Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

IMUNISASI RUTIN PADA ANAK

Disusun oleh:

Vicklen Sentiasa Pesiwarissa


NIM. 2018-84-081

Pembimbing:

dr. Rahmi Meitia Ambon, Sp. A., M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI

(PD3I)

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat

terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit

ringan. Jika membahas mengenai imunisasi maka tidak terlepas dari vaksin yang

merupakan antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi

dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin

mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang

apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara

aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.1,9

Ada banyak penyakit menular di Indonesia yang dapat dicegah dengan

imunisasi selanjutnya disebut dengan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan

Imunisasi (PD3I). Jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi rutin

antara lain sebagai berikut.

A. DIFTERI9,10

Penyakit yang disebabkan oleh toxin dari Corynebacterium diphtheria yang

menyerang saluran pernapasan bagian atas dan menular melalui kontak fisik dan

droplet. Gejala yang ditimbulkan meliputi:


1. Radang tenggorokan

2. Hilang napsu makan

3. Demam ringan

4. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan

tonsil

Komplikasi yang dapat ditimbulkan berupa obstruksi saluran pernapasan

atas hingga kerusakan miokardium dan jaringan lainnya yang berakibat kematian.

B. PERTUSIS9,10

Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh

bakteri Bordetella pertussis yang menular melalui percikan ludah (droplet

infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang ditimbulkan meliputi:

1. Pilek

2. Mata merah

3. Bersin

4. Demam

5. Batuk ringan yang lama-kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk

yang cepat dan keras

Komplikasi yang dapat terjadi adalah kematian akibat dari pneumonia

bacterialis.

C. TETANUS9,10
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang

menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini menular melalui kotoran yang masuk ke

dalam luka yang dalam. Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain:

1. Gejala awal: kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan

menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam

2. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antara 3 sampai

dengan 28 hari setelah lahir

3. Gejala lanjutan: kejang hebat dan tubuh menjadi kaku

Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu patah tulang akibat kejang, pneumonia

dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.

D. TUBERCULOSIS (TBC)9,10

TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosa dan menular melalui droplet. Gejala yang dapat ditimbulkan antara

lain:

1. Gejala awal: lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar

keringat pada malam hari

2. Gejala lanjutan: batuk terus-menerus, nyeri dada dan batuk darah

3. Gejala lain: tergantung organ yang diserang

Komplikasi yang dapat terjadi, yaitu kelemahan dan kematian.

E. CAMPAK9,10
Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae

measles, golongan Paramyxovirus dan menular melalui droplet (percikan ludah)

dari bersin atau batuk penderita. Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain:

1. Gejala awal: demam, bercak kemarahan, batuk, pilek, konjungtivitis, dan

koplik spots

2. Selanjutnya timbul ruam pada wajah dan leher yang menyebar ke seluruh

tubuh

Komplikasi yang ditimbulkan berupa diare hebat, peradangan pada telinga

serta infeksi saluran pernapasan (pneumonia)

F. POLIOMIELITIS9,10

Poliomielitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan

oleh virus polio serotipe 1, 2 atau 3 yang secara klinis menyerang anak di bawah

umur 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis/AFP).

Penularannya berasal dari kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Gejala

yang dapat ditimbulkan antara lain:

1. Demam

2. Kelumpuhan yang bersifat flaccid (lunglai, lemas atau layuh)

3. Penurunan kekuatan otot akut

Komplikasi yang tejadi berupa kematian jika otot pernapasan terinfeksi dan

ntidak segera ditangani.

G. HEPATITIS B9,10
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hepar.

Penularannya dapat secara horizontal: dari darah dan produknya, suntikan yang

tidak aman, transfusi darah hingga hubungan seksual. Penularan secara vertikal,

seperti dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Gejala yang dapat ditimbulkan

antara lain:

1. Merasa lemah

2. Gangguan perut

3. Gejala lain seperti flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat

4. Warna kuning pada mata dan permukaan kulit

Komplikasi: penyakit ini dapat menjadi kronis yang menimbulkan cirrhosis

hepatis atau hepatocellular carcinoma hingga kematian.

H. HEMOFILUS INFLUENZA TIPE B (Hib) 1,9

Hib merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada

beberapa organ, seperti meningitis, epiglotitis, pneumonia, septicemia, dan

selulitis. Banyak menyerang anak di bawah usia 5 tahun, terutama pada usia 1

bulan sampai 1 tahun. Penularannya melalui droplet dari nasofaring. Gejala yang

dapat ditimbulkan antara lain:

1. Pada selaput otak akan timbul gejala meningitis (demam, kaku kuduk,

kehilangan kesadaran)

2. Pada paru menyebabkan pneumonia (demam, sesak, retraksi otot

pernapasan), terkadang menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan alat

pendengaran
II. IMUNISASI RUTIN

Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah

untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang

bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi

wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.

Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus-

menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi

lanjutan.1,9

Gambar 2.1. Skema Jenis Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraan 9


(Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku ajar imunisasi. Jakarta
Selatan: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2015)

A. IMUNISASI DASAR

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun yang

terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit: difteri, pertusis, tetanus, tuberculosis,


campak, poliomyelitis, hepatitis B serta pneumonia dan meningitis yang

disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib).1,9

1. Vaksin DTP-HB-HiB

Vaksin DTP-HB-HiB digunakan untuk pencegahan terhadap difteri,

tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B dan infeksi Haemophilus

influenza tipe B secara simultan. Satu dosis anak adalah 0,5 ml yang

harus disuntikkan secara intramuscular pada anterolateral paha atas. 1,9

Berikut ini cara penyuntikannya:11

 Usaplah sekitar kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi

air

 Letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada sisi yang akan disuntik,

kemudian renggangkan kulit

 Tusuk jarum tegak lurus ke bawah (posisi 90o) sampai masuk ke

dalam otot

 Tarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai

pembuluh darah

 Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin,

suntikan vaksin pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit. Kemudian

cabut jarumnya.

Vaksin DTPw-HB-Hib pada anak Indonesia memberikan seroproteksi

yang baik pada pemberian usia 2, 3 dan 4 bulan.12 Jadwal imunisasi

dengan menggunakan DTPa pada usia 2, 3 dan 4 bulan juga digunakan di


negara maju seperti Austria, Jerman dan Perancis. 13 Vaksin DTP tidak

dianjurkan untuk anak >7 tahun, penggantinya diberikan Td/ Tdap.14

Gambar 2.2. Vaksin DTP-HB-Hib15


(Sumber: Biofarma. Our product: all. [internet] Bandung: PT Bio Farma
(Persero). 2017 [cited 2019 April 28]. Available from: URL: www.biofarma.co.id)

Kontra indikasi berupa kejang atau gejala kelainan otak pada bayi

baru lahir atau kelainan saraf serius. Efek samping: reaksi local

sementara seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan,

disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-

kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel) dan

menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah

pemberian. Penanganan efek samping antara lain:9

 Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI

atau sari buah)

 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis


 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin

 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/ kgBB setiap 3-4 jam

(maksimal 6 kali dalam 24 jam)

 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat

 Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter

2. Vaksin BCG

Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung

Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette

Guerin), strain paris. Indikasi: untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

tuberculosis. Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali pada usia <3

bulan yang disuntikkan secara intrakutan di daerah sepertiga lengan

kanan atas (insertion musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS

0,05 ml.1,9

Gambar 2.3. Vaksin BCG15


(Sumber: Biofarma. Our product: all. [internet] Bandung: PT Bio Farma
(Persero). 2017 [cited 2019 April 28]. Available from: URL: www.biofarma.co.id)
Berikut ini tahapan penyuntikan vaksin BCG:11

 Ambil semprit BCG, pasang jarum BCG dan pastikan jarum

terpasang dengan baik dan cukup kuatIsaplah vaksin BCG,

dilebihkan sedikit dari dosis agar pada waktu membuang gelembung

udara, jumlah vaksin menjadi 1 dosis/ tepat dosis

 Pegang semprit seperti posisi merokok, ketuklah semprit ke jari

dengan menghadap ke atas. Bila udara telah terkumpul di bagian atas,

doronglah piston sampai gelembung udara dan sedikit vaksin keluar.

Hal ini untuk meyakinkan bahwa jarum penuh dengan vaksin.

Apabila ada udara dalam jarum kemungkinan akan menyuntikkan

udara dan dosis vaksin akan kurang dari seharusnya. Yakinkan

semprit tidak bocor, apabila bocor ganti dengan yang lain

 Bersihkan lengan dengan kapas yang dibasahi air bersih (jangan

mengunakan alkohol atau desinfektan karena akan merusak vaksin

BCG)

 Peganglah lengan kanan anak dengan tangan kiri, sehingga tangan

penyuntik ada di bawah lengan anak, lingkarkan ibu jari dan jari-jari

anda ke lengan bayi dan kulit direnggangkan.

 Pegang semprit dengan tangan kanan, lobang jarum menghadap ke

atas

 Letakkan semprit dan jarum hampir sejajar dengan lengan anak

 Masukkan ujung jarum ke dalam kulit, usahakan sedikit mungkin

melukai kulit. Pertahankan jarum sejajar kulit, sehingga hanya masuk


ke kulit bagian luar, lubang jarum tetap menghadap ke atas. Jangan

menekan terlalu jauh da jangan mengarahkan ujung jarum terlalu

menukik karena jarum akan masuk ke bawah kulit, sehingga

mengakibatkan suntikan menjadi sub cutan.

 Letakkan ibu jari kiri anda di atas ujung barrel, pegang pangkal barrel

antara jari telunjuk dan jari tengah dan doronglah piston dengan ibu

jari tangan kanan anda.

 Suntikkan 0.05 cc vaksin, pada suntikan intrakutan terasa ada tahanan

sehingga perlu menekan piston lebih keras daripada subkutan,

kemudian cabut jarumnya.

 Bila cara menyuntik tepat, maka akan terlihat benjolan di kulit yang

bening dan pucat, pori-pori kulit terlihat jelas.

Efek samping: 2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas

suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat

terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan

dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10 mm. Apabila

ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik,

apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar

anjurkan orang tua membawa bayi ke tenaga kesehatan.9

3. Vaksin Campak

Vaksin campak berupa virus hidup yang dilemahkan. Indikasinya

berupa pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Kontra

indikasi: individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau


individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia,

limfoma.1,9

Vaksin 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau

anterolateral paha, pada usia 9 bulan.9

Gambar 2.4. Vaksin Campak15


(Sumber: Biofarma. Our product: all. [internet] Bandung: PT Bio Farma
(Persero). 2017 [cited 2019 April 28]. Available from: URL: www.biofarma.co.id)

Berikut ini tahapan penyuntikan vaksin campak:11

 Usaplah sekitar kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi

air

 Jepitlah lengan yang akan disuntik dengan jari tangan kanan, seperti

mencubit menggunakan ibu jari dan telunjuk

 Masukkan jarum ke dalam kulit yang dijepit dengan sudut kira-kira

30-45 derajat posisi lengan, jangan menusukkan jarum terlalu dalam,

kedalaman jarum tidak lebih dari 0.5 inchi. kontrol jarumnya, tahan

pangkal piston dengan jari tangan sambil menekan jarum ke dalam


 Tarik piston sedikit, untuk meyakinkan tidak mengenai pembuluh

darah, bila mengenai pembuluh darah, pindah ke tempat lain.

 Tekan piston pelan-pelan dan suntikkan sebanyak 0.5 cc

 Cabut jarumnya, usap bekas suntikan dengan kapas yang dibasahi air

Efek samping: hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan

dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah

vaksinasi. Penanganan efek samping antara lain:9

 Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI

atau sari buah)

 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis

 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin

 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/ kgBB setiap 3-4 jam

(maksimal 6 kali dalam 24 jam)

 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat

 Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter

4. Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine/ OPV)

Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis

tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan. Indikasi: untuk

pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis. Kontra indikasi: pada

individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek berbahaya

yang timbul akibat pemberian vaksin polio pada anak yang sedang

sakit.1,9,10
Gambar 2.5. Vaksin Poliomielitis Oral15
(Sumber: Biofarma. Our product: all. [internet] Bandung: PT Bio Farma (Persero).
2017 [cited 2019 April 28]. Available from: URL: www.biofarma.co.id)

Vaksin ini diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis (2 tetes)

sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal

4 minggu.9,16 Apabila bayi lahir di rumah segera berikan OPV-0, apabila

lahir di sarana kesehatan OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan.17

Efek samping: sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi posio

oral. Setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti

biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang. Tidak
ada penanganan efek samping apapun yang perlu dilakukan oleh orang

tua.9

5. Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)

Vaksin Polio dalam bentuk suspense injeksi. Indikasi: untuk

pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak immunocompromised,

kontak di lingkungan keluarga dan pada individu  di mana vaksin polio

oral menjadi kontra indikasi. Kontra indikasi berupa:9

 Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis

progresif

 Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya

 Penyakit demam akibat infeksi akut tunggu sampai sembuh

 Alergi terhadap Strestomycin

Gambar 2.6. Vaksin Poliomielitis Injeksi15


(Sumber: Biofarma. Our product: all. [internet] Bandung: PT Bio Farma
(Persero). 2017 [cited 2019 April 28]. Available from: URL: www.biofarma.co.id)
IPV disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan

dosis pemberian 0,5 ml. Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5

ml harus diberikan  pada interval satu atau dua bulan.1,9

Efek samping: reaksi lokal pada tempat penyuntikan seperti nyeri,

kemerahan, indurasi dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah

penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari. Penanganan

efek samping dapat berupa:9,10

 Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI)

 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis

 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin

 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/ kgBB setiap 3-4 jam

(maksimal 6 kali dalam 24 jam)

 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat

6. Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B bertujuan untuk memberikan perlindungan dan

mengurangi insiden timbulnya penyakit hati kronik dan karsinoma hati.

Setelah dilarutkan vaksin harus segera disuntikkan ke pasien (tidak boleh

lebih dari 30 menit setelah vaksin dilarutkan). Vaksin virus rekombinan

yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, berasal dari

HBsAg.9,17

Vaksin Hepatitis B diberikan kepada kelompok individu dengan

resiko tinggi tertular Hepatitis B, diantaranya adalah:1


 Petugas kesehatan atau pekerja lainnya yang beresiko terhadap

paparan darah penderita Hepatitis B

 Pasien hemodialisis

 Pasien yang membutuhkan transfuse darah maupun komponen darah

 Individu yang memiliki keluarga dengan riwayat Hepatitis B

 Kontak atau hubungan seksual dengan karier Hepatitis B atau

Hepatitis B akut

 Turis yang bepergian ke daerah endemik Hepatitis B

 Pengguna obat-obatan suntik

 Populasi beresiko secara seksual

 Pasien dengan penyakit hati kronik

 Pasien yang berencana melakukan transplantasi organ

Kontra indikasi berupa riwayat alergi terhadap ragi, riwayat efek

samping yang berat pada penyuntikan dosis pertama dan penderita

infeksi berat yang disertai kejang.1,9


Gambar 2.7. Vaksin Hepatitis B15
(Sumber: Biofarma. Our product: all. [internet] Bandung: PT Bio Farma
(Persero). 2017 [cited 2019 April 28]. Available from: URL: www.biofarma.co.id)

Dosis pemberian 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler,

dapat diberikan pada lengan atau namun sebaiknya pada anterolateral

paha.1,9 Pemberian vaksin Hepatitis B paling optimal diberikan petama

kali (monovalen) pada bayi 12 jam pasca persalinan, dengan didahului

suntikan vit K1 30 menit sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit,

pemberian vaksin masih diperkenankan sampai <7 hari.1 Jadwal

pemberian vaksin HB monovalen adalah usia 0, 1 dan 6 bulan. Bayi lahir

dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan immunoglobulin

hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB

kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada usia 2, 3 dan 4

bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal

pemberian pada usia 2, 4 dan 6 bulan.1,9,16,17 Berikut ini cara

penyuntikannya:11

 Usaplah sekitar kulit yang akan disuntik dengan kapas yang dibasahi

air

 Letakkan ibu jari dan jari telunjuk pada sisi yang akan disuntik,

kemudian renggangkan kulit

 Tusuk jarum tegak lurus ke bawah (posisi 90o) sampai masuk ke

dalam otot

 Tarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai

pembuluh darah
 Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin,

suntikan vaksin pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit. Kemudian

cabut jarumnya.

Efek samping: reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan

pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan biasanya bersifat ringan

dan menghilang setelah 2 hari. Untuk menangani efek samping, maka:9

 Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI)

 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis

 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin

 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/ kgBB setiap 3-4 jam

(maksimal 6 kali dalam 24 jam)

 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat

B. IMUNISASI LANJUTAN

Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk

mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan

anak yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar. Imunisasi lanjutan diberikan pada

anak usia bawah dua tahun (Baduta); anak usia sekolah dasar; dan wanita usia

subur (WUS).1

1. Vaksin DT

Vaksin DT merupakan suspensi kolodial homogen berwarna putih

susu mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang

terabsorpsi ke dalam aluminium fosfat. Indikasi: pemberian kekebalan


simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak. Kontra indikasi

berupa hipersensitifitas terhadap komponen dari vaksin.9

Gambar 2.8. Vaksin DT15


(Sumber: Biofarma. Our product: all. [internet] Bandung: PT Bio Farma
(Persero). 2017 [cited 2019 April 28]. Available from: URL: www.biofarma.co.id)

Vaksin ini diberikan secara intramuskular atau subkutan dalam,

dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun.9

Efek samping: gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi

suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

Penanganan efek samping antara lain:9

 Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak

 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis

 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin

 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/ kgBB setiap 3-4 jam

(maksimal 6 kali dalam 24 jam)

 Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat


2. Vaksin Td

Vaksin Td merupakan suspensi kolodial homogen berwarna putih susu

mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang terabsorpsi

ke dalam aluminium fosfat. Indikasi: imunisasi ulangan terhadap tetanus

dan difteri pada individu mulai usia 7 tahun. Kontra indikasi: individu

yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya.9

Gambar 2.9. Vaksin Td15


(Sumber: Biofarma. Our product: all. [internet] Bandung: PT Bio Farma
(Persero). 2017 [cited 2019 April 28]. Available from: URL: www.biofarma.co.id)

Vaksin ini disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam,

dengan dosis pemberian 0,5 ml. Efek samping: pada uji klinis dilaporkan

terdapat kasus nyeri pada loksasi penyuntikan (20-30%) serta demam

(4,7%).9

3. Vaksin TT
Vaksin TT merupakan suspense kolodial homogen berwarna putih

susu dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, terabsorbsi ke

dalam aluminium fosfat. Indikasi: perlindungan terhadap tetanus

neonatorum pada wanita usia subur. Kontra indikasi antara lain:9

 Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya

 Hipersensitifitas terhadap komponen vaksin

 Demam atau infeksi akut

Gambar 2.10. Vaksin TT15


(Sumber: Biofarma. Our product: all. [internet] Bandung: PT Bio Farma
(Persero). 2017 [cited 2019 April 28]. Available from: URL: www.biofarma.co.id)

Vaksin diberikan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan

dosis 0,5 ml. Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan seperti

lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan

kadang-kadang gejala demam. Penanganan efek samping seperti bekas

suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, anjurkan ibu minum

lebih banyak.9
III. JADWAL IMUNISASI RUTIN

A. JADWAL IMUNISASI DASAR

Gambar 2.11. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 tahun17


(Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal imunisasi anak usia 0-18 tahun:
rekomendasi ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) tahun 2017. [internet] Jakarta:
IDAI. 2017. Available from: URL: http://idai.or.id/public-
article/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anan-idai.html)

Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI 2017 merupakan penyatuan

rekomendasi IDAI sebelumnya dengan jadwal imunisasi nasional dan dibuat

berdasarkan evidence sahih saat ini. Dengan pemberian imunisasi sesuai

rekomendasi, diharapkan anak-anak Indonesia terlindungi dari penyakit

infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.17


Tabel 2.1.  Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun.1
Interval minimal untuk
Umur Jenis
Jenis Imunisasi yang sama
0-24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 3 1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 4, IPV
9 bulan Campak

B. JADWAL IMUNISASI LANJUTAN

1. Anak Usia Bawah Dua Tahun (BADUTA)

Hasil serologi yang didapat pada anak yang diberikan DPT-HB-Hib

pada usia 18-24 bulan berdasarkan penelitian di Jakarta dan Bandung18

diketahui Anti D 99.7%, Anti T 100%, HbSAg 99.5%. Dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa Imunisasi DPT harus diberikan 3 kali dan

tambahan pada usia 15-18 bulan untuk meningkatkan titer anti bodi pada

anak-anak.

Tabel 2.2.  Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun.1
Umur Jenis Imunisasi Interval minimal setelah Imunisasi Dasar

DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3


18 bulan
Campak 6 bulan dari Campak dosis pertama

Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak

dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan. Baduta yang telah
lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-HB-

Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.

2. Anak Usia Sekolah Dasar

Hasil serologi Campak sebelum dilakukan Imunisasi campak pada

anak sekolah dasar diketahui titer antibodi terhadap campak adalah

52,60% – 65,56%. Setelah Imunisasi campak pada BIAS diketahui titer

antibodi meningkat menjadi 96.69% - 96.75%. Hasil serologi Difteri

sebelum dilakukan Imunisasi difteri pada anak sekolah dasar diketahui

titer antibodi adalah 20.13% – 29,96% setelah Imunisasi difteri pada

BIAS diketahui titer antibodi meningkat menjadi 92.01% - 98.11%1

Tabel 2.3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar.1

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan

Kelas 1 SD Campak DT Agustus, November

Kelas 2 SD Td November

Kelas 5 SD Td November

Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan

Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan

Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi T5.

3. Wanita Usia Subur (WUS)

Tabel 2.4. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS) (PMK No.12)

Status Imunisasi Interval Minimal Pemberian Masa Perlindungan


TT1 - -

TT2 4 minggu setelah T1 3 tahun

TT3 6 bulan setelah T2 5 tahun

TT4 1 tahun setelah T3 10 tahun

TT5 1 tahun setelah T4 > 25 tahun

Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T

(screening) terlebih dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.

Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah

mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan

Anak, kohort dan/atau rekam medis.

Anda mungkin juga menyukai