DAN ANAK PRASEKOLAH FISIOLOGIS DI PMB GURTINA KOTA JAMBI TAHUN 2022
DISUSUN OLEH: Sherina Arthami PO71242220101
PEMBIMBING: Atikah Fadhilah Danaz, Nst, M.Keb
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
POLTEKES KEMENKES JAMBI TAHUN 2022/2023 TINJAUAN PUSTAKA 1. Imunisasi a. Pengertian Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes, 2017). Vaksinasi atau imunisasi merupakan teknologi yang sangat berhasil di dunia kedokteran dan dikatakan sebagai ”sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah diberikan para ilmuwan di dunia ini”, satu upaya kesehatan yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya. Kekebalan atau imunitas tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan dari vaksinasi (Kemenkes , 2015). Menurut Permenkes tahun 2017, vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Pada hakikatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang didapatkan secara alami adalah kekebalan yang didapatkan transplasental, yaitu antibodi diberikan ibu kandungnya secara pasif melalui plasenta kepada janin yang dikandungnya. Semua bayi yang dilahirkan telah memiliki sedikit atau banyak antibodi dari ibu kandungnya. Kekebalan pasif buatan adalah pemberian antibodi yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak. Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Secara alami kekebalan aktif didapatkan apabila anak terjangkit suatu penyakit, yang berarti masuknya antigen yang akan merangsang tubuh anak membentuk antibodi sendiri secara aktif dan menjadi kebal karenanya (Kemenkes , 2015). b. Tujuan Imunisasi Tujuan dari pelaksanaan imunisasi adalah Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) (Kemenkes , 2015). c. Jenis Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi Imunisasi Program dan Imunisasi Pilihan. Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan imunisasi Pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu (Permenkes, 2017). Menurut Permenkes RI No.12 Tahun 2017, Imunisasi Program terdiri atas: a. Imunisasi rutin; Imunisasi rutin terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan. 1. Imunisasi dasar sebagaimana dimaksud diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Imunisasi dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit: hepatitis B, poliomyelitis, tuberculosis, difteri, pertussis, tetanus, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), dan campak. Berikut tujuan masing-masing vaksin menurut Kemenkes RI Tahun 2018: Vaksin Mencegah Penularan Penyakit Hepatitis B Hepatitis B dan Kerusakan Hati BCG TBC yang Berat Polio dan Polio yang dapat menyebabkan lumpuh layuh pada IPV tungkai atau lengan DPT HB - Difteri yang menyebabkan penyumbatan jalan HIB nafas - Batuk Rejan (Batuk 100 Hari) - Tetanus - Hepatitis B yang menyebabkan kerusakan Hati - Infeksi HIB menyebabkan meningitis (Radang Selaput Otak) Campak Campak yang dapat mengakibatkan komplikasi radang paru, radang otak dan kebutaan 2. Imunisasi lanjutan diberikan pada anak usia bawah dua tahun (Baduta), anak usia sekolah dasar, wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak. Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri. Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah. Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri. b. Imunisasi tambahan; dan Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu c. Imunisasi khusus Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu d. Sasaran Imunisasi dan Jadwal Imunisasi 1. Sasaran dan jadwal imunisasi pada bayi (Kemenkes , 2015) 2. Sasaran dan jadwal imunisasi pada Balita (Kemenkes , 2015)
e. Imunisasi pada bayi dan balita
1. DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) Vaksin DPT diberikan untuk mencegah difteri, pertussis, dan tetanus. Difteri dan pertussis di tularkan dari orang lain. Sedangkan tetanus ditularkan melalui serpihan atau luka. Difteri dapat mengakibatkan kesulitan bernafas, gagal jantung, kelumpuhan, bahkan kematian. Tetanus dapat mengakibatkan kejang otot, bahkan penderita bisa mengalami kesulitan dalam membuka mulut, masalah dalam menelan,bernafas hingga kematian. Pertussis atau yang biasa di sebut batuk rejan dapat mengakibatkan suatu keadaan tubuh yang tidak terkendali, batuk yang kuat sehingga mengganggu proses makan, minum, bahkan bernafas. Pertussis dapat menjadi suatu ancaman yang serius pada anak-anak yang masih dalam masa perkembangan, diantaranya dapat mengakibatkan kerusakan otak, pneumonia, bahkan kematian. Vaksin DPT diperuntukan pada anak dibawah 7 tahun. Pemberian vaksin DPT dapat diberikan secara sendiri maupun di kombinasikan dengan vaksin lainnya. Pemberian vaksin DPT dapat dilakukan pada anak-anak dengan sakit ringan seperti flu ringan, namun apabilan anak mengalami sakit yang berat, maka di anjurkan untuk menunggu hingga anak sembuh. Adapun efek samping dari pemberian vaksin DPT adalah bengkak pada daerah yang disuntikkan, demam, bahkan terjadi muntah pada beberapa kasus (CDC, 2021). 2. Polio Polio atau poliomyelitis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan kelumpuhan serta mengancam jiwa. Virus polio dapat mengnfeksi sumsum tulang belakang sehingga mengakibatkan kelumpuhan. Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak menampilkan gejala dan sembuh tanpa komplikasi apapun. Namun beberapa orang akan mengalami sakit tenggorokan, demam, kelelahan, mual, sakit kepala, atau sakit perut. Kelumpuhan adalah suatu gejala yang paling signifikan pada infeksi virus polio, hal ini dapat mengarah pada kelumpuhan permanen bahkan kematian. Salah satu cara yang paling baik dalam mencegah polio adalah dengan melakukan peningkatan imunitas terhadap virus polio melalui vaksinasi polio. Vaksin polio diberikan 4 kali pada anak-anak. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan secara sendiri ataupun digabung dengan pemberian vaksin lainnya. (CDC, 2021) 3. MR (Measles dan Rubela) Vaksin MR diberikan guna mencegah Measles atau campak serta Rubella. Measles dapat menyebabkan demam, batuk pilek, mata berair serta diikuti dengan ruam di sekujur tubuh. Pada keadaan yang lebih serius dapat menimbulkan kejang akibat demam yang di derita, infeksi telinga, diare, bahkan pneumonia. Dalam beberapa kasus, kerusakan otak dan kematian juga dapat di alami oleh penderita. Sedangkan rubella dapat menyebabkan demam, nyeri tenggorokan, ruam, sakit kepala, dan iritasi mata. Mendapatkan vaksin MR dapat melindungi seseorang dari virus tersebut sepanjang hidupnya. Vaksin MR diberikan 2 kali pada anak-anak (CDC, 2021) 2. Konsep Tumbuh Kembang a. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan Pertumbuhanadalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat ( (Pusdik SDM Kesehatan, 2016)). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Pusdik SDM Kesehatan, 2016). b. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri -ciri tersebut adalahsebaga berikut: a. Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan dan pertumbuhan berjalan secara bersamaan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perkembangan. b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal akan menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Pada setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda–beda baik dalam pertumbuhan dan perkembangannya. d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan Anak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta kepandaiannya. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembanganpun demikian terjadi peningkatan baik memori, daya nalar dan lain-lain. e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. f. Perkembangan memeiliki tahap yang berurutan Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Misalnya, anak mampu membuat lingkaran dulu sebelum mampu membuat kotak (Pusdik SDM Kesehatan, 2016) c. Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang Anak Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut. 1. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak. 2. Pola perkembangan dapat diramalkan Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian, perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan (Kemenkes , 2015) d. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling memerlukan perhatian dan menentukan kualitas seseorang dimasa mendatang adalah pada masa anak, karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak sudah dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian anak menurut WHO yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18 tahun. Pada dasarnya dalam kehidupan manusia mengalami berbagai tahapan dalam tumbuh kembangnya dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak. Menurut pedoman SDIDTK Depkes, tahapan tersebut sebagai berikut: 1. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan) 2. Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan) Masa bayi terbagi menjadi 2 yaitu: 1.) Masa neonatal usia 0--28 hari, terbagi menjadi: Neonatal dini (perinatal) : 0-7 hari dan Neonatal lanjut: 8-28 hari 2.) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan. 3. Masa balita dan prasekolah usia 1 -- 6 tahun Masa balita dan prasekolah terbagi menjadi: 1.) Masa balita: mulai 12-60 bulan tahun 2.) Masa Pra sekolah: mulai 60-72 bulan tahun Berikut ini pencapaian atau ciri-ciri tumbuh dan kembang secara normal pada masa pranatal, neonatal, bayi, Toddler dan pra sekolah : 1. Masa pranatal Periode terpenting pada masa prenatal adalah trimester I kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Kehidupan bayi pada masa pranatal dikelompokkan dua periode, yaitu: 1.) Masa embrio Masa embrio dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan minggu. Pada masa ini, ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme yang berdeferensiasi dengan cepat untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh. 2.) Masa fetus Masa fetus yaitu sejak kehamilan 9 minggu sampai kelahiran. Masa fetus ini terbagi dua yaitu masa fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester dua), dimana terjadi percepatan pertumbuhan dan pembentukan manusia sempurna dan alat tubuh mulai berfungsi. Berikutnya adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan pertumbuhan tetap berlangsung cepat disertai perkembangan fungsi-fungsi.Pada 9 bulan masa kehamilan, kebutuhan bayi bergantung sepenuhnya pada ibu. Oleh karena itu kesehatan ibu sangat penting dijaga dan perlu dihindari faktor-faktor risiko terjadinya kelainan bawaan / gangguan penyakit pada janin yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya. 2. Masa Neonatal Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah serta oragan-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir berat badan normal dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr - 3500 gr, tinggi badan sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen dari berat badan lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan. Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan muncul. Diantaranyarefleks moro yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang pada usia 3--5 bulan; refleks menghisap (sucking refleks); refleks menoleh (rooting refleks); refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks); refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang pada usia 6--8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan seiring bertambahnya usia, refleks-refleks itu akan menghilang. Padamasa neonatal ini, fungsi pendengaran dan penglihatan juga sudah mulai berkembang. 3. Masa bayi ( 1-12 bulan) Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Umur 5 bulan berat badan anak 2x berat badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x berat badan saat lahir. Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh karena itu perlu pemberian gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang. Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping. Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke kirikanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup, dan sebaliknya berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan cerewet/menangis pada suasana tidak menyenangkan. Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan bulan anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Bila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuat cemas (stranger anxiety) demikian juga perpisahan dengan ibunya. Pada usia 9 bulan sampai dengan 1 tahun, anak mampu melambaikan tangan, bermain bola, memukul-mukul mainan, dan memberikan benda yang dipegang bila diminta.Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada masa bayi terjadi perkembangan interaksi dengan lingkungan yang menjadi dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan masalah sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak. 4. Masa Toddler (1--3 tahun) Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa bayi tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar usia enambelas bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu diawasi karena dalam beraktivitas, anak tidak memperhatikan bahaya. Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding masa sebelumnya yang lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya. Anak lebih banyak menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru apa yang diperbuat orang. Mungkin ia akan mengaduk-aduk tempat sampah, laci, lemari pakaian, membongkar mainan, dan lain-lain. Benda-benda yang membahayakan hendaknya disimpan di tempat yang lebih aman.Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata dan mengulang kata-kata baru. Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Bila anak menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena dianggap miliknya. Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul, dicubit atau ditarik rambutnya apabila menjengkelkan hatinya. Anak kadang-kadang juga berperilaku menolak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya (self defense), misalnya menolak mengenakan baju yang sudah disediakan orang tuanya dan akan memilih sendiri pakaian yang disukainya 5. Masa Prasekolah Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak kelihatan lebih langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak mampu naik turun tangga tanpa bantuan, demikian juga berdiri dengan satu kaki secara bergantian atau melompat sudah mampu dilakukan. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati) yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru. Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya tentang segala hal disekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, akan membuat anak merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang abstrak dan konkret sehingga orang tua sering menganggap anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud demikian. Anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya. Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar, menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna benda. Orang tua perlu mulai mempersiapkan anak untuk masuk sekolah. Bimbingan, pengawasan, pengaturan yang bijaksana, perawatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua dan orang- orang disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak (Pusdik SDM Kesehatan, 2016) e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan Pola pertumbuhan dan perkembangan anak umumnya merupakan interaksi banyak faktor yang saling mempengaruhi. 1. Faktor dalam (Internal) 1.) Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhirproses pertumbuhan dan perkembangan anak 2.) Perbedaan ras, etnik atau bangsa Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa lainnya, sehingga postur tubuh tiap bangsa berlainan 3.) Keluarga Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek 4.) Umur Masa pranatal, masa bayi dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami pertumbuhan cepat dibanding masa lainnya. 5.) Jenis kelamin Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu dibanding laki-laki. 6.) Kelainan kromosom Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya Down’s sindroma 7.) Pengaruh hormon Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat janin berumur 4 bulan yang mana saat tersebut terjadi pertumbuhan cepat. Hormon yang berpengaruh terutama hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisma, maturasi tulang, gigi dan otak. 2. Faktor lingkungan (eksternal) Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pranatal, natal, dan pasca natal 1.) Faktor pra natal (selama kehamilan) Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan per kembangan janin mulai dari konsepsi sampai lahir. 2.) Faktor Natal / Persalinan Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga berisiko terjadinya kerusakan jaringan otak. 3.) Faktor Pasca natal Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan (Pusdik SDM Kesehatan, 2016). 3. Stimulasi dan Intervensi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak ( SDIDTK) Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita dan prasekolah, termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Deteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan secara berkala oleh keluarga, kader dan pendidik PAUD dengan menggunakan buku KIA. Bila dijumpai adanya pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan tahapan umurnya maka segera ke bidan/perawat/dokter untuk mendapatkan pelayanan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) (Kemenkes , 2015). 1. Jenis Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan Ada 3 jenis deteksi dini yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan ditingkat puskesmas dan jaringannya yaitu : 1.) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali. Jenis instrument yang digunakan: a.) Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak (BB/TB) b.) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) 2.) Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar. Jenis instrumen yang digunakan: a.) Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP) b.) Tes Daya Lihat (TDL) c.) Tes Daya Dengar Anak (TDD) 2. Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/ menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan.Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.) Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) • Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. • Jadwal pengukuran BB/TB disesuai dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. • Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. • Cara pengukuran berat badan/tinggi badan sesuai tabel berikut:
Cara pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
sesuai tabel berikut : Penggunaan Tabel BB/TB - Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas. - Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran. - Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak. - Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD). - Untuk menentukan bagaimana dengan status gizi anak tersebut, menggunakan grafik WHO 2006 dan terdapat pada buku KIA revisi 2015. 2.) Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA) Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal. Jadwal, disesuaikan dengan umur anak. Umur 0–11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12–72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Cara mengukur lingkaran kepala - Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang. - Baca angka pada pertemuan dengan angka O. - Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak. - Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin anak. - Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang. b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel berikut : 1) KPSP (Kueisioner Pra Skrining Perkembangan) Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan alat menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya, bayi umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Apabila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan, yang diberikan adalah KPSP 9 bulan Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas PAUD terlatih. Alat/instrumen yang digunakan sebagai berikut. - Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9–10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0–72 bulan. - Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5–1 cm. Cara menggunakan KPSP - Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa. - Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Apabila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Apabila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan. - Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. - KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu pertama, pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh: ”Dapatkah bayi makan kue sendiri?” Kedua, perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: ”Pada posisi bayi Anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.” - Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab. Karena itu, pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya. - Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu per satu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ”Ya” atau ”Tidak”. Catat jawaban tersebut pada formulir. - Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu. - Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. Interpretasi hasil KPSP - Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya. - Jawaban ”Ya”, apabila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. - Jawaban ”Tidak”, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu. - Jumlah jawaban ”Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S). - Jumlah jawaban ”Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). - Jumlah jawaban ”Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). - Untuk jawaban ”Tidak”, perlu diperinci jumlah jawaban ”Tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian). Intervensi - Apabila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut: 1.) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik. 2.) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak. 3.) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak. 4.) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36–72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak. 5.) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan. - Apabila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut : 1.) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin. 2.) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya. 3.) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya. 4.) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak. 5.) Jika hasil KPSP ulang jawaban ”Ya” tetap 7 atau 8, kemungkinan ada penyimpangan (P). - Apabila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian). a. Test Daya Lihat (TDL) Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada anak berusia 3-6 tahun yang dilakukan setiap enam bulan. Tujuan tes ini untuk mendeteksi adanyakelainan daya lihat pada anak usia prasekolah secara dini, sehingga jika ada penyimpangandapat segera ditangani. Cara melakukan tes daya lihat: 1) Pilih ruangan dengan penyinaran yang baik, bersih, tenang 2) Gantungkan ’kartu E’ yang setinggi mata anak posisi duduk. 3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari kartu “E” untuk duduk anak. 4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa 5) Pemeriksa memberikan kartu “E” kepada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu‘E’ menghadap ke atas, bawah, kiri dan kanan sesuai yang ditunjuk pada poster “E”olehpemeriksa. 6) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu mulai baris pertamahuruf “E “berukuran paling besar sampai baris keempat atau baris ”E” terkecil yangmasih dapat dilihat. 7) Puji anak jika bisa mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf padakartu “E” pada poster. 8) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama. Interpretasi hasil pemeriksaan daya lihat: Secara normal anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga. Apabila pada baris ketiga, anak tidak dapat melihat maka perlu dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan lebihlanjut.Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perluditanyakan dan diperiksa adakah hal sebagai berikut : 1) Keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing 2) perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, sering mengkedipkedipkan mata 3) Kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air Intervensi Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak, minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang dan jika hasil pemeriksaan anak tidak dapat melihat sampai barisyang sama maka anak tersebut perlu dirujuk ke rumah sakit dengan menuliskan mata yangmengalami gangguan ( kanan, kiri atau keduanya) b. Test Daya Dengar (TDD) TDD dapat dilakukan setiap 3 bulan pada bayi usia < 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD terlatih. Peralatan yang diperlukan adalahinstrumen untuk TDD sesuai usia anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia danmainan(boneka, kubus, sendok, cangkir dan bola).Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengankelompok usia anak. Jawaban ‘ya’ jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukanperintah dan jawaban ‘tidak’ jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah. Jikaanak dibawah 12 bulan, pertanyaan ditujukan untuk kemampuan 1 bulan terakhir. Setiappertanyaan perlu dijawab ‘ya.’ Apabila ada satu atau lebih jawaban ‘tidak’, berartipendengaran anak tidak normal, sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut.