rantai penularan dalam

wilayah terbatas (dapat mencakup beberapa provinsi).

e) Catch up campaign campak

Merupakan suatu upaya untuk memutuskan trasmisi penularan

virus campak pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan dengan

pemberian imunisasi campak secara serentak pada anak sekolah dasar dari

kelas satu hingga kelas enam SD atau yang sederajat, serta anak usia 6-12

tahun yang tidak sekolah, tanpa mempertimbangkan status imunisasi

sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada waktu catch up campaign

campak di samping untuk memutus rantai penularan, juga berguna sebagai

booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua).

f) Imunisasi dalam penanganan KLB (Outbreak Response

Immunization/ORI)

Pedoman pelaksaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan

situasi epidemiologis penyakit masing-masing.

3) Imunisasi Khusus

Imunisasi khusus merupakan kegiatan Imunisasi yang dilaksanakan untuk

melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu.

Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon Jemaah haji/umrah,


persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi

kejadian luar biasa. Jenis Imunisasi khusus, yaitu antara lain terdiri atas

Imunisasi meningitis meningokokus, Imunisasi demam kuning, dan Imunisasi

anti rabies (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Menurut Mastiningsih, (2018), yang termasuk dalam imunisasi khusus

adalah :

a) program imunisasi meningitis meningokokus

imunisasi meningitis meningokokus diberikan kepada jamaah umroh atau

masyarakat yang melakukan perjalanan ke negara endemis meningitis,

diberikan minimal 10 hari sebelum keberangkatan.

b) Program imunisasi yellow fever (demam kuning)

Semua orang yang melakukan perjalanan, berasal dari negara atau ke

negara yang dinyatakan endemis demam kuning. Pemberian imunisasi

demam kuning kepada orang yang akan menuju negara endemis damam

kuning selambat-lambatnya 10 hari sebelum berangkat, bagi yang belum

pernah di imunisasi atau yang imunisasinya sudah lebih dari 10 tahun.

c) Program imunisasi rabies

Vaksin Anti Rabies (VAR) manusia diberikan kepada seluruh kasus

gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) yang berindikasi, sehingga

kemungkinan kematian akibat rabies dapat dicegah.

b. Imunisasi pilihan

Imunisasi pilihan merupakan Imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang

sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari


penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid, Varisela, Hepatitis A,

Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis, dan HPV

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Menurut Rahma (2021), Imunisasi pilihan hanya dapat dilakukan oleh dokter atau

dokter spesialis sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Imunisasi

pilihan dapat berupa imunisasi terhadap penyakit:

1) Pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus;

2) Diare yang disebabkan oleh rotavirus;

3) Influenza;

4) Cacar air (varisela);

5) Gondongan (mumps);

6) Campak jerman (rubela);

7) Demam tifoid;

8) Hepatitis A;

9) Kanker leher Rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;

10) Japanese Enchephalitis;

11) heper zoster;

12) Hepatitis B pada dewasa; dan

13) Demam berdarah.

3. Tujuan Imunisasi (Senja, dkk, 2020)

Imunisasi bertujuan agar anak dapat kebal terhadap penyakit sehingga

menurunkan angka mortalitas, dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD31). PD31 terdiri dari 7 penyakit, yaitu Tuberkulosis, Campak,

Polio, Difterti, Pertusis, Tetanus, dan Hepatitis B.

Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017,

tujuan khusus dari imunisasi sebagai berikut:

a. Tercapainya cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada bayi sesuai dengan

target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJPMN).

b. Tercapainya yaitu Universal Child Imunization/UCI (Persentae minimal 80% bayi

yang mendapat IDL di suatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan.

c. Tercapainya target Imunisasi lanjutan pada anak dibawah umur 2 tahun, pada

anak usia sekolah dasar, serta wanita usia subur.

d. Tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan

Imunisasi.

e. Tercapainya perlindungan optimal kepada masyarakat yang akan berpergian ke

daerah endemis tertentu.

f. Terselenggaranya pemberian Imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah

medis (safety injection practice and waste disposal management).

Anda mungkin juga menyukai