Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA,


DAN ANAK PRASEKOLAH FISIOLOGIS
DI PMB GURTINA KOTA JAMBI TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:
Sherina Arthami
PO71242220101

PEMBIMBING:
Atikah Fadhilah Danaz, Nst, M.Keb

JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN


POLTEKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022/2023
TINJAUAN PUSTAKA
1. Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Permenkes, 2017).
Vaksinasi atau imunisasi merupakan teknologi yang sangat berhasil di dunia
kedokteran dan dikatakan sebagai ”sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang
pernah diberikan para ilmuwan di dunia ini”, satu upaya kesehatan yang paling efektif
dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya. Kekebalan atau imunitas
tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan dari vaksinasi (Kemenkes , 2015).
Menurut Permenkes tahun 2017, vaksin adalah produk biologi yang berisi
antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang
bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu.
Pada hakikatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif.
Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang
didapatkan secara alami adalah kekebalan yang didapatkan transplasental, yaitu
antibodi diberikan ibu kandungnya secara pasif melalui plasenta kepada janin yang
dikandungnya. Semua bayi yang dilahirkan telah memiliki sedikit atau banyak
antibodi dari ibu kandungnya. Kekebalan pasif buatan adalah pemberian antibodi
yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak. Kekebalan aktif dapat
diperoleh secara alami maupun buatan. Secara alami kekebalan aktif didapatkan
apabila anak terjangkit suatu penyakit, yang berarti masuknya antigen yang akan
merangsang tubuh anak membentuk antibodi sendiri secara aktif dan menjadi kebal
karenanya (Kemenkes , 2015).
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan dari pelaksanaan imunisasi adalah Menurunkan angka kesakitan,
kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) (Kemenkes , 2015).
c. Jenis
Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi
Imunisasi Program dan Imunisasi Pilihan. Imunisasi Program adalah imunisasi yang
diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Sedangkan imunisasi Pilihan adalah imunisasi yang dapat
diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dari penyakit tertentu (Permenkes, 2017).
Menurut Permenkes RI No.12 Tahun 2017, Imunisasi Program terdiri atas:
a. Imunisasi rutin;
Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan.
1. Imunisasi dasar sebagaimana dimaksud diberikan pada bayi sebelum
berusia 1 (satu) tahun. Imunisasi dasar terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit: hepatitis B, poliomyelitis, tuberculosis, difteri, pertussis,
tetanus, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus
Influenza tipe b (Hib), dan campak.
Berikut tujuan masing-masing vaksin menurut Kemenkes RI Tahun 2018:
Vaksin Mencegah Penularan Penyakit
Hepatitis B Hepatitis B dan Kerusakan Hati
BCG TBC yang Berat
Polio dan Polio yang dapat menyebabkan lumpuh layuh pada
IPV tungkai atau lengan
DPT HB - Difteri yang menyebabkan penyumbatan jalan
HIB nafas
- Batuk Rejan (Batuk 100 Hari)
- Tetanus
- Hepatitis B yang menyebabkan kerusakan Hati
- Infeksi HIB menyebabkan meningitis (Radang
Selaput Otak)
Campak Campak yang dapat mengakibatkan komplikasi radang
paru, radang otak dan kebutaan
2. Imunisasi lanjutan diberikan pada anak usia bawah dua tahun (Baduta),
anak usia sekolah dasar, wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan yang
diberikan pada Baduta terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan
oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak. Imunisasi lanjutan
yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit campak, tetanus, dan difteri. Imunisasi lanjutan yang diberikan
pada anak usia sekolah dasar diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah
(BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah. Imunisasi
lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit
tetanus dan difteri.
b. Imunisasi tambahan; dan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan
kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu
c. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu
d. Sasaran Imunisasi dan Jadwal Imunisasi
1. Sasaran dan jadwal imunisasi pada bayi (Kemenkes , 2015)
2. Sasaran dan jadwal imunisasi pada Balita (Kemenkes , 2015)

e. Imunisasi pada bayi dan balita


1. DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)
Vaksin DPT diberikan untuk mencegah difteri, pertussis, dan tetanus. Difteri dan
pertussis di tularkan dari orang lain. Sedangkan tetanus ditularkan melalui serpihan
atau luka. Difteri dapat mengakibatkan kesulitan bernafas, gagal jantung, kelumpuhan,
bahkan kematian. Tetanus dapat mengakibatkan kejang otot, bahkan penderita bisa
mengalami kesulitan dalam membuka mulut, masalah dalam menelan,bernafas hingga
kematian. Pertussis atau yang biasa di sebut batuk rejan dapat mengakibatkan suatu
keadaan tubuh yang tidak terkendali, batuk yang kuat sehingga mengganggu proses
makan, minum, bahkan bernafas. Pertussis dapat menjadi suatu ancaman yang serius
pada anak-anak yang masih dalam masa perkembangan, diantaranya dapat
mengakibatkan kerusakan otak, pneumonia, bahkan kematian.
Vaksin DPT diperuntukan pada anak dibawah 7 tahun. Pemberian vaksin DPT dapat
diberikan secara sendiri maupun di kombinasikan dengan vaksin lainnya. Pemberian
vaksin DPT dapat dilakukan pada anak-anak dengan sakit ringan seperti flu ringan,
namun apabilan anak mengalami sakit yang berat, maka di anjurkan untuk menunggu
hingga anak sembuh.
Adapun efek samping dari pemberian vaksin DPT adalah bengkak pada daerah yang
disuntikkan, demam, bahkan terjadi muntah pada beberapa kasus (CDC, 2021).
2. Polio
Polio atau poliomyelitis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio
yang dapat mengakibatkan kelumpuhan serta mengancam jiwa. Virus polio dapat
mengnfeksi sumsum tulang belakang sehingga mengakibatkan kelumpuhan.
Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak menampilkan gejala dan sembuh tanpa
komplikasi apapun. Namun beberapa orang akan mengalami sakit tenggorokan,
demam, kelelahan, mual, sakit kepala, atau sakit perut. Kelumpuhan adalah suatu
gejala yang paling signifikan pada infeksi virus polio, hal ini dapat mengarah pada
kelumpuhan permanen bahkan kematian. Salah satu cara yang paling baik dalam
mencegah polio adalah dengan melakukan peningkatan imunitas terhadap virus polio
melalui vaksinasi polio.
Vaksin polio diberikan 4 kali pada anak-anak. Pemberian vaksin polio dapat
dilakukan secara sendiri ataupun digabung dengan pemberian vaksin lainnya. (CDC,
2021)
3. MR (Measles dan Rubela)
Vaksin MR diberikan guna mencegah Measles atau campak serta Rubella. Measles
dapat menyebabkan demam, batuk pilek, mata berair serta diikuti dengan ruam di
sekujur tubuh. Pada keadaan yang lebih serius dapat menimbulkan kejang akibat
demam yang di derita, infeksi telinga, diare, bahkan pneumonia. Dalam beberapa
kasus, kerusakan otak dan kematian juga dapat di alami oleh penderita. Sedangkan
rubella dapat menyebabkan demam, nyeri tenggorokan, ruam, sakit kepala, dan iritasi
mata. Mendapatkan vaksin MR dapat melindungi seseorang dari virus tersebut
sepanjang hidupnya.
Vaksin MR diberikan 2 kali pada anak-anak (CDC, 2021)
2. Konsep Tumbuh Kembang
a. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhanadalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat ( (Pusdik
SDM Kesehatan, 2016)). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara
dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Pusdik SDM Kesehatan, 2016).
b. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, mempunyai beberapa
ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri -ciri tersebut adalahsebaga berikut:
a. Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan dan pertumbuhan
berjalan secara bersamaan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perkembangan.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal akan menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Pada
setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda–beda baik dalam pertumbuhan
dan perkembangannya.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan Anak yang sehat, bertambah
umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta kepandaiannya. Pada saat
pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembanganpun demikian terjadi
peningkatan baik memori, daya nalar dan lain-lain.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
f. Perkembangan memeiliki tahap yang berurutan Tahap perkembangan seorang
anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Misalnya, anak mampu
membuat lingkaran dulu sebelum mampu membuat kotak (Pusdik SDM
Kesehatan, 2016)
c. Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling
berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai
dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan
yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh
kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki
anak.
2. Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian,
perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung
dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan
(Kemenkes , 2015)
d. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling memerlukan perhatian dan
menentukan kualitas seseorang dimasa mendatang adalah pada masa anak, karena
pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pertumbuhan
dan perkembangan pada masa anak sudah dimulai sejak dalam kandungan sampai
usia 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian anak menurut WHO yaitu sejak
terjadinya konsepsi sampai usia 18 tahun. Pada dasarnya dalam kehidupan manusia
mengalami berbagai tahapan dalam tumbuh kembangnya dan setiap tahap
mempunyai ciri tertentu.
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak. Menurut
pedoman SDIDTK Depkes, tahapan tersebut sebagai berikut:
1. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
2. Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan)
Masa bayi terbagi menjadi 2 yaitu:
1.) Masa neonatal usia 0--28 hari, terbagi menjadi: Neonatal dini (perinatal) :
0-7 hari dan Neonatal lanjut: 8-28 hari
2.) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan.
3. Masa balita dan prasekolah usia 1 -- 6 tahun
Masa balita dan prasekolah terbagi menjadi:
1.) Masa balita: mulai 12-60 bulan tahun
2.) Masa Pra sekolah: mulai 60-72 bulan tahun
Berikut ini pencapaian atau ciri-ciri tumbuh dan kembang secara normal pada masa
pranatal, neonatal, bayi, Toddler dan pra sekolah :
1. Masa pranatal Periode terpenting pada masa prenatal adalah trimester I kehamilan.
Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh
lingkungan janin. Kehidupan bayi pada masa pranatal dikelompokkan dua
periode, yaitu:
1.) Masa embrio Masa embrio dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan
minggu. Pada masa ini, ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu
organisme yang berdeferensiasi dengan cepat untuk membentuk berbagai
sistem organ tubuh.
2.) Masa fetus Masa fetus yaitu sejak kehamilan 9 minggu sampai kelahiran.
Masa fetus ini terbagi dua yaitu masa fetus dini (usia 9 minggu sampai
trimester dua), dimana terjadi percepatan pertumbuhan dan pembentukan
manusia sempurna dan alat tubuh mulai berfungsi. Berikutnya adalah masa
fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan pertumbuhan tetap
berlangsung cepat disertai perkembangan fungsi-fungsi.Pada 9 bulan masa
kehamilan, kebutuhan bayi bergantung sepenuhnya pada ibu. Oleh karena itu
kesehatan ibu sangat penting dijaga dan perlu dihindari faktor-faktor risiko
terjadinya kelainan bawaan / gangguan penyakit pada janin yang dapat
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Masa Neonatal Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta oragan-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir
berat badan normal dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr - 3500 gr, tinggi badan
sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari pertama biasanya
terdapat penurunan berat badan sepuluh persen dari berat badan lahir, kemudian
berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan
muncul. Diantaranyarefleks moro yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang
pada usia 3--5 bulan; refleks menghisap (sucking refleks); refleks menoleh
(rooting refleks); refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck
refleks); refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang pada
usia 6--8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan seiring
bertambahnya usia, refleks-refleks itu akan menghilang. Padamasa neonatal ini,
fungsi pendengaran dan penglihatan juga sudah mulai berkembang.
3. Masa bayi ( 1-12 bulan)
Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Umur 5
bulan berat badan anak 2x berat badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x berat
badan saat lahir. Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah satu
setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat.
Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh karena itu
perlu pemberian gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi
seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk
mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri, dan
bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung
perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha
mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan
kepala ke samping. Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan
menoleh ke kirikanan saat telungkup.
Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dari posisi telentang ke
telungkup, dan sebaliknya berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk
dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana yang
menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan cerewet/menangis
pada suasana tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup
untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan bulan anak
bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Bila
dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan. Koordinasi
jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak dapat mengambil benda
dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuat cemas (stranger
anxiety) demikian juga perpisahan dengan ibunya.
Pada usia 9 bulan sampai dengan 1 tahun, anak mampu melambaikan tangan,
bermain bola, memukul-mukul mainan, dan memberikan benda yang dipegang
bila diminta.Anak suka sekali bermain ci-luk-ba.
Pada masa bayi terjadi perkembangan interaksi dengan lingkungan yang menjadi
dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan memperoleh
perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan
emosional dan masalah sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu,
diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak.
4. Masa Toddler (1--3 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa bayi tetapi
perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami
penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai
belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan
dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas bulan, anak mulai belajar berlari dan
menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu diawasi
karena dalam beraktivitas, anak tidak memperhatikan bahaya. Perhatian anak
terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding masa sebelumnya yang lebih
banyak berinteraksi dengan keluarganya.
Anak lebih banyak menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru apa yang
diperbuat orang. Mungkin ia akan mengaduk-aduk tempat sampah, laci, lemari
pakaian, membongkar mainan, dan lain-lain. Benda-benda yang membahayakan
hendaknya disimpan di tempat yang lebih aman.Anak juga dapat menunjuk
beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata dan mengulang kata-kata baru.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat
sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Bila anak
menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena
dianggap miliknya.
Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul, dicubit atau ditarik
rambutnya apabila menjengkelkan hatinya. Anak kadang-kadang juga berperilaku
menolak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya (self defense), misalnya
menolak mengenakan baju yang sudah disediakan orang tuanya dan akan memilih
sendiri pakaian yang disukainya
5. Masa Prasekolah
Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak kelihatan lebih
langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak mampu naik turun tangga
tanpa bantuan, demikian juga berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau
melompat sudah mampu dilakukan. Anak mulai berkembang superegonya (suara
hati) yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru. Pada masa ini anak
berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak
banyak bertanya tentang segala hal disekelilingnya yang tidak diketahuinya.
Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, akan membuat anak merasa bersalah.
Anak belum mampu membedakan hal yang abstrak dan konkret sehingga orang
tua sering menganggap anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian.
Anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.
Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga
mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.
Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar, menulis,
dan mengenal angka serta bentuk/warna benda. Orang tua perlu mulai
mempersiapkan anak untuk masuk sekolah. Bimbingan, pengawasan, pengaturan
yang bijaksana, perawatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua dan orang-
orang disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak (Pusdik SDM Kesehatan, 2016)
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan anak umumnya merupakan interaksi banyak
faktor yang saling mempengaruhi.
1. Faktor dalam (Internal)
1.) Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhirproses pertumbuhan dan perkembangan anak
2.) Perbedaan ras, etnik atau bangsa Tinggi badan orang Eropa akan berbeda
dengan orang Indonesia atau bangsa lainnya, sehingga postur tubuh tiap
bangsa berlainan
3.) Keluarga Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau
perawakan pendek
4.) Umur Masa pranatal, masa bayi dan masa remaja merupakan tahap yang
mengalami pertumbuhan cepat dibanding masa lainnya.
5.) Jenis kelamin Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu
dibanding laki-laki.
6.) Kelainan kromosom Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya
Down’s sindroma
7.) Pengaruh hormon Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu
saat janin berumur 4 bulan yang mana saat tersebut terjadi pertumbuhan cepat.
Hormon yang berpengaruh terutama hormon pertumbuhan somatotropin yang
dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan
kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisma, maturasi tulang, gigi dan
otak.
2. Faktor lingkungan (eksternal) Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh, dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu pranatal, natal, dan pasca natal
1.) Faktor pra natal (selama kehamilan) Faktor lingkungan pranatal yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan per kembangan janin mulai dari
konsepsi sampai lahir.
2.) Faktor Natal / Persalinan Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau
forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga berisiko
terjadinya kerusakan jaringan otak.
3.) Faktor Pasca natal Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan
kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosio ekonomi,
lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan (Pusdik SDM Kesehatan,
2016).
3. Stimulasi dan Intervensi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak ( SDIDTK)
Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan skrining
atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita dan prasekolah,
termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang
anaknya. Deteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
dilakukan secara berkala oleh keluarga, kader dan pendidik PAUD dengan menggunakan
buku KIA.
Bila dijumpai adanya pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan
tahapan umurnya maka segera ke bidan/perawat/dokter untuk mendapatkan pelayanan
stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) (Kemenkes , 2015).
1. Jenis Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Ada 3 jenis deteksi dini yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan ditingkat
puskesmas dan jaringannya yaitu :
1.) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.
Jenis instrument yang digunakan:
a.) Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak (BB/TB)
b.) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
2.) Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya
dengar. Jenis instrumen yang digunakan:
a.) Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)
b.) Tes Daya Lihat (TDL)
c.) Tes Daya Dengar Anak (TDD)
2. Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh tenaga kesehatan adalah
sebagai berikut:
a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/
menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali. Deteksi dini
penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan.Adapun
pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.) Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
• Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi
anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
• Jadwal pengukuran BB/TB disesuai dengan jadwal deteksi dini
tumbuh kembang balita.
• Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih.
• Cara pengukuran berat badan/tinggi badan sesuai tabel berikut:

 Cara pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)


sesuai tabel berikut :
 Penggunaan Tabel BB/TB
- Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di
atas.
- Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran.
- Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan
(kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang
terdekat dengan berat badan anak.
- Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi (SD).
- Untuk menentukan bagaimana dengan status gizi anak tersebut,
menggunakan grafik WHO 2006 dan terdapat pada buku KIA
revisi 2015.
2.) Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)
 Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk
mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar
batas normal.
 Jadwal, disesuaikan dengan umur anak. Umur 0–11 bulan,
pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih
besar, umur 12–72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan.
Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih.
 Cara mengukur lingkaran kepala
- Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
- Baca angka pada pertemuan dengan angka O.
- Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
- Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut
umur dan jenis kelamin anak.
- Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang.
b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat
pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagaimana yang
ditunjukkan pada tabel berikut :
1) KPSP (Kueisioner Pra Skrining Perkembangan)
 Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan alat menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
 Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12,
15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak
belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali
pada umur skrining terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya, bayi
umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Apabila
anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan, yang diberikan adalah
KPSP 9 bulan
 Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan
petugas PAUD terlatih.
 Alat/instrumen yang digunakan sebagai berikut.
- Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9–10 pertanyaan
tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran
KPSP anak umur 0–72 bulan.
- Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola
tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,
kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5–1 cm.
 Cara menggunakan KPSP
- Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
- Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan
tahun anak lahir. Apabila umur anak lebih 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan
menjadi 4 bulan. Apabila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan
menjadi 3 bulan.
- Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
- KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu pertama, pertanyaan
yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh: ”Dapatkah bayi
makan kue sendiri?” Kedua, perintah kepada ibu/pengasuh anak
atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
Contoh: ”Pada posisi bayi Anda telentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.”
- Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab. Karena itu, pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa
yang ditanyakan kepadanya.
- Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu per satu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ”Ya” atau ”Tidak”. Catat
jawaban tersebut pada formulir.
- Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
- Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
 Interpretasi hasil KPSP
- Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya. - Jawaban ”Ya”, apabila
ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering
atau kadang-kadang melakukannya. - Jawaban ”Tidak”, bila
ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan
atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
- Jumlah jawaban ”Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
- Jumlah jawaban ”Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M).
- Jumlah jawaban ”Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
- Untuk jawaban ”Tidak”, perlu diperinci jumlah jawaban ”Tidak”
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
 Intervensi
- Apabila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan
berikut:
1.) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
dengan baik.
2.) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan
anak.
3.) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
4.) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap
ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36–72 bulan), anak dapat
diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
5.) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP
setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan.
- Apabila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut :
1.) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
2.) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
3.) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya.
4.) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
5.) Jika hasil KPSP ulang jawaban ”Ya” tetap 7 atau 8,
kemungkinan ada penyimpangan (P).
- Apabila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan
jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
a. Test Daya Lihat (TDL)
Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada anak
berusia 3-6 tahun yang dilakukan setiap enam bulan. Tujuan tes ini untuk
mendeteksi adanyakelainan daya lihat pada anak usia prasekolah secara dini,
sehingga jika ada penyimpangandapat segera ditangani.
Cara melakukan tes daya lihat:
1) Pilih ruangan dengan penyinaran yang baik, bersih, tenang
2) Gantungkan ’kartu E’ yang setinggi mata anak posisi duduk.
3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari kartu “E” untuk duduk anak.
4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa
5) Pemeriksa memberikan kartu “E” kepada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu‘E’ menghadap ke atas, bawah, kiri dan kanan sesuai yang
ditunjuk pada poster “E”olehpemeriksa.
6) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu mulai baris
pertamahuruf “E “berukuran paling besar sampai baris keempat atau baris ”E”
terkecil yangmasih dapat dilihat.
7) Puji anak jika bisa mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan
huruf padakartu “E” pada poster.
8) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
Interpretasi hasil pemeriksaan daya lihat:
Secara normal anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga. Apabila pada baris
ketiga, anak tidak dapat melihat maka perlu dirujuk untuk mendapatkan
pemeriksaan lebihlanjut.Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan
kesehatan matanya. Perluditanyakan dan diperiksa adakah hal sebagai berikut :
1) Keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing
2) perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, sering
mengkedipkedipkan mata
3) Kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air
Intervensi
Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak, minta anak datang
lagi untuk pemeriksaan ulang dan jika hasil pemeriksaan anak tidak dapat melihat
sampai barisyang sama maka anak tersebut perlu dirujuk ke rumah sakit dengan
menuliskan mata yangmengalami gangguan ( kanan, kiri atau keduanya)
b. Test Daya Dengar (TDD)
TDD dapat dilakukan setiap 3 bulan pada bayi usia < 12 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD terlatih. Peralatan yang
diperlukan adalahinstrumen untuk TDD sesuai usia anak, gambar binatang (ayam,
anjing, kucing), manusia danmainan(boneka, kubus, sendok, cangkir dan
bola).Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan
dengankelompok usia anak. Jawaban ‘ya’ jika menurut orang tua/pengasuh, anak
dapat melakukanperintah dan jawaban ‘tidak’ jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah. Jikaanak dibawah 12 bulan, pertanyaan ditujukan untuk
kemampuan 1 bulan terakhir. Setiappertanyaan perlu dijawab ‘ya.’ Apabila ada
satu atau lebih jawaban ‘tidak’, berartipendengaran anak tidak normal, sehingga
perlu pemeriksaan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai