Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA DAN


ANAK PRA SEKOLAH

DISUSUN OLEH:
MARTATIANI
PO71242230221

DOSEN PEMBIMBING
ATIKA FADHILAH DANAZ NST, M. Keb

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023/2024

i
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Tinjauan Teori Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi.
Imunisasi adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya penyakit
menular dan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian pada
anak. Oleh sebab itu, upaya imunisasi ini terus ditingkatkan kekebalan
masyarakat yang tinggi sehingga penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) dapat dieradikasi, dieliminasi, dan direduksi melalui
pelayanan imunisasi yang semakin efektif, efisien dan berkualitas.
Imunisasi merupakan salah satu kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal (Setiyani dkk, 2016).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Nurhasiyah
Jamil (2017), Budi dan Sajekti (2011).
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan
tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki
kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi, tubuh kita
akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular
dari kita (Marmi, 2012 dalam Setiyani, 2016).

2. Jenis Kekebalan
Menurut Budi dan Sajekti (2011) kekebalan ada dua macam yaitu:
a. Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri
akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan
secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada
kekebalan pasif karena adanya memori imonulogik.

1
b. Kekebalan pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar
tubuh bukan dibuat oleh individu itu sendiri, contoh kekebalan pada
janin yan diperoleh dari ibu/kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak
berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu
paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh immonuglobulin lainnya
lebih pendek.

3. Tujuan Imunisasi.
Tujuan dai pemberian imunisasi adalah menurunkan angka
kesakitan, kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) seperti Tuberkolosis, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Polio, Campak dan Hepatitis (Setiyani, 2016).

4. Sasaran Imunisasi
Sasaran imunisasi rutin pada bayi dan anak Setiyani (2016) adalah
sebagai berikut:
a. Bayi
Jenis Usia Jumlah Interval
imunisasi pemberian pemberian minimal
Hepatitis B 0-7 hari 1 -
BCG 1 bulan 1 -
Polio/IPV 1,2,3,4 bulan 4 -
DPT-Hb-Hib 2,3,4 bulan 3 4 minggu
Campak/MR 9 bulan 1 4 minggu

b. Anak batita (usia bawah 3 tahun)


Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
DPT-Hb-Hib 18 bulan 1
Campak/MR 24 bulan 1

c. Anak sekolah dasar (SD) kelas 1 (sederajat)


Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
Campak Bulan Agustus Bulan imunisasi anak
DT Bulan November sekolah (BIAS)

2
d. Anak sekolah dasar (SD) kelas 2 dan 3 atau (sederajat)
Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
DT Bulan November Bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS)

5. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)


Banyak penyakit menular di Indonesia yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Menurut Setiyani dkk (2016) Penyakit yang dapat
dicegah dengan dicegah dengan imunisasi antara lain:
a. Difteri
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteriae.
2) Penularan: melalui kontak fisik dan pernapasan.
3) Gejala: radang tenggorokan, hilang nafsu makan, demam ringan
dan dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada
tenggorokan dan tonsil
4) Komplikasi: gangguan pernapasan yang berakibat kematian
5) Gambar:

b. Pertusis
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis (batuk rejan).
2) Penularan: melalui percikan ludah (droplet infection) dari batuk
atau bersin
3) Gejala: pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang
lama-kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat
dan keras.
4) Komplikasi: Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan
kematian.

3
5) Gambar:

c. Tetanus
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit Clostridium Tetani yang
menghasilkan neurotoksin.
2) Penularan: melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam.
3) Gejala:
- Gejala awal: kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher,
kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam.
- Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antara 3
sampai 28 hari setelah lahir.
- Gejala berikutnya: kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
4) Komplikasi: patah tulang akibat kejang, pneumonia, infeksi lain
yang dapat menimbulkan kematian.
5) Gambar:

d. Tubercolusis (TBC)
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tubercolosa disebut juga batuk darah.
2) Penularan: melalui pernapasan dan lewat bersin atau batuk.
3) Gejala:
- Gejala awal: lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan
keluar keringat pada malam hari.
- Gejala berikutnya: batuk terus menerus, nyeri dada dan
(mungkin) batuk darah.

4
- Gejala lain tergantung organ yang diserang.
4) Komplikasi: kelemahan dan kematian.
5) Gambar:

e. Campak
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus
myxovirus virida emeasles.
2) Penularan: melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau batuk
penderita.
3) Gejala:
- Gejala awal: demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjuctivitis (mata merah) dan koplik spots.
- Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian
menyebar ketubuh dan tangan.
4) Komplikasi: diare hebat, peradangan pada telinga, infeksi saluran
napas (pneumonia).
5) Gambar:

f. Poliomielitis
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, 3, secara klinis menyerang
anak di bawah umur 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut
(acud flaccid paralysis= AFP.
2) Penularan: melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi.
3) Gejala: demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu
pertama.

5
4) Komplikasi: bisa menyebabkan kematian otot pernapasan terinfeksi
dan tidak segera ditangani.
5) Gambar:

g. Hepatitis B
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B yang merusak hati (penyakit kuning)
2) Penularan:
- Penularan secara horizontal: dari darah dan produknya, suntikan
yang tidak aman, tranfusi darah, melalui hubungan seksual.
- Penularan secara vertical: dari ibu ke bayi selama proses
persalinan.
3) Gejala: merasa lemah, gangguan perut, gejala lain seperti flu, urin
menjadi kuning, kotoran menjadi pucat dan warna kuning bisa
terlihat pada mata ataupun kulit.
4) Komplikasi: penyakit ini bisa menjadi kronis yang menimbulkan
pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular
Carsinoma) dan menimbulkan kematian.
5) Gambar:

h. Hemofilus influenza tipe b (Hib)


1) Definisi & Penyebab yaitu salah satu bakteri yang menyebabkan
infeksi di beberapa organ seperti meningitis, epiglotitis,
pneumonia, artritis, dan selulitis. Banyak menyerang anak di bawah
usia 5 tahun, terutama pada usia 6-10 tahun.

6
2) Penularan: droplet melalui nasofaring
3) Gejala:
- Pada selaput otak akan menimbulkan gejala meningitis (demam,
kaku kuduk, kehilangan kesadaran).
- Pada paru menyebabkan pneumonia (demam, sesak, retraksi otot
pernapasan), terkadang menimbulkan gejala sisa berupa
kerusakan alat pendengaran.

4) Gambar:

i. HPV (Humam popiloma virus)


1) Definisi & Penyebab yaitu virus yang menyerang kulit dan
membran mukosa manusia dan hewan.
2) Penularan: melalui hubungan kulit ke kulit, HPV menular dengan
mudah.
3) Gejala: beberapa menyebabkan kulit, sementara lainnya dapat
menyebabkan infeksi yang menimbulkan munculnya lesi, kanker
servik juga disebabkan karena virus HPV melalui hubungan seks.
4) Gambar:

j. Hepatitis A
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus.
2) Penularan: disebarkan oleh kotoran/tinja penderita, biasanya
melalui makanan (fecalocal).
3) Gejala: kelelahan, mual dan muntah, nyeri perut atau rasa tidak
nyaman, di daerah hati, kehilangan nafsu makan, demam, urin
7
berwarna gelap, nyeri otot, dan menguningnya kulit dan mata
(joundice).
4) Gambar:

B. Tinjauan Teori Imunisasi Campak


1. Pengertian Imunisasi Campak.
Imunisasi campak adalah cara untuk meningkatkan kekebalan
seorang secara aktif terhadap virus campak sehingga bila kelak ia terpajan
pada antigen yang sesuai serupa tidak terjadi penyakit (Hidayat, 2008).
2. Macam-macam Imunisasi Campak
Menurut WHO (2005), ada 2 macam imunisasi atau vaksin campak,
yaitu antara lain:
a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan,
vaksin ini tidak boleh terkena sinar matahari.
b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
yodium).
3. Cara Pemberian dan Dosis.
Cara pemberian dan dosis imunisasi campak yang tepat menurut
Depkes RI (2005), yaitu sebagai berikut:
a. Vaksin Campak dilarutkan dulu sebelum saat proses imunisasi
dilakukan.
b. Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan ujung jarum selalu
berada di dalam cairan vaksin, jauh di bawah permukaan cairan
vaksin, sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit.
c. Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk ke dalam spuit,
sampai torak terkunci secara otomatis, torak tidak dapat ditarik lagi.
d. Cabut jarum dari vial, keluarkan udara tersisa dengan cara mengetuk
alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc.

8
e. Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan vaksin secara
intramuskular (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan
apakah jarum tidak menembus pembuluh darah). Alat suntik yang
telah dipakai langsung dibuang kedalam insinerator tanpa penutup
jarum dan penutup torak. Untuk menghindari tertusuk jarum, petugas
kesehatan tidak boleh memasang kembali penutup jarum.
f. Vaksin campak yang telah dilarutkan hanya bertahan 3 jam, setelah
lewat waktu tersebut tidak boleh dipakai lagi.
g. Lokasi penyuntikan sebaiknya paha anak, teknis penyuntikan sesuai
juknis imunisasi.
4. Pencegahan
Menurut Behkman (2009), pencegahan penyakit campak dapat
dilakukan melalui:
a. Imunisasi aktif (virus hidup yang dilemahkan).
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12 – 15 bulan
tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit
terjadi. Karena angka serokonversi pasta imunisasi tidak 100 % dan
mungkin ada beberapa yang imunisasinya berkurang, imunisasi
kedua campak biasanya diberikan sebagai campak parolitis-
rubella. Dosis ini dapat diberikan ketika anak masuk sekolah
menengah. Remaja yang memasuki perguruan tinggi harus mendapat
imunisasi campak yang kedua.
b. Imunisasi pasif.
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa.
Kumpulan serum konvalesen. Globulin plasenta atau gamma globulin
kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegah dan pelemahan
campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imuno globulin
serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/ kg diberikan secara
IM dalam 5 hari pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.

5. Efek Samping.
Indikasi efek samping imunisasi campak berlaku bagi mereka yang
sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan

9
imunosuprosif, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan
imunoglolin atau bahan-bahan berasal dari darah, leukimia, penyakit
Hodgkin, defisiensi imunologik, alergi protein telur, hipersensitifitas
dengan kanamisin dan eritrimisin, tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2
bulan setelah imunisasi campak, demam ringan, infeksi ringan pada
saluran nafas, dan diare. Seperti pada jenis imunisasi bayi lainnya,
terkadang setelah diimunisasi campak dapat menimbulkan efek samping
bagi bayi. Pada 5-15% bayi akan mengalami demam dan ruam merah
setelah mendapatkan imunisasi, tapi akan segera pulih dengan sendirinya
(Hidayat, 2008).
6. Penanganan Efek Samping Campak.
Menurut Nakita (2011), penanganan efek samping dari campak
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan
tubuhnya tetap terjaga.
b. Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk,
pilek dan demam mulai muncul.
c. Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter.
d. Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil
menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang
teratur.
e. Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri, tetapi
harus berdasarkan petunjuk dokter.
f. Jagalah tubuh anak agar tetap bersih, sehingga dia tetap merasa
nyaman.
g. Selama anak sakit dan dalam proses pemulihan, sebaiknya kita
memisahkan peralatan makan dan mandinya, seperti piring,
gelas, sendok, handuk, sprei dan pakaiannya.

7. Diagnosa Campak.
Diagnosa kasus campak dibuat atas dasar kelompok gejala klinik
yang sering berkaitan, diagnosa potensial dengan imunisasi campak
adalah demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas dan diare

10
(Hidayat, 2008). Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat
penyuntikan (maryunani. 2010).
8. Antisipasi.
Antisipasi perlu dilakukan supaya penyakit campak tidak
memperparah keadaan, diantaranya bila terjadi demam, maka antisipasi
dan tindakan segera pada bayi dengan imunisasi campak yang perlu
disiapkan adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk
mengantisipasi demam (Achmadi, 2006).
9. Perencanaan.
Menurut Depkes (2005), perencanaan asuhan dengan imunisasi
campak adalah menyiapkan alat vaksin campak, berita tahu ibu tentang
keadaan anaknya, jelaskan pada ibu pentingnya imunisasi campak, siapkan
alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada
lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, Parasetamol
syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap
memberikan makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk tetap menjaga
kesehatan dan gizi anak serta anjurkan ibu untuk datang ke tenaga
kesehatan apabila ada keluhan (Depkes, 2005).

11
10. Pathway

C. Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 2007).

2. Tahap-tahap dalam manajemen kebidanan


Beberapa tahap manajemen kebidanan menurut Varney (2007) yaitu:

12
a. Langkah I. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Anamnesa yaitu akan mendapatkan data subjektif dari pasien seperti
ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya, riwayat penyakit
lalu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, data
imunisasi, data kebutuhan dasar.
2) Pemeriksaan fisik yaitu akan mendapatkan data objektif sesuai dengan
dengan kebutuhan, pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan inspeksi
dan palpasi pada tubuh bayi.
3) Pemeriksaan tanda-tanda vital bayi dalam batas normal, nadi 120
x/menit, pernapasan 44x/menit, 36,60C.
b. Langkah II. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi dengan benar terhadap
diagnosa atau masalah kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah diperoleh. Data dasar yang sudah
terkumpul kemudian diinterpretasikan selanjutnya dapat dirumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik.
1) Diagnosa Kebidanan.
Pada kasus ini didapatkan diagnosa By. A umur 10 bulan
dengan imunisasi campak.

Data Dasar:
a) Data subjektif: ibu mengatakan ingin mendapatkan imunisasi
campak untuk bayinya dan ibu mengatakan anaknya tidak sedang
sakit.
b) Data objektif: bayi terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-
tanda vital normal.
2) Masalah : Masalah yang umum muncul pada balita dengan imunisasi
campak adalah timbulnya bekas suntikan.

13
3) Kebutuhan : menganjurkan kepada ibu untuk tidak memegang pada
bekas suntikan supaya tidak terjadi infeksi karena hal tersebut
normal.
c. Langkah III. Identifikasi diagnosa/masalah potensial
Pada langkah ini melakukan identifikasi diagnosa atau masalah
potensial dan mengantisipasi penanganannya. Masalah potensial atau
diagnosa potensial yang berdasarkan serangkaian masalah atau diagnosa
yang sudah diidentifikasikan. Pada langkah ini dibutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan
diharapkan bisa bersiap-siap jika diagnosa/masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Pada langkah ini sangat penting dilakukan asuhan yang
aman. Diagnosa potensial pada balita dengan imunisasi campak adalah
demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas, dan diare (Hidayat,
2008).
d. Langkah IV. Tindakan segera/kolaborasi
Pada langkah ini menggambarkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera atau melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini bidan
juga harus merumuskan tindakan kegawatdaruratan untuk
menyelamatkan klien, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat
rujukan.
Tindakan segera pada balita dengan imunisasi campak yang perlu
disiapkan adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk
mengantisipasi demam (Achmadi, 2006).
e. Langkah V. Rencana asuhan kebidanan
Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya maka dapat dibuat
rencana asuhan yang menyeluruh. Rencana asuhan merupakan lanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi.
Rencana asuhan yang dibuat harus melibatkan klien dan bidan agar dapat
melaksanakan dengan efektif (Jannah: 2012).
Rencana asuhan yang akan dilakukan yaitu beritahu hasil
pemeriksaan, jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak,

14
beri suntikan campak secara SC di lengan atas kiri bayi, berikan
Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam, anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya sesering mungkin dan makanan pemdamping ASI
yang bergizi seimbang, beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya
sudah selesai, anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada
keluhan (Depkes, 2005).
f. Langkah VI. Implementasi/pelaksanaan asuhan kebidanan
Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan
memperhatikan rasa aman klien. Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya
oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim kesehatan lainnya (Depkes,
2005).
g. Langkah V. Evaluasi kebidanan
Menilai pelaksanaan asuhan yang telah diberikan kepada klien.
Bidan harus dapat mengamati dan mengobservasi terhadap masalah yang
dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah
dipecahkan atau mungkin muncul masalah baru. Pada prinsipnya langkah
ini ini adalah mengkaji kembali terhadap klien untuk menjawab
pertanyaan sejauh mana tercapainya rencana yang dilakukan.
Evaluasi asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi
campak menurut Depkes (2005) adalah:
1. Keadaan umum anak baik
2. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi campak
3. Suntikkan vaksin campak sudah diberikan pada pasien
4. Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam
pada pasien
5. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
6. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak
7. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan
Pendokumentasian yaitu catatan tentang interaksi antara tenaga
kesehatan, klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan lain yang mencatat
tentang hasil pemeriksaan, prosedur, pengobatan pada klien dan pendidikan
kepada klien, serta respon klien terhadap semua kegiatan yang dilakukan.

15
Alur pikir bidan dalam menghadapi klien meliputi 7 langkah kemudian
didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu:
a. S: Subjektif
Menggambarkan hasil pengumpulan data dasar klien yang diperoleh dari
anamnesis sebagai langkah I Varney.
b. O: Objektif
Menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan
uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
asuhan sebagai langkah I Varney.
c. A: Assesment
Menggambarkan hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi masalah, terdiri dari:
1) Diagnosis/masalah
2) Antisipasi diagnosis/masalah potensial
3) Tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi kolaborasi dan
merujuk, sebagai langkah 2,3, dan 4 Varney.
d. P: Planning
Menggambarkan dokumentasi rencana, pelaksanaan dan evaluasi
berdasarkan pengkajian langkah 5,6, dan 7 Varney.
Pendokumentasian SOAP dilakukan pada asuhan tahap berikutnya dan
evaluasi hari berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Farmi. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: Penerbit


Buku Kompas.

Budi S, Endang dan Sajekti, Sih. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi dan Balita. Surabaya: Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya.

El Sinta B, Lusiana. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan
Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

IDAI. ( 2011) Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi ke 4. Jakarta : Badan Penerbit


Ikatan Dokter Anak Indonesia

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta:


Kemenkes RI.

Nurhasiyah Jamil, Siti dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita
dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Setiyani, Astuti. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Asuhan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Kemenkes RI.

Sinaga, Plora N.F. 2016. Modul Praktek Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita &
Anak Prasekolah. Medan: Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan.

Suparwati dkk, 2018. Perbedaan KIPI pada Pemberian Parasetamol Sebelum dan
Sesudah Imunisasi Pentabio di Wilayah Puskesmas Wonosari.

Wahyuni, F., & Suryani, U. 2020. Efektifitas Terapi Mendekap Dan Terapi Musik
Dalam Menurunkan Skala Nyeri Pada Bayi Saat Dilakukan Imunisasi
Campak. Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 2(2),
103-118.

Wijayanti dan Oktarina, 2021. Efektifitas Terapi Dekapan Ibu Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Bayi Yang Menjalani Imunisasi.

17

Anda mungkin juga menyukai