Anda di halaman 1dari 46

IMUNISASI

Oleh:
Linda Ika P , M.Keb

1
2

Latar belakang
 Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
ganda(double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan
penyakit degeneratif  imunisasi adl tindakan pencegahan paling cost
effective
 munculnya kembali PD3I yang sebelumnya telah berhasil ditekan
(Reemerging Diseases), maupun penyakit menular baru (New
Emerging Diseases) yaitu penyakit-penyakit yang tadinya tidak dikenal
(memang belum ada, atau sudah ada tetapi penyebarannya sangat
terbatas; atau sudah ada tetapi tidak menimbulkan gangguan kesehatan
yang serius pada manusia).

Menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan akibat


PD3I

IMUNISASI
3

1. Pengertian Imunisasi
 Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila
kelak tertular penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit .
 Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem
pertahanan tubuh kebal terhadap invasi
mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut
memiliki kesempatan unuk menyerang tubuh kita.
Dengan imunisasi, tubuh kita akan terlindung dari infeksi
begitu pula orang lain karena tidak tertular dari kita.
Macam Kekebalan :
1. Kekebalan Aktif
a. Alami : kekebalan yang terbentuk secara aktif oleh
tubuh setelah sembuh dari sakit.
b. Buatan : tubuh akan membuat kekebalan setelah
diberi vaksin.
2. Kekebalan Pasif
a. Alami : diperoleh dari ibu semenjak dalam kandungan
secara transplasenter.
b. Buatan : diperoleh setelah mendapat kekebalan serum.
5

2. Pengertian vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme
yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah
berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang jika
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
infeksi tertentu
Macam Bahan vaksin :
1. Vaksin hidup : kuman/ virus hidup yang
dilemahkan (BCG, cacar, polio, campak ).
2. Vaksin mati : kuman/ virus yang dimatikan
(batuk rejan, kolera, tifoid, paratifus A dan
B).
3. Toxoid : toxin yang diolah sedemikian
rupa dengan bahan kimia (ATS, ADS ).
7
3. Tujuan imunisasi
Tujuan dari pemberian imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan,
kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I).
8

4. Sasaran
a. Bayi b. Anak Balita
Jenis Usia Jumlah Interval Jenis Usia Jumlah
imunisasi pemberia pemberia minimal imunisasi Pemberian Pemberian
n n

Hepatitis 0-7 hari 1 -


B
DPT-HB-Hib 18 bulan 1
BCG 1 bulan 1 -

Polio/ IPV 1,2,3,4 4 4 minggu


bulan

DPT-HB- 2,3,4 3 4 minggu


Hib bulan
Campak 24 bulan 1

Campak 9 bulan 1 -
9

4. Sasaran
d. Anak SD kelas 2 dan 3/
c. Anak SD kelas 1/ sederajat sederajat

Jenis Usia Jumlah Jenis imunisasi Usia Pemberian Jumlah


Pemberian
imunisasi Pemberian Pemberian

Campak Agustus Bulan


Imunisasi Td Novembe BIAS
Anak
DT November Sekolah r
(BIAS)
10

5. Penyakit yang Dapat dicegah dengan


Imunisasi (PD3I)
a. Difteri
b. Pertusis
c. Tetanus
d. TBC
e. Campak
f. Polio
g. Hepatitis B
h. Meningitis dan pneumonia
11
a. Difteri

 Penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Corynebacterium diphtheria
 Penularan: Melalui kontak fisik dan
pernafasan
 Masa inkubasi: 2-7 hari
 Gejala: Radang tenggorokan, Hilang
nafsu Makan, Demam ringan, Dalam
2–3 hari , timbul selaput, putih kebiru-
biruan pada, tenggorokan dan tonsil
 Komplikasi: gangguan pernafasan
yang berakibat kematian
12
b. Pertusis

 Penyakitpada saluran pernapasan yang


disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertusis(batukrejan)
 Masa inkubasi: 5-14 hari (7-10 hari)
 Penularan: Melalui percikan ludah
(droplet infection) dari batuk atau bersin
 Gejala: Pilek, Mata merah, Bersin,
Demam, Batuk ringan yang lama
kelamaan menjadi parah dan
menimbulkan batuk yang cepat dan keras.
 Komplikasi: Pneumonia bacterialis yang
dapat menyebabkan kematian
13 c. Tetanus
 Penyakit yang disebabkan oleh
Clostridium Tetani yang menghasilkan
neurotoksin
 Penularan: Melalui kotoran yang masuk
ke dalam luka yang dalam.
 Gejala awal: kaku otot pada rahang,
disertai kaku pada leher, kesulitan,
menelan, kaku otot perut, berkeringatdan
demam. Pada bayi terdapat gejala
berhenti menetek (sucking) antara 3
sampai dengan 28 hari setelah lahir.
 Gejala berikutnya: kejang yang hebat
dan tubuh menjadi kaku
 Komplikasi: Patah tulang akibat
kejang,Pneumonia, Infeksi Lain yang
dapat menimbulkan kematian
14 d. Tuberculosis (TBC)
 Penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa disebut
juga batuk darah.
 Penularan: Melalui pernafasan Lewat
bersin atau batuk
 Gejala awal: lemah badan, penurunan
berat badan,demam, dankeluar
keringat pada malam hari.
 Gejala selanjutnya: batuk terus-
menerus, nyeri dada dan (mungkin)
batuk darah.
 Gejala lain: Tergantung pada organ
yang diserang
 Komplikasi: Kelemahan dan kematian
15 e. Campak
 Penyakit yang disebabkan oleh
virus myxovirus virida emeasles
 Melalui udara (percikan ludah) dari
bersin atau batuk penderita
 Gejala awal: demam, bercak
kemerahan,batuk, pilek,
konjunctivitis (mata merah) dan
koplik spots.
 Selanjutnya timbul ruam pada muka
dan leher, kemudian menyebar
ketubuh dan tangan serta
 Komplikasi: Diarehebat,
Peradangan Pada telinga, Infeksi
saluran napas (pneumonia)
16

f. Poliomielitis
 Penyakit pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus polio tipe1, 2, atau
3. Secara klinis menyerang anak di
bawah umur 15 tahun dan menderita
lumpuh layu akut(acute flaccid paralysis
= AFP
 Penularan: Melalui kotoran manusia
(tinja) yang terkontaminasi
 Gejala: Demam Nyeri otot dan
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama
 Komplikasi: Bisa menyebabkan kematian
jika otot pernafasan terinfeksi dan tidak
segera ditangani
17 g.Hepatitis B
 Penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis B yang merusak hati
 Penularan secara horizontal (dari darah dan
produknya, suntikan yang tidak aman ,
transfusi darah, melalui hubungan seksual )
Penularan secara vertical (dari ibu ke bayi
selama proses persalinan)
 Gejala: Merasa lemah , Gangguan perut
 Gejala lain seperti flu, urin, menjadi kuning,
kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa
terlihat pada, mata ataupun kulit
 Komplikasi: Penyakit ini bisa menjadi
kronis yang menimbulkan pengerasan hati
(Cirrhosis Hepatis), Kankerhati (Hepato
Cellular Carsinoma) dan menimbulkan
kematian
h. Hemofilus Influenz a tipe
18
b(Hib)
 Salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi dibeberapa organ
seperti meningitis, epiglotitis,
pneumonia, artritis, dan selulitis.
Banyak menyerang anak di bawah usia
5 tahun, terutama pada usia 6 bulan -1
tahun.
 Penularan: Droplet melalui nasofaring.
 Gejala: Pada selaput otak akan timbul
gejala menigitis (demam, kaku kuduk,
kehilangan kesadaran). Pada paru
menyebabkan pneumonia (demam,
sesak, retraksi otot pernafasan),
terkadang menimbulkan gejala sisa
berupa kerusakan alat pendengaran
19

6. Macam vaksin
 BCG
 DTP-HB-Hib
 Hepatitis B
 OPV
 IPV(PolioInactive Polio Vaccine )
 Campak
20 Vaksin BCG
 Deskripsi: vaksin beku kering
yang mengandung  Efek samping: 2–6 minggu
Mycrobacterium bovis hidup setelah imunisasi BCG daerah
yang dilemahkan (Bacillus bekas suntikan timbul bisul kecil
Calmette Guerin), strain paris. (papula) yang semakin membesar
 Indikasi: Untuk pemberian dan dapat terjadi ulserasi dalam
kekebalan aktif terhadap waktu 2–4 bulan, kemudian
tuberculosis menyembuh perlahan dengan
 Cara pemberian dan dosis: menimbulkan jaringan parut
Dosis pemberian 0,05 ml, dengan diameter 2–10 mm.
sebanyak 1 kali. Disuntikkan  Penanganan efek samping: •
secara IC di lengan kanan atas Apabila ulkus mengeluarkan
(insertio musculus deltoideus) cairan perlu dikompres dengan
dg ADS 0,05 ml. cairan antiseptik • Apabila cairan
bertambah banyak atau koreng
semakin membesar anjurkan
orangtua membawa bayi ke
dokter.
21 Vaksin DTP-HB-Hib
 Deskripsi: Vaksin DTP-HB-Hib
digunakan untuk pencegahan  Efek samping: Reaksi lokal sementara seperti
terhadap difteri, tetanus, pertusis bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan
disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar
(batuk rejan), hepatitis B, dan
kasus. Kadang-kadang reaksi berat seperti demam
infeksi Haemophilus influenzae tinggi, irritabilitas (rewel) dan menangis dengan
tipe b secara simultan. nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam
 Cara pemberian dan dosis: • setelahpemberian.
Vaksin harus disuntikkan secara  Penanganan efek samping:
intramuskular pada anterolateral a. Dianjurkan memberikan minum lebih banyak (ASI
paha atas. • Satu dosis anak atau sari buah).
adalah 0,5 ml. b. Jika demam pakaikan pakaian yg tipis.
 Kontra indikasi: Kejang atau c. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin.
gejala kelainan otak pada bayi
d. Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB
baru lahir atau kelainan saraf setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
serius e. Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat.
f. Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke
dokter.
22 Vaksin Hepatitis B
 Deskripsi: vaksin virus  Efek Samping: Reaksi lokal seperti
recombinan yang telah
rasa sakit, kemerahan dan
diinaktivasikan dan bersifat
pembengkakan di sekitar tempat
noninfecious,berasal dari HBsAg.
penyuntikan. Reaksi yang terjadi
 Cara pemberian dan dosis: bersifat ringan dan biasanya hilang
1. Dosis 0,5 ml/ 1(buah) HB PID, setelah 2 hari.
secara IM sebaiknya pada  Penanganan Efek samping:
anterolateral paha. 1. Orang tua dianjurkan untuk
2. Pemberian 3 dosis. Dosis memberikan minum lebih banyak
pertama usia 0–7 hari, dosis (ASI atau sari buah).
berikutnya interval minimum 4 2. Jika demam pakaikan pakaian yang
minggu (1 bulan). tipis.
 Kontra indikasi: Penderita 3. Bekas suntikan yang nyeri dapat
infeksi berat yang disertai kejang. dikompres air dingin.
4. Jika demam berikan paracetamol
15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
5. Bayi boleh mandi atau cukup
diseka dengan air hangat
23 Vaksin Polio Oral (OPV)
 Deskripsi: Vaksin Polio Trivalent
yang terdiri dari suspensi  Efek Samping: Sangat jarang
viruspoliomyelitis tipe 1,2, dan 3 terjadi reaksi sesudah imunisasi
(strain Sabin) yang sudahdilemahkan. polio oral. Setelah mendapat
 Indikasi: Untuk pemberian kekebalan OPV bayi boleh makan minum
seperti bisa. Apabila muntah
aktif terhadap poliomielitis
dalam 30 menit segera diberi
 Cara pemberian dan dosis: Secara
dosis ulang.
oral (melalui mulut), 1 dosis (dua
tetes) sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval setiap
dosis minimal 4 minggu.
 Kontra indikasi: Anak yang
mengalami infeksi akut yang disertai
demam.Anak yang memiliki masalah
defisiensi sistem kekebalan tubuh.
Anak yang sedang menjalani
pengobatan imunosupresif
Vaksin PolioInactive Polio
24 Vaccine (IPV)
 Deskripsi: Bentuk suspensi
injeksi.  Kontra indikasi: • Sedang menderita
 Indikasi: pencegahan demam, penyakit akut atau penyakit kronis
poliomyelitis pada bayi dan anak progresif. • Hipersensitif pada saat
pemberian vaksin ini sebelumnya. •
immunocompromised, KI OPV,
Penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu
kontak dilingkungan atau sampai sembuh. • Alergi terhadap
penderita polio. Streptomycin.
 Cara pemberian dan dosis:  Efek samping: Reaksi lokal pada tempat

• Disuntikkan secara intra penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi


muskular atau subkutan dalam, dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48
jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan
dengan dosis pemberian 0,5 ml. • selama satu atau dua hari.
Dari usia 2 bulan, 3 suntikan  Penanganan efek samping: • Orangtua
berturut-turut 0,5 ml harus dianjurkan untuk memberikan minum lebih
diberikan pada interval satu atau banyak (ASI atau sari buah). • Jika demam
dua bulan. pakaikan pakaian yang tipis. • Bekas
• Bagi orang dewasa yang belum suntikan yang nyeri dapat dikompres air
di imunisasi diberikan 2 suntikan dingin. • Jika demam berikan paracetamol
15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6
berturut-turut denganinterval satu kali dalam 24 jam) • Bayi boleh mandi atau
atau dua bulan. cukup diseka dengan air hangat.
25 Vaksin campak
 Deskripsi: Vaksin virus hidup
 Efek samping: Hingga 15% pasien
yang dilemahkan.
 Indikasi: Pemberian dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang
kekebalan aktif terhadap
dapatterjadi 8–12 hari setelah
penyakit campak vaksinasi.
 Cara pemberian dan dosis:  Penanganan efek samping: •
0,5 ml disuntikkan secara Orangtua dianjurkan untuk
subkutan pada lengan kiri atas memberikan minum lebih banyak
atau anterolateral paha, pada (ASI atau sari buah). • Jika demam
usia 9–11 bulan. pakaikan pakaian yang tipis. •
 Kontra indikasi: Individu Bekas suntikan yang nyeri dapat
dikompres air dingin. • Jika demam
yang mengidap penyakit
berikan paracetamol 15 mg/kgBB
immune deficiency atau
setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
individu yang diduga dalam 24 jam). • Bayi boleh mandi
menderita gangguan respon atau cukup diseka dengan air hangat.
imun karena leukemia, • Jika reaksi tersebut berat dan
limfoma menetap bawa bayi ke dokter
26

7. Jenis dan jadwal Imunisasi

Jenis dan jadwal Imunisasi

Program Pilihan

Tambaha
Rutin n Khusus

Lanjuta
Dasar n

Bayi(<
1th)
Baduta SD WUS
27

Imunisasi Dasar
Umur Jenis Interval minimal utk jenis
imunisasi yg sama
0-24 jam Hepatitis B
1 bln BCG, Polio 1
2 bln DPT-HB-Hib 1, Polio 2 1 bulan
3 bln DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bln DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bln Campak

 Diberikan sebelum usia < 1 th


 Pencegahan 9 penyakit infeksi
 HB: waktu optimal <24 jam, bila medan sulit: < 7hari
 Bayi lahir di faskes: BCG, Polio 1 diberikan sebelum plg
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-
HB Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana
Tabel , maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
28

Jadwal imunisasi lanjutan pd anak


Baduta

 Pemberian Imunisasi
lanjutan pada baduta DPT-
HB-Hib dan Campak dapat
diberikan dalam rentang usia
18-24 bulan
 Baduta yang telah
lengkap Imunisasi dasar
dan mendapatkan Imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib
dinyatakan mempunyai
status Imunisasi T3.
29
30

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak SD

Imunisasi lanjutan anak SD


sasaran Imunisasi Waktu
pelaksanaa
Anak SD yg telah
n lengkap imunisasi dasar
1 SD Campak Agustus
dan imunisasi lanjutan
DT November DPT-HB-Hib serta
2 SD Td November mendapatkan imunisasi
5 SD Td November DT dan Td dinyatakan
mempunyainstatus
imunisasi T5
31

Imunisasi Tambahan
 Backlog fighting :
upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi Imunisasi dasar pada anak yang berumur di bawah tiga
tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama dua tahun berturut-turut tidak
mencapai UCI
 Crash program:

Kegiatan di tingkat Puskesmas yg ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat utk
mencegah terjadinya KLB
 Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

Merupakan kegiatan Imunisasi massal yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara dalam waktu
yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatu penyakit dan
meningkatkan herd immunity(misalnya polio, campak, atau Imunisasi lainnya). Imunisasi yang
diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang status Imunisasi sebelumnya
 Cath Up Campaign(Kampanye)

Merupakan kegiatan Imunisasi Tambahan massal yang dilaksanakan serentak pada sasaran kelompok
umur danwilayah tertentu dalam upaya memutuskan transmisi penularan agent (virus atau bakteri)
penyebab PD3I.
 Sub PIN

Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah terbatas (beberapa provinsi atau
kabupaten/kota).
 Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI)

Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit
masing-masing.
32

Imunisasi khusus
 Imunisasi Meningitis Meningokokus: penyakit
akut radang selaput otak yg disebabkan nesseria
meningitis. Diberikan kpd masy yg akan
melakukan perjalanan ke negara endemis
meningitis
 Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning)
 Imunisasi rabies
 Imunisasi polio
33

Imunisasi pilihan
 Vaksin
 Measles, Mumps,
Rubela (MMR)
 Vaksin Tifoid
 Vaksin Varisela
 Hepatitis A
 Influenza
 Pneumokokus
 Rotavirus
 Herpes Zoster
 HPV
 Japanese Ensephalitis
 Vaksin Dengue
 Hepatitis B
34

8. Pengelolaan peralatan rantai


vaksin dan vaksin
35

Cara penyimpanan vaksin


36

Indikator VVM pada vaksin


VVM adalah alatpemantau paparan
suhu panas. Fungsi VVM untuk
memantau suhu vaksin selamadalam
perjalanan maupun dalam
penyimpanan. VVM ditempelkan
pada setiapvial vaksin berupa
bentuk lingkungan dengan bentuk
segi empat pada bagiandalamnya.
Diameter VVM sekitar 0,7 cm (7
mm). VVM mempunyai
karakteristikyang berbeda, spesifik
untuk tiap jenis vaksin
37

Sarana penyimpanan vaksin


Sarana penyimpanan vaksin yang Anda perlukan
adalah sebagai berikut:
 Kamar dingin dan kamar beku Kamar dingin dan
kamar beku terdapat di tingkat propinsi.
 Lemari Es dan Freezer Banyak model lemari es
yang dapat digunakan.
38

 Alat pembawa vaksin yang diperlukan adalah: Cold box (Kotak


dingin) pada umumnya memiliki volume kotor 40 liter dan 70
literdan Vaccine carrier (alat untuk mengirim/membawa vaksin
daripuskesmas ke posyandu atau tempat pelayanan imunisasi
lainnya yang dapat mempertahankan suhu+2 ⁰ s/d. +8 ⁰
 Alat untuk mempertahankan suhu

Untuk mempertahankan suhu, alat yang diperlukan adalah:


Kotak dingin beku (cold pack) yang berupa wadah plastik
berbentuk segi empatyang diisi dengan air yang dibekukan dalam
freezer dengan suhu -150 s.d. -250C selama minimal 24 jam dan
kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik berbentuk segi
empat yangdiisi dengan air kemudian didinginkan dalam lemari
es dengan suhu +20s/d.+80C selama minimal 24 jam.
Cold pack selain mempertahankan suhu untuk pengiriman vaksin
jugaberfungsi sebagai stabilisator suhu apabila diletakkan dalam
lemari es.
39
40

9. Tempat pelayanan imunisasi


Tempat pelayanan imunisasi wajib dibedakan
menjadi 2 yaitu:
1. Pelayanan imunisasi di dalam gedung
(komponen statis) : puskesmas, puskesmas
pembantu, rumah sakit, bidan praktik, dokter
praktik)
2. Pelayanan imunisasi di luar gedung (komponen
dinamis): posyandu, di sekolah atau melalui
kunjungan ruma
41

10.Pelaksanaan pemberian imunisasi


1. Penyuluhan sebelum dan sesudah imunisasi
2. Melakukan skrining dan pengisian register
3. Konseling
 Manfaat dari vaksin yang diberikan
 Tanggal imunisasi dan pentingnya buku KIA disimpan secara aman
dan dibawa saat kunjungan berikutnya.
 Efek samping ringan yang dapat dialami dan cara mengatasinya
serta tidak perlu khawatir
 Lima imunisasi dasar lengkap untuk melindungi anak sebelum usia
1 tahun
4. Pemberian Imunisasi
42

Pemberian imunisasi
 Letakan vaccin carrier di meja yang tidak terkena sinar matahari secara
langsung
 Sebelum pelaksanaan imunisasi 1) Memeriksa label vaksin dan pelarut; 2)
Memeriksa tanggal kadaluwarsa; 3) Memeriksa VVW; 4) Jangan gunakan
jika vaksin tanpa label, kadaluwarsa dan dengan status VVM telah C atau D
 Penyuntikan yang aman
 Melarutkan vaksin Beberapa hal yang perlu diperhtaikan dalam melarutkan
vaksin adalah: 1) Pelarut tidak boleh saling bertukar 2) Gunakan pelarut
dari pabrik yang sama dengan vaksin 3) Pelarut harus sama suhunya
sebelum dicampur dengan vaksin. 4) Jangan mencampur vaksin dengan
pelarut sebelum sasaran datang 5) Anda harus membuang vaksin yang telah
dicampur dengan pelarut setelah 3 jam untuk vaksin BCG dan setelah 6 jam
untuk vaksin campak 6) Sewaktu pelayanan imunisasi, menyimpan vaksin
yang telah dicampur dengan pelarut ataupun vaksin yang sudah dibuka
diletakkan diatas bantalan busa yang ada di dalam Vaccine Carrier
43

Cara meningkatkan keamanan suntikan


Dalam melarutkan vaksin adalah: 1) Pelarut tidak
boleh saling bertukar 2) Gunakan pelarut dari pabrik
yang sama dengan vaksin 3) Pelarut harus sama
suhunya sebelum dicampur dengan vaksin. 4) Jangan
mencampur vaksin dengan pelarut sebelum sasaran
datang 5) Anda harus membuang vaksin yang telah
dicampur dengan pelarut setelah 3 jam untuk vaksin
BCG dan setelah 6 jam untuk vaksin campak 6)
Sewaktu pelayanan imunisasi, menyimpan vaksin
yang telah dicampur dengan pelarut ataupun vaksin
yang sudah dibuka diletakkan diatas bantalan busa
yang ada di dalam Vaccine Carrier
44

11. Penanganan limbah imunisasi


A. Limbah infeksius: Menggunakan Incinerator, bak beton ,
Pengelolaan jarum, Pengelolaan syringe
B. Limbah infeksius non-tajam: Pemusnahan limbah farmasi (sisa
vaksin) dapat dilakukan dengan cairan vaksintersebut didesinfeksi
terlebih dahulu dalam killing tank (tangki desinfeksi)
untukmembunuh mikroorganisme yang terlibat dalam produksi.
C. Pengelolaan Limbah Non-infeksius Limbah non-infeksius kegiatan
imunisasi seperti limbah kertas pembungkus alatsuntik dan kardus
pembungkus vaksin dimasukkan ke dalam kantong plastikberwarna
hitam. Limbah tersebut dapat disalurkan ke pemanfaat atau
dapatlangsung dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
45

12. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI)


 KIPI adalah kejadian medik yangberhubungan dengan
imunisasi baik berupa reaksi vaksin, reaksi suntikan,
efekfarmakologis, kesalahan prosedur, koinsiden atau
hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan
 Penyebab:

1. Klasifikasi lapangan(untuk petugas di lapangan):


kesalahan prosedur, reaksi, induksi vaksin, reaksi
kebetulan, penyebab tdk diketahui
2. Klasifikasi kausalitas (untuk telaah Komnas KIPI) :
waktu timbulnya gejala (onset time) dan penyebab
lainyang dapat menerangkan terjadinya KIPI
46

 Kelompok Risiko Tinggi KIPI Kelompok risiko adalah anak


yangmendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu dan
bayi berat lahir rendah
 Pemantaun KIPI Pemantauan KIPI merupakan suatu kegiatan
yang terdiri dari penemuan,pelacakan, analisis kejadian, tindak
lanjut, pelaporan dan evaluasi. Tujuan utama pemantauan KIPI
adalah untuk mendeteksi dini,merespons KIPI dengan cepat
dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi terhadap
kesehatan individu dan terhadap imunisasi.
 Penanggulangan KIPI Penanggulangan KIPI dibedakan 2 yaitu:

1. Pencegahan primer : adalah persiapan dan pada saat


melakukan pelaksanaan imunisasi
2. Penanggulangan medis KIPI (Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi) ringan dapat diselesaikan di Puskesmas dan jika
kasus tergolong berat harus segera dirujuk.

Anda mungkin juga menyukai