Anda di halaman 1dari 6

B.

Jenis Jenis Vaksin


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi, jenis imunisasi dikelompokkan menjadi Imunisasi Program dan Imunisasi Pilihan.
Penetapan jenis Imunisasi ini bedasarkan rekomendasi dari Komite Penasehat Ahli Imunisasi
Nasional (Indonesian Technical Advisoy Group in Immunization). Introduksi Imunisasi baru ke
Imunisasi Program dapat diawali dengan kampanye atau demonstrasi program di lokasi terpilih
sesuai dengan epidemiologi penyakit (Pedoman Penyelenggara Imunisasi PMK No. 12, 2017)
1. Imunisasi Program atau Vaksin Wajib
Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian
dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi Program terdiri atas imunisasi
rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus (PMK No. 12, 2017)
a. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Imunisasi ini
dibagi menjadi imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
1) Imunisasi dasar
Imunisasi dasar yaitu imunisasi yang diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun.
Imunisasi Dasar ini terdiri dari vaksin hepatitis B, vaksin bOPV untuk Poliomyelitis,
BCG untuk Tuberculosis, vaksin DTP untuk penyakit Difteri, Tetanus, dan Pertussis,
Pneumonia dan Meningitis yang disebabkan Hemophilus Influenza tipe b (Hib),
Campak (measles).
a) Vaksin Hepatitis B atau disebut juga vaksin HBsAg / VHB yaitu vaksin yang
dilakukan sebagai pencegahan terhadap infeksi virus hepatitis B (VHB).
Diperkirakan sekitar 350 juta orang yang menjadi penderita infeksi VHB
sekaligus menjadi sumber penularan bagi orang lain. Secara umum, vaksin
diberikan sebanyak 3kali, pemberian vaksin pertama kali setelah kelahirannya
(sebelum usia 24 jam), diberikan kembali pada usia 1-2 bulan, dan pemberian
ketiga di kisaran usia 3-6 bulan. Metode pembiarn intramuscular sebanyak 0,5 cc
di bagian vastus lateralis atau deltoid. Efek samping vaksin Hepatitis B umumnya
timbul demam dan rasa lelah pada anak. Efek lain yang jarang terjadi yaitu gatal-
gatal, kemerahan, dan pembengkakan pada wajah. (Dameria 2010)
b) Vaksin BCG merupakan vaksin yang memberi perlindungan terhadap penyakit
tuberculosis, dimana TB adalah penyakit menular langsung yang merupakan
masalah utama kesehatan masayarakat. Data dari Riskesdes 2018 menunjukkan
Insidensi TB sebanyak 321 per 100.000 penduduk di Indonesia. Penyakit TB
ditularkan melalui percikan batuk penderita TB yang mengandung kuman TB. Di
Indonesia vaksin BCG merupakan vaksin wajib dari pemerintah untuk BBL
sebaiknya sebelum berusia 2 bulan, anak usia 1-15 tahun yang belum di
vaksinasi, imigran, komunitas traveling, dan pekerja di bidang kesehatan yang
belum divaksinasi. Vaksinasi dilakukan dengan metode intrakutan dosis 0,05 cc
di bagian lengan atas. Setelah vaksinasi, papul atau bintik merah yang kecil
timbul dalam waktu 1-3 minggu. Papul ini akan melunak, hancur, dan
menimbulkan parut. Biakan tempat vaksinasi sembuh sendiri dan pastikan agar
tetap bersih dan kering. Efek samping lain jarang terjadi seperti adanya reaksi
alergi. Vaksin ini tidak dianjuran untuk seseorang yang mengalami penurunan
sistem kekebalan tubuh dan uji tuberculin positif (Dameria 2010).
c) Vaksin polio atau vaksin bPOV (bivalent Oral Polio Vaccin) yaitu vaksin yang
dilakukan terhadap pencegahan penyakit polio, dimana polio ini merupakan
penyakit virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan, sesak napas, dan terkadang
kematian. Pemberian vaksin polio harus dilakukan dalam satu rangkaian yaitu
pada anak berusia dua, empat, serta enam bulan. Vaksin selanjutnya bisa
diberikan pada usai satu setengah tahun, dan yang terakhir diusia 5 tahun. Vaksin
diberikan dengan dosis 2 tetes secara oral sebanyak 4 kali dengan selang waktu
pemberian minimal 4 minggu (Dameria 2010).
d) Vaksin DPT yaitu vaksin gabungan untuk pencegahan penyakit difteri, tetanus
dan pertussis. Difetri adalah penyakit menular akut pada tonsil, faring, hidung,
laring, selaput mukosa, kulit, dan terkadang konjungtiva serta vagina, bahkan
dapat mengancam jiwa. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut
berupa batuk yang sangat berat yang menyerang mulut, hidung, dan tenggorokan.
Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan dapat
menyerang semua golongan usia, semakin muda usia penderita maka semakin
berhaya dampaknya. Vaksin DTP ini diberikan untuk anak usia 6 minggu sampai
7 tahun. Untuk anak usia 7-18 tahun diberikan vaksin difteri dalam bentuk vaksin
Td (Tetanus dan difteri) atau vaksin Tdap (tatnus toxoid, reduced diphtheria
toxoid dan accelular peertusis vaccine adsorbed). Vaksin dasar diberikan
sebanyak 3 kali dengan selang waktu 6-8 minggu (usia 2-4-6 bulan). Ulangan
pertama dilakukan 1 tahun sesudahnya (usia 15-18 bulan) dan ulangan kedua
diberikan 3 tahun setelah ualangan yang pertama (usia 4-6 tahun). Daya proteksi
vaksin difteri sebesar 98,45 % setelah suntikan yang ketiga, namun kekebalan
yang terbentuk setelah imunisasi dasar hanya bertahan selama 10 tahun sehingga
perlu diberikan booster setiap 10 tahun sekali cukup denganvaksin Td (difeteri
dan tetanus) (Dameria 2010).
e) Vaksin Campak merupakan vaksin yang digunakan untuk mencegah timbulnya
penyakit campak, dimana campak ini adalah penyakit virus yang menyebabkan
demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, radang mata, dan ruam. Campak
merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan mengakibatkan komplikasi
yang berat. Vaksin campak diberikan tiga kali yaitu pada saat anak berusia 9
bulan, 2 tahun, dan 6 tahun. Dosis 0,5 cc secara intramuscular di lengan atas.
Efek samping vaksin campak yaitu panas dan kemerahan. Pada anak-anak
mungkin akan demam selama 1-3 hari setelah penyuntikan kadang disertai
kemerahan seperti penderita campak ringan.
f) Vaksin Hib (Haemophilus influenza tipe b) merupakan vaksin yang dilakukan
untuk mencegah penyakit akibat bakteri Hib seperti pneumonia dan meningitis
karena bakteri ini akan masuk ke dalam aliran darah, paru-paru, dan selaput otak.
Penyakit ini adalah penyakit yang menular sehingga diperlukan vaksinasi untuk
mencegah timbul dan penularannya. (Dameria 2010)

Umur Jenis vaksin


0-24 jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 4, IPV
9 bulan Campak

2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan adalah ulangan Imunisasi Dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi Dasar. Imunisasi Lanjutan ini merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak usia dibawah dua
tahun, anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur. Imunisasi Lanjuan ini
diberikan pada :
a) Anak usia bawah 2 tahun
Imunisasi lanjutan pada Baduta terdiri atas imunisasi terhadap penyakit difteri,
pertussis, tetanus, hepatitis B, meningitis dan pneumonia oleh Hib, dan campak
b) Anak usia sekolah dasar.
Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada bulan imunisasi
anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah.
Imunisasi ini terdiri atas imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus, dan
difteri.
c) Wanita usia subur (WUS)
Imunisasi lanjutan pada wanita usia subur terdiri atas imunisasi terhadap penyakit
tetanus dan difteri (PMK No. 12 Pasal 7 2017).

b. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan adalah jenis imunisasi tertentu yang yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi ini dilakukan untuk
melengkapi imunisasi dasar dan lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.
Dengan pemberian imunisasi tambahan ini tidak berarti menghapuskan kewajiban
pemberian Imunisasi rutin. Contoh imunisasi ini yaitu backlog fighting yang merupakan
upaya di tingkat puskesmas untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur
dibawah 3 tahun, kegiatan ini diprioritaskan untuk dilakukan di desa yang selama 2 tahun
berturut-turut tidak mencapai UCI atau kondisi tercapainya imunisasi dasar lengkap pada
semua bayi. (PMK No. 12 Pasal 8).

c. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilakukan untuk melindungi seseorang dan masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu yang dimaksud seperti
persiapan keberangkatan calon jamaah haji atau umroh, persiapan perjalanan menuju atau
dari negara endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa atau wabah
penyakit tertentu. Imunisasi ini seperti imunisasi terhadap meningitis meningokokus,
yellow fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis. Contoh pemberian imunisasi
meningitis meningokukus diberikan minimal 30 hari sebelum keberangkatan ke negara
yang endemis meningitis. Pemerintah dapat menetapkan situasi tertentu dimana dapat
dilakukannya imunisasi khusus (PMK No. 12 Pasal 9).

2. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam Imunisasi program
namun dapat diberikan pada bayi, anak, dan dewasa sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa
vaksin yang digunakan dalam pelaksanaan Imunisasi Pilihan saat ini seperti Vaksin MMR
(measles, mumps, rubella) yang bertujuan untuk mencegah campak, gondongan, dan rubella.
Vaksin ini direkomendasikan untuk anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis,
kelainan jantung bawaan, kelainan ginjal bawaan, gagal tumbuh dan sindrom down ataupun
anak yang tinggal di lembaga cacat mental. Contoh pemberian vaksin pilihan lain yaitu
Vaksin Hepatitis A yang direkomendasikan untuk populasi risiko tinggi tertular Virus
Hepatitis A (VHA).
Imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi terhadap penyakit seperti pneumonia dan
meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus, diare yang disebabkan oleh rotavirus,
influenza, cacar air (varisela), gondongan (mumps), campak jerman (rubella) demam tifoid,
hepatitis A, kanker serviks yang disebabkan oleh Human Papillomavirus, Japanese
Enchepalitis, herpes zoster, hepatitis B pada dewasa, demam berdarah
Penetapan jenis Imunisasi Pilihan ditetapkan pemerintah berdasarkan rekomendasi dari
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional. Selain itu pemerintah juga dapat menetapkan
jenis Imunisasi Pilihan menjadi Imunisasi Program atau Wajib sesuai dengan kebutuhan juga
berdasarkan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (PMK No. 12 Pasal
11)
Daftar Pustaka

Dameria, Kurniati dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisus.

Menteri Kesehatan RI, 2017. PERMENKES No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai