Anda di halaman 1dari 107

IMUNISASI

Oleh
PUTU DIAN PRIMA KUSUMA DEWI
Tahukah anda….
apa yg terjadi pada si kecil ini????
Si kecil sehat karena
imunisasi……
IMUNISASI
Sejarah :

1. Tahun 1956 – Vaksin cacar di Pulau Jawa


2. Th. 1972 basmi peny. Cacar, Studi pencegahan tetanus
neonatorum dan inj. TT pada wanita dewasa di jateng & jatim
3. Th.1973 di tetapkan sec. nasional
4. Bl. April 1974 bebas cacar oleh WHO
5. Th. 1976 kembangkan imunisasi . DPT dimulai dari P.Bangka
( Sumsel )
6. Th.1977 Persiapan PPI (Pengembangan Program Imunisasi)
7. Th.1980 Imunisasi rutin dengan 7 jenis antigen yaitu BCG, DPT,
Polio, Campak, Hepatitis B, TT, dan DT
8. Th.1990 Indonesia berhasil mencapai UCI (Universal Child
Immunization)
SASARAN

Bayi 0-11 Bulan


Anak 1 th – kelas 6 SD
Remaja Putri / WUS
Ibu hamil
PENYAKIT YANG BISA DICEGAH DENGAN
IMUNISASI :
1. Difteri
 penyebab : Bakteri Corynebacterium
diphtheriae exotoxin (mengeluarkan
racun)merusak mukosa lapisan atas saluran
napas bagian atas komplikasi ke
jantung,ginjal, & sistem saraf
 Penyebaran via kontak fisik dan pernapasan,
droplet (percikan ludah/cairan dari wil.mulut
& hidung)
 Komplikasi : gangguan pernafasan yang
mengakibatkan kematian
Gejala :
 radang tenggorokan,
 nafsu makan,
 demam ringan,
 ditandai dgn adanya pertumbuhan membran
(pseudomembran) selaput putih kebiru-biruan
pada tenggorokan dan tonsil setelah 2-3hari
timbul, pseudomembran ini yg akan menutup
saluran nafas.
 Gejala khas pilek,nafas yg sesak dan berbunyi
(stridor)
Pencegahan…
 diberikan bersama vaksin pertusis dan
tetanus toxoid vaksin TRIVALEN
(DPT)
 Sebenarnya difteri ini bukan sebuah
vaksin tetapi toxoid. Toxoid ini
merangsang timbulnya kekebalan oleh
sebab itu dapat dianggap sebagai
vaksin.
2. Pertusis / batuk 100 hari / batuk rejan
Penyakit batuk rejan,menyerang bronkus
yakni saluran pernafasan atas.
Penyebab : bakteri Bordetella Pertusis
Penyebaran : tetesan yang keluar dari batuk /
bersin
Menyerang semua umur tapi terbanyak umur
1-5 tahun.
Komplikasi : pneumonia bakterialis bisa
meninggal
Gejala :
 pilek,
 mata merah,
 bersin,
 demam & batuk ringan,
 Anoreksia(tidak mau makan)
 lama-kelamaan batuk menjadi parah dan
menggigil yang cepat dan keras, diakhiri
dgn tarikan nafas panjang berbunyi suara
melengking khas (whooping cough)
3. Tetanus

Penyebab : Clostridium tetani


Penyebaran : melalui yang masuk ke dalam luka
Gejala awal : kaku otot rahang, leher, kaku otot
perut, kesulitan menelan, berkeringat & demam, pd
bayi berhenti menetek (Sucking) antara 3-28 hari
setelah lahir
Gejala lanjut : kejang yang hebat dan tubuh menjadi
kaku
Komplikasi : patah tulang akibat kejang, pneumonia,
infeksi yang menyertai yang bisa mengakibatkan
kematian
4. Tuberkolis/ TBC/ Batuk Darah
 Penyebab : Mycobacterium tuberculosa,
Mycobacterium. BOVIS
 Mycobacterium termasuk BTA (bakteri tahan
asam),BTA positif perwarnaan dlm bahan
pewarna yg bersifat sangat asam,kuman ini tetap
hidup.
 JARINGAN YG DISERANG :
1. PARU-PARU
2. SELAPUT OTAK
3. TULANG
4. KELENJAR SUPERFISIAL
 Anak yg terpapar kuman TBC petama
kalinya  komplek primer
 Kuman TBC ditangkap di saluran
nafas/bronkuskel.limfe(menginfeksi),
tapi saat pertahanan tubuh baik (status
gizi cukup) maka tubuh mampu
menahan serangan infeksi TBC dan
penyakit tidak berkembang….dan
kuman TBC dlm keadaan Dormant /tidur
Tetapi….
 Saat pertahan tubuh menurun
kumn TBC berkembang pada
anak dpt menimbulkan komplikasi
Meningitis (meningitis
tubercolosa)  kematian,
kelaianan saraf, dan kecacatan
permanen.
Penyebaran : Melalui bersin atau
batuk
Gejala awal : lemah, BB ,
berkeringat malam hari
Gejala lanjut : batuk terus menerus,
nyeri dada, mungkin batuk berdarah
Kuman TBC….
 Ditemukan oleh Robert Koch th 1882,
ditetapkan hari TBC dunia (21 Maret)
 Berbagai studi, seseorang yg tinggal
bersama penderita TBC paru aktif dlm
waktu lama akan tertular 25-50 %.
Lanjutan . . ..
5. Campak / morbili /serampa
 Penyebab : Virus measles
 Penyebaran : droplet bersin atau batuk si
penderita
 Gejala awal : demam, bercak kemerahan,
batuk pilek, mata merah (conjunctivtis)
 Gejala lanjut : Timbul ruam pada muka &
leher dan menyebar ke seluruh tubuh & kaki
 Komplikasi : diare hebat, peradangan pada
telinga dan infeksi saluran nafas
(pneumonia)
Lanjutan . . .. .

6. Poliomielitis, Penyakit pada susunan saraf pusat


Penyebab : Virus polio type 1, 2, atau 3
Secara klinis menyerang anak dibawah umur 15
tahun yang menderita lumpuh layu akut (Acute Flaccid
Paralysis = AFP )
Penyebaran via kotoran manusia trekontaminasi
Gejala : Demam, Nyeri otot disertai kelumpuhan yang
terjadi minggu-minggu pertama sakit
Jika otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera
ditangani dapat mengakibatkan kematian
Lanjutan . . . . .
7. Hepatitis B ( penyakit kuning / ikterus )
Penyebab Virus hepatitis B yang menyerang hati
Penyebaran bisa melalui :
Suntikan yang tidak aman
Dari ibu ke bayi selama proses persalinan
Hubungan seksual
Tranfusi darah
Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan
gejala
Gejala yang ada :
Lemah, gangguan perut, lainnya seperti flu
Urine menjadi kuning & feses menjadi
pucat
Warna kuning terlihat pada mata kulit
Bila kronis dan cirrhosis hepatis, kanker
hati bisa menimbulkan kematian
Pengertian IMUNISASI
 Usaha memberikan kekebalan pada bayi &
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam
tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu.
 suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Konsep Imunologi

 Imonologi : suatu ilmu yang mempelajari


tentang fungsi dasar dari sistem
kekebalan yang berguna untuk mengerti
bagaimana vaksin bekerja dan dasar
rekomendasi penggunaannya.
2 mekanisme dasar untuk kekebalan:
 Aktif : perlindungan yang dihasilkan oleh
system kekebalan tubuh seseorang yang
bersifat menetap selama hidup
 Contoh: - Bila seseorang menderita suatu
penyakit
 Pasif : Perlindungan yang diberikan oleh zat-
zat yang dihasilkan hewan/manusia yang
diberikan melalui suntikan, sifatnya menurun
setelah beberapa minggu/ bulan
 Contohnya : bayi yang menerima kekebalan
dari ibunya melalui plasenta
Vaksin
adalah produk biologis yang terbuat dari kuman,
komponen kuman (bakteri/virus) atau racun
kuman (toxoid) yang telah dilemahkan atau
dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu yg
dimskkan ke dlm tubuh melalui suntikan maupun
oral.
Tujuan IMUNISASI
Diharapkan bayi, anak, balita kebal terhdp
penyakit shg dpt menurunkan angka
Morbiditas dan mortalitas, mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu
Tujuan Imunisasi
 Menurunkan angka kesakitan, kematian
dan kecacatan akibat Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I).
IMUNISASI DASAR
Di Indonesia terdapt jenis imunisasi yg
diwajibkan oleh pemerintah ( Imunisasi
Dasar ) dan ada juga imunisasi yg
hanya dianjurkan.
Jenis IMUNISASI DASAR

1. BCG (Bacillus Calmette Guerine)


2. Polio (Oral Polio Vaccine = OPV)
3. DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
4. Hepatitis B
5. Campak
 Usia anak di bawah 24 jam: Harus
diberikan imunisasi Hepatitis (HB-O)
 Usia 1 bulan: Imunisasi BCG, OPV1.
 Usia 2 bulan: Imunisasi DPT-HB-Hib 1, OPV2.
 Usia 3 bulan: Imunisasi DPT-HB-Hib 2, OPV3.
 Usia 4 bulan: Imunisasi DPT-HB-Hib 3, OPV4
dan IPV.
 Usia 9 bulan: Imunisasi MR.
Sasaran Imunisasi Pada Bayi
Sasaran Imunisasi Pada Balita dan
Apras
Tahukah anda…………
 Tahun 1990-an, ketika WHO menambah lagi rekomendasinya, yaitu

pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit hepatitis B.

Dampaknya, jumlah suntikan yang harus diterima para bayi

meningkat. Bahkan, kadang kala, demi mengejar cakupan imunisasi,

tak jarang bayi harus menerima tiga jenis vaksinasi sekaligus,

yaitu DPT, hepatitis B, dan polio.

 Hal ini mendorong PT Bio Farma (Persero) untuk memproduksi

vaksin kombinasi yang terdiri dari beberapa antigen.

 Melalui vaksin Combo yang terdiri atas kombinasi vaksin difteri,

pertusis, tetanus, dan hepatitis B.

  
 Kelebihan vaksin kombinasi dibandingkan vaksin
tunggal yang praktis, ekonomis, dan aman.
 Praktis, karena cakupan imunisasi akan lebih
mudah dan cepat tercapai.
 Ekonomis, karena jumlah kunjungan ke fasilitas
kesehatan berkurang, jumlah pemakaian jarum
suntik berkurang,
 Aman, karena berkurangnya jumlah suntikan dari
enam menjadi tiga sehingga kemungkinan
timbulnya kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI)
akibat suntikan juga bias dikurangi. 
VAKSIN KOMBINASI INI
DIKENAL dengan nama
vaksin
DPT-Hb
SIFAT VAKSIN
Sifat vaksin digolongkan berdasarkan kepekaan atau
sensitifnya terhadap suhu yaitu
1. Vaksin yg sensitiif terhadap beku
( Freeze Sensitive = FS)
 Golongan vaksin yg akan rusak bila terpapar suhu
dingin
 Yaitu Hepatitis-B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT
2. Vaksin yg sensitif terhadap panas
(Heat Sensitive = HS)
 Golongan vaksin yg akan rusak bila terpapar suhu
panas yg berlebihan
 Yaitu Polio, BCG, dan Campak
Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada
Kedua golongan vaksin menyebabkan umur
Vaksin menjadi berkurang.
Seperti tabel dibawah ini :
No Vaksin Pd suhu Dpt tahan
Selama
Sensitif beku
HB,DPT-HB
1 Hep-B, DPT-HB 0,5 °C Max ½ jam
DPT,DT,TT
-5 °C—10 °C Max 1,5-2jam
2 DPT,DPT- Beberapa °C diatas suhu 14 hari
HB,DT udara luar (<34°C)
3 HB & TT Beberapa °C di atas suhu 30 hari
udara luar (<34 °C )
Lanjutan . . . ..

Vaksin Pada suhu Dpt Tahan selama


Sensitif panas
Polio Beberapa °C diatas suhu udara luar 2 hari
(< 34 °C atau > 34 °C )
Campak & Beberapa °C diatas suhu udara luar 7 hari
BCG (< 34 °C atau > 34 °C )

Suhu yg tepat untuk penyimpanan vaksin


adalah 2°C -8°C
Alat pemantau suhu vaksin
Pada tingkat Puskesmas ada beberapa alat pemantau suhu
vaksin yaitu
1. VVM (vaccine vial monitor)
 Ditempel pada tiap vial vaksin
 diameter sekitar ( 0,7 cm/ 7mm )
Cara membaca VVM
a. Kondisi A ( warna LEBIH TERANG dari warna gelap di sekelilingnya)
b. Kondisi B ( warna sdh mulai BERWARNA GELAP namun masih
lebih terang dari warna gelap di sekelilingnya)
VAKSIN SEGERA DIGUNAKAN !
a. Kondisi C ( warna SAMA DENGAN warna gelap di sekelilingnya) VAKSIN
JGN DIGUNAKAN LAGI !
b. Kondisi D ( warna LEBIH GELAP dari warna gelap di sekelilingnya)
VAKSIN JGN DIGUNAKAN LAGI !
2. Termometer Muller
Suatu alat pengukur suhu tanpa
menggunakan sensor pengukur.
Contoh termometer yg sering digunkan :
Jenis Peralatan Rantai Vaksin
1. Lemari es : Sistem pendingin ada 2yaitu
Sistem kompresor, lemari es menggunakan kompresor
sebagai jantung utama untuk mengalirkan zat pendingin
(refrigerant) ke ruang pendingin melalui evaporator
Sistem Absorpsi, menggunakan pemanas listrik/nyala api
minyak tanah /gas elpiji, panas ini diperlukan untuk
menguapkan bahan pendingin di evaporator.
2. Kotak dingin (cold Box), wadah untuk
membawa vaksin ada dari plastik dan
dari kardus
3. Thermos / Vaccine Carriee, tempat untuk
membawa vaksin ke tempat pelayanan dan
suhu dapat di pertahankan (+2°C - +8 °C )
Lanjutan…….
4. Kotak dingin cair, wadah plastik bentuk segi
empat, besar / kecil yg di isi air kemudian
didinginkan dalam lemari es selama 24 jam,
bila tidak ada kotak dapat diganti dgn
kantong plastik bening
5. Kotak dingin beku, sama seperti kkotak
dingin cair hanya kemudian didinginkan
pada suhu -5-15 °C dlm freezer slm 24 jam
Kegiatan Operasional Rutin
Imunisasi dasar pada bayi :
Vaksin Pemberian Imun Interval Umur Ket
BCG 1x 0-11
bulan
DPT 3x 4 minggu 2-11
( DPT1, 2,3 ) Bulan

Polio 4x 4 minggu 0-11


( Polio 1,2,3) Bulan

Campak 1x - 9-11
Bulan
Hep. B 3x 4 minggu 0-11 u/ bayi yg lahir di
( Hep-B 1, 2,3) Bulan RS/Pusk/RB oleh nakes
HB Segera diberikan
dalam 24 jam pertama
kelahiran

BCG & Polio sebelum bayi


Jadwal Pemberian Imunisai pada WUS

Pemberian Selang waktu Masa Dosis


Imunisasi pemberian minimal perlindungan
TT 1 - - 0,5 cc
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 0,5 cc
TT3 6 Bulan setelah TT2 5 tahun 0,5 cc
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 0,5 cc
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun 0,5 cc
Anak sekolah ( DT,TT & Campak)

Vaksinasi Pemberian Imunisasi Dosis


Kls 1 -Campak 1 x 0,5 cc
-DT 1x

Kls 2 TT 1x 0,5 cc

Kls 3 TT 1x 0,5 cc
1. Vaksin BCG

Sebelum Disuntikan dilarutkan terlebih


dahulu dgn pelarut yg telah tersedia
sebanyak 4 ml
Melarutkan dengan menggunakan alat
suntik steril ( spuit 5 ml )
Test mantoux…..
 Test mantoux adalah  suatu cara yang
digunakan untuk mendiagnosis TBC.
 Tes mantoux itu dilakukan dengan
menyuntikan suatu protein yang berasal
dari kuman TBC sebanyak 0,1ml
dengan jarum kecil di bawah lapisan
atas kulit lengan bawah kiri.
 Tujuan dari tes mantoux ini adalah
sebagai salah satu cara untuk
mendiagnosis infeksi TBC. Kenapa salah
satu? Karena ternyata tidak mudah untuk
mendiagnosis TBC sehingga perlu banyak
faktor untuk mengetahui pasti bahwa
seseorang memang terinfeksi TBC dan
harus menjalani pengobatan.
 Hasil tes Mantoux saja tidak bisa
digunakan untuk menegakkan diagnosis
karena kadang hasil tes ini memberikan
hasil negatif palsu atau positif palsu.
 Hasil pemeriksaan tes mantoux ini harus
didukung dengan keluhan, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan laboratorium
yang ada (pemeriksaan
sputum/dahak),BTA positif.
 Agar hasilnya akurat, penyuntikannya
harus benar-benar teliti.
 Bahan yang dimasukkan harus dengan
dosis tepat dan masuk sepenuhnya ke
dalam kulit, bukan di bawah kulit.
Kemudian, reaksi yang dihasilkan harus
dibaca tepat waktu.
 Untuk memastikan anak terinfeksi
kuman TBC atau tidak, akan dilihat
indurasinya setelah 48-72 jam.
 Indurasi ini ditandai dengan bentuk
kemerahan dan benjolan yang muncul di
area sekitar suntikan.
 Bila nilai indurasinya 0-4 mm, maka
dinyatakan negatif. Bila 5-9 mm dinilai
meragukan, sedangkan di atas 10 mm
dinyatakan positif.
 Setelah hasil Mantoux dinyatakan
positif, anak sebaiknya diikutkan pada
serangkaian pemeriksaan lainnya. Salah
satunya adalah rontgen yang bertujuan
mendeteksi TBC lebih detail lewat
kondisi paru yang tergambar dalam foto
rontgen dan dan tes darah.
 Tes mantoux dilakukan lebih dulu
karena hasil rontgen tidak dapat
diandalkan untuk menentukan adanya
infeksi kuman TB.
 Bercak putih yang mungkin terlihat pada
hasil foto bisa memiliki banyak
penyebab.
 Anak yang sedang menderita batuk
pilek pun kemungkinan memiliki bercak
putih di paru. Jadi, tes Mantoux sangat
perlu, tak cukup hanya rontgen paru.
 Vaksin BCG merupakan vaksin yang
terbuat dari bahan kuman TBC yang
hidup , namun telah dilemahkan
(attenuated)
BCG……
Vaksin BCG ini vaksin tertua
dikembangkan sejak 1921
Dosis 0,05 ml
Secara intrakutan ( IC) di lengan kanan
atas (m. Deltoideus) tanpa aspirasi
Vaksin yang sudah dilarutkan harus
digunakan sebelum lewat 3 jam
Efek samping 1 – 2 mg timbul indurasi,
kemerahan pustubel luka tanda parut
( hal ini tidak memerlukan pengobatan khusus)

Kalausuntiknya terlalu dalam menyebabkan


bengkak pada ketiak & tidak ada bekas luka
Akibat penyuntikan BCG yg
terlalu dalam….
BCG…………
Test tuberkulin bila bayi belum mendapat
BCG sampai lebih dari umur 2 bulan….
Limfadenitis akibat BCG yg tidak
tepat….

 Ada dua jenis limfadenitis BCG yaitu simple (non-supuratif)
dan bentuk supuratif 
 Bentuk yang non-supuratif biasanya muncul pada beberapa
minggu setelah penyuntikan, dan menghilang dalam beberapa
minggu tanpa ada pengobatan khusus = pustul/scar
 Sedangkan pada jenis supuratif timbul dalam beberapa bulan
kemudian
 Pada limfadenitis BCG tipe supuratif pembesaran kelenjar
dapat bersifat progresif, terdapat fluktuasi, kemerahan,
edema.
 Kadang memerlukan perawatan intensif terhadap luka yang
timbul
 Perlu beberapa bulan untuk dapat hilang secara spontan
 Jenis supuratif ini terjadi pada 30-80% kasus BCG
2. Vaksin DPT
 Terdiri dari toxoid difteri & tetanus yang di murnikan serta bakteri
pertusis yang diinaktivasi
 1 vial berisi 10 dosis
 Sebelum digunakan dikocok terlebih dahulu
 Pemberian secara IM ( ingat aspirasi) dg dosis 0,5 ml
 Dosis I mulai pada umur 2 bulan, 3x pemberian selanjutnya
dengan interval 4mg/1 bulan
 Pada unit pelayanan statis vaksin yang telah di buka boleh
digunakan selama 4 minggu dg ketentuan : belum
kadaluarsa,disimpan dalam suhu 2°C - 8°C, tidak terendam air ,
stenlitas terjaga, vaccine vial monitor (VVM) masih dalam kondisi A
&B
 Di Posyandu tidak boleh digunakan esok harinya (dibuang)
 Efek samping
lemas, demam, kemerahan pada tempat suntik, kadang-kadang
terjadi demam tinggi setelah 24 jam imunisasi
5. Vaksin Polio (OPV)

 Vaksin polio trivalent yg terdiri


dari suspensi virus
poliomyelitis type 1,2 & 3 yang
sudah di lemahkan
 1 vial berisi 10 dosis yg
disertai 1 buah penetes
(dropper)
 Di beri secara oral, dosis 2 tetes sebanyak 4
x pemberian dg interval 4 minggu
 Efek samping tidak ada
6. Vaksin Campak
 Virus yang dilemahkan
 1 vial berisi 10 dosis yg disertai 1 amp. Pelarut
@ 5 ml, berbentuk kering
 Sebelum disuntik vaksin di larutkan terlebih
dahulu
 Dosis 0,5 ml diberikan secara SC pada
lengan kiri atas, usia 9 – 11 bulan.
Booster pada usia 6 – 7 tahun
 Efek samping demam ringan &
kemerahan selama 3 hari yang timbul
setelah 8 – 12 hari imunisasi
7. Vaksin Hepatitis B
☼ terdiri dari 2 kemasan , vial & prefill auto disable ( AD )

☼ Pemberian secara IM pada antero lateral paha dengan


dosis 0,5 ml ( 1 bh PID ) sebanyak 3 dosis
☼ Dosis pertama pada usia 0 – 7 hari, dosis
berikutnya dengan interval 4 mgg/1 bulan
☼ Di simpan dalam suhu 2 °C – 8 °C, yg sudah
dibuka dapat digunakan selama 4 minggu
☼ Efek samping :
nyeri, kemerahan bersifat ringan & akan
hilang setelah 2 hari
Contoh Vaksin Hep-B uniject
8. Vaksin DPT-HB
 Mengandung toxoid difteri, tetanus
dimurnikan & pertusis yang inaktif serta
hep.B merupakan sub vaksin virus yang
mengandung HbsAg murni
 1 vial berisi 5 dosis
 pemberian secara IM dosis 0,5 ml sebanyak
3 dosis
 Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis
selanjutnya dengan interval 4 mg/1 bulan
Umur Jenis Interval Minimal untuk
Jenis Imunisasi yang sama
0-24 jam Hepatitis B0

1 bulan BCG, Polio 1

DPT-HB-Hib 1, Polio 2
2 bulan

3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3


1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4,
IPV
9 bulan Campak
JENIS VAKSIN…
 LIVE ATTENUATED
 DILEMAHKAN
 INACTIVATED

 BAGIAN2 TERTENTU
JENIS VAKSIN

1. Vaksin Hidup Attenuated


bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
dengan cara pembiakan berulang-ulang
harus dpt berkembang biak  respon imun
respon imun = infeksi alamiah
bersifat labil, rusak oleh panas & cahaya
contoh: campak, mumps, rubela, polio (virus)
BCG, demam tifoid oral (bakteri)
2. Vaksin Inactivated
bakteri, virus/ komponennya yg dibuat tidak
aktif dgn pemanasan atau bahan kimia
tidak dapat replikasi seluruh dosis yg
tidak dapat menyebabkan penyakit
tidak dipengaruhi oleh ab yg beredar
selalu membutuhkan dosis ganda
sedikit atau tidak menimbulkan respon seluler
contoh: difteri, tetanus (toksoid)
haemophilus
influenza(polisakarida)
TATA CARA PEMBERIAN
IMUNISASI
1. Sebelum melakukan imunisasi
• memberitahu risiko vaksinasi dan tdk
imunisasi
• persiapan bila terjadi reaksi ikutan
• baca dgn teliti informasi produk
• tinjau apakah ada kontraindikasi
• periksa pasien dan beri antipiretik bila perlu
• periksa kondisi vaksin (warna, kadaluarsa)
• pemberian sesuai jadwal
• berikan vaksin dengan tehnik yang benar
2. Setelah pemberian imunisasi
 berilah petunjuk kpd pengasuh/ortu apa yg
harus dikerjakan dalam kejadian reaksi biasa
atau reaksi ikutan yang lebih berat
 catat imunisasi dalam rekam medis
 laporkan hasil imunisasi ke Dinkes
 periksa status imunisasi keluarga yg lain
Penyimpanan Vaksin
 Aturan umum: sebagian besar
harus didinginkan pada suhu 2-8o C
DPT, Hib, hepatitis B, hepatitis A (tdk beku)
OPV, Yellow fever (dapat dalam kead. beku)

Pengenceran
 Vaksin kering yang beku harus diencerkan
Dengan pelarut khusus
Digunakan dalam periode waktu tertentu, mis
vaksin campak yg telah diencerkan cepat
berubah warna pada suhu kamar.
Tempat suntikan harus dibersiihkan (antiseptik)
Pembersihan kulit
Pemberian suntikan

Sebagian besar secara IM atau SC dalam kecuali


OPV per oral dan BCG scr intradermal / IC
Petugas harus menguasai teknik dasar
Perlu diperhatikan pada anak sebelum imunisasi

1. Pernah mengalami kejadian ikutan yg berat


2. Alergi terhadap bahan dalam vaksin
3. Sedang terapi steroid, radioterapi/kemotx
4. Menderita sakit yg menurunkan imunitas
5. Tinggal serumah dg org lain yg imunitasnya
turun atau dalm terapi yg menurunkan imun
6. Bulan lalu mendapat vaksin virus hidup
(campak, poliomielitis, rubela)
7. Pada 3 bln lalu mendpt imunoglobulin/
transfusi darah
Pemberian Paracetamol sesudah imunisasi
 Mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi
 Dosis 15 mg/kg BB kepada bayi/anak, 3-4 X/hr

Reaksi KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi )


 Reaksi lokal di tempat suntikan atau reaksi umum
 Derajat ringan selama 1-2 hari
 Lokal: kemerahan, gatal, nyeri kompres hangat
teraba benjolan kecil agak keras beberapa minggu
atau lebih tidak perlu tindakan
KIPI………………
 BCG
• 2-6 mgg dapat timbul papulasemakin besar
 ulserasi selama 2-4 bln sembuh perlahan
dgn menimbulkan jaringan parut.
• Bila ulkus keluar cairan kompres antiseptik
• Bila cairan tambah banyak, koreng semakin
besar ditambah pembesaran kelenjar regional
(aksila) dibawa ke dokter
 Hepatitis B
jarang terjadi, demam yg agak tinggi
lokal seperti pada umumnya (sementara)

 DPT
demam tinggi, rewel
lokal seperti pada umumnya
 Polio oral
sangat jarang terjadi reaksi KIPI

 Campak dan MMR


 lokal: rasa tidak nyaman
 5-12 hr setelah imunisasi dapat timbul :
demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus yg
berlangsung kurang dari 48 jam
 3 mgg pasca imunisasi dapat timbul:
pembengkakan kelenjar getah bening ( limfe )
di belakang telinga
Vaksinasi BCG

 BCG adlh vaksin hidup dari M. bovis yang


dibiakkan berulang selama 1-3 tahun basil yg
tidak virulen tapi masih punya imunogenitas
 Menimbulkan sensitivitas terhdp tuberkulin
 Vaksin BCG Biofarma Bandung
 Tidak mencegah infeksi TB tapi mengurangi risiko
TB berat seperti meningitis TB, TB milier
 Efek proteksi 8-12 mgg pasca imunisasi,
bervariasi antara 0-80% tergantung vaksin,
lingkungan dengan M.atipik dan faktor penjamu
(umur, gizi dll)
 Diberikan scr intradermal 0,10 ml (anak)
0,05 ml (bayi baru lahir)
 Sebaiknya pada deltoid kanan (bila ada
limfadenitis (aksila) lebih mudah terdeteksi.
 Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari,
harus disimpan pada 2-8o C, tidak boleh beku,
yang telah diencerkan hrs dibuang dlm 8 jam.
 Diberikan pada umur kurang atau tepat 2 bulan.
 Sebaiknya diberikan pada anak dengan uji
Mantoux (tuberkulin) negatif.
KIPP
 Penyuntikan BCG yang benar menimbulkan
ulkus lokal yg superfisial. Ulkus yg biasanya
tertutup krusta  sembuh dlm 2-3 bln 
meninggalkan parut bulat dgn diameter 4-8 mm.
 Apabila dosis terlalu tinggi ulkus yang timbul lebih
besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam
parut yg terjadi tertarik ke dalam

Limfadenitis supuratif kadang dijumpai (aksila/ leher)


sembuh sendiri.
Kontraindikasi BCG
 Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
 Sedang menderita HIV, imunokompromise
 Anak menderita gizi buruk
 Sedang menderita demam tinggi
 Menderita infeksi kulit yang luas
 Pernah sakit tuberkulosis
 Kehamilan
Rekomendasi BCG

 BCG diberikan pada bayi <= 2 bulan


 Pada bayi yg kontak erat dgn px TB dg
BTA(+3) sebaiknya diberikan INH profilaksis
dulu, kalau kontaknya sudah tenang dapat
diberi BCG
 BCG jangan diberikan pada bayi atau anak
dengan imunodefisiensi, mis HIV, gizi buruk
dan lain-lain
Vaksinasi Hepatitis B

 Imunisasi Pasif
 Pemberian imunoglobulin (sebelum/sesudah)
Misal: IG/ISG (Immune Serum Globulin) atau
HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)

 Indikasi utama:
-Paparan darah yg mgandung HbsAg
-Paparan seksual dgn pengidap HbsAg (+)
-Paparan perinatal, ibu HbsAg(+), <48 jam
 Dosis:
• Kecelakaan jarum suntik: 0,06ml/kg,maks 5 ml,
IM, harus diberikan dlm jangka 24 jam, diulang 1
bulan kemudian.

• Paparan seksual: dosis tunggal 0,06 ml/kg,


IM, harus diberikan dalam jangka waktu 2 mgg,
maks 5 ml.

• Paparan perinatal: 0,5 ml IM


Imunisasi Aktif Hepatitis B

 Pemberian partikel HbsAg yang tidak infeksius

 3 jenis :
-Berasal dari plasma
-Dibuat dengan tehnik rekombinan (rek.genetik)
-Polipeptida
 Vaksin yang beredar beserta dosis:
• Hevac-B (Aventis Pasteur), dws 5 ug,
anak 2,5 ug, pada ibu HbeAg (+) dosis 2 X
• Hepaccine (Cheil Sugar), dws: 3 ug,
anak 1,5 ug.
• B-Hepavac II (MSD), dws: 10 ug, anak 5 ug.
• Hepa-B (Korean green Cross), dws; 20 ug, anak
10 ug.
• Engerix-B (GSK), dws 20 ug, anak 10 ug.

Penyuntikan scr IM pada deltoid/paha anterolat


JADWAL PEMBERIAN HEP. B

 Vaksinasi awal (primer) 3 X


 Jarak antara suntikan I dan ke II 1-2 bln,
suntikan ke III diberikan 6 bln dari yang ke I.
 Pemberian booster 5 tahun kemudian masih
belum ada kesepakatan.
 Pemeriksaan Anti-HBs pasca imunisasi
setelah 3 bulan dari suntikan terakhir
 Skrining pravaksinasi (pada praktek swasta
perorangan)
Reaksi KIPI
 Umumnya ringan, nyeri, bengkak, panas mual,
nyeri sendi & otot

Kontra Indikasi
Belum ada, terkecuali ibu hamil

Tanggap kebal rendah dapat ok:


Usia tua, pemberian di bokong, anak gemuk,
pasien hemodialisis/ transplantasi, obat
imunosupresif, lekemia/ keganasan, DM tipe I,
HIV, peminum alkohol.
Difteri, Pertusis dan Tetanus
 Toksoid Difteria, vaksin aseluler, toksoid
tetanus
 Kadar antibodi protektif setelah DTP 3
kali mencapai 0,01 IU atau lebih
 Reaksi lokal: merah, bengkak, nyeri

Reaksi umum: demam ringan, jarang


hiperpireksia, kejang.
 DPT dasar diberikan 3X sejak umur 2 bln dg
interval 4-6 mgg, ulangan (DPT 4) diberikan 1
thn setelah DPT3.

 DPT 5 pada umur 5-7 tahun

 DPT 6 pada umur 12 tahun

 Dosis DPT/DT 0,5 ml, IM baik untuk imunisasi


dasar dan ulangan.
VAKSIN VIRUS POLIO ORAL
 Virus hidup tetapi sudah dilemahkan.
 Virus polio tipe 1, 2, 3
 Digunakan scr rutin sjk bayi lahir dg dosis 2 tts
per oral.
 Virus ini menempatkan diri di usus dan memacu
pembentukan antibodi dlm darah, maupun epitel
usus sebagai pertahanan lokal.
 Penerima vaksin terlindungi setelah dosis
tunggal pertama, tiga dosis berikutnya
memberikan imunitas jangka lama (3 tipe)
 harus disimpan tertutup pada suhu 2-8o C
 Vaksin sangat stabil, akan kehilangan
potensi bila dibuka krn perubahan PH
setelah terpapar dengan udara.
 Dapat disimpan pada 20o C. Dicairkan dg
cara ditempatkan antara dua telapak tgn,
dijaga agar tidak berubah warna (merah
muda-oranye muda) sbg indikator PH
 Imunisasi dasar (polio 0, 1, 2, 3) diberikan 2
tetes per oral dengan interval tidak kurang
dari 4 minggu.

 Polio 0 diberikan saat bayi baru pulang dari


rumah sakit.

 Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah


polio 4, selanjutnya saat 5-6 tahun
 KIPI
dapat berupa pusing, diare ringan, sakit otot,
jarang sekali poliomielitis (tapi tetap waspada)

 Indikasi kontra
Penyakit akut/demam > 38,5oC, muntah/ diare
Terapi KS, imunosupresif, radiasi, keganasan
ibu hamil < 4 bln, bersama vaksin tifoid oral,

Pada penderita imunosupresi beri IPV


Vaksinasi Campak
 2 Jenis :
- virus hidup dan dilemahkan
- virus yang dimatikan

 Reaksi KIPI :
Biasanya terjadi pada imunisasi ulangan.
Dapat berupa demam >39,5 oC pada hari ke 5-6
berlangsung 2 hari.
Ruam pada hari ke 7-10, berlangsung 2-4 hari
 Campak diberikan pada umur 9 bln, dgn dosis
0,5 ml SK dalam/ IM. Diulang usia 5-7 tahun.
 Diulang juga, bila:

-imunisasinya pada usia < 1 thn


-terjadi KLB (diberikan pada SD, SMP, SMA)
-imunisasinya vaksin inaktif, imunoglobulin
-catatan imunisasi tidak ada

Kontra indikasi: demam tinggi, tx imunosupresi,


hamil, alergi, tx imunoglobulin
Imunisasi Lanjutan

Umur Jenis Imunisasi Interval minimal setelah


imunisasi dasar

18 bulan DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3

24 bulan Campak 6 bulan dari Campak dosis


pertama
VAKSIN NON - PPI

 Haemophilus Influenzae tipe b


 Measles, Mumps, Rubella (MMR)
 Varisela
 Demam tifoid
 Hepatitis A
 Influenza
 Pneumokokos
TERIMAKASIH
SELAMAT
BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai