2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan adalah ulangan Imunisasi Dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi Dasar. Imunisasi Lanjutan ini merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak usia dibawah dua
tahun, anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur. Imunisasi Lanjuan ini
diberikan pada :
a) Anak usia bawah 2 tahun
Imunisasi lanjutan pada Baduta terdiri atas imunisasi terhadap penyakit difteri,
pertussis, tetanus, hepatitis B, meningitis dan pneumonia oleh Hib, dan campak
b) Anak usia sekolah dasar.
Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada bulan imunisasi
anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah.
Imunisasi ini terdiri atas imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus, dan
difteri.
c) Wanita usia subur (WUS)
Imunisasi lanjutan pada wanita usia subur terdiri atas imunisasi terhadap penyakit
tetanus dan difteri (PMK No. 12 Pasal 7 2017).
b. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan adalah jenis imunisasi tertentu yang yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi ini dilakukan untuk
melengkapi imunisasi dasar dan lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.
Dengan pemberian imunisasi tambahan ini tidak berarti menghapuskan kewajiban
pemberian Imunisasi rutin. Contoh imunisasi ini yaitu backlog fighting yang merupakan
upaya di tingkat puskesmas untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur
dibawah 3 tahun, kegiatan ini diprioritaskan untuk dilakukan di desa yang selama 2 tahun
berturut-turut tidak mencapai UCI atau kondisi tercapainya imunisasi dasar lengkap pada
semua bayi. (PMK No. 12 Pasal 8).
c. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilakukan untuk melindungi seseorang dan masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu yang dimaksud seperti
persiapan keberangkatan calon jamaah haji atau umroh, persiapan perjalanan menuju atau
dari negara endemis penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa atau wabah
penyakit tertentu. Imunisasi ini seperti imunisasi terhadap meningitis meningokokus,
yellow fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis. Contoh pemberian imunisasi
meningitis meningokukus diberikan minimal 30 hari sebelum keberangkatan ke negara
yang endemis meningitis. Pemerintah dapat menetapkan situasi tertentu dimana dapat
dilakukannya imunisasi khusus (PMK No. 12 Pasal 9).
2. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam Imunisasi program
namun dapat diberikan pada bayi, anak, dan dewasa sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa
vaksin yang digunakan dalam pelaksanaan Imunisasi Pilihan saat ini seperti Vaksin MMR
(measles, mumps, rubella) yang bertujuan untuk mencegah campak, gondongan, dan rubella.
Vaksin ini direkomendasikan untuk anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis,
kelainan jantung bawaan, kelainan ginjal bawaan, gagal tumbuh dan sindrom down ataupun
anak yang tinggal di lembaga cacat mental. Contoh pemberian vaksin pilihan lain yaitu
Vaksin Hepatitis A yang direkomendasikan untuk populasi risiko tinggi tertular Virus
Hepatitis A (VHA).
Imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi terhadap penyakit seperti pneumonia dan
meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus, diare yang disebabkan oleh rotavirus,
influenza, cacar air (varisela), gondongan (mumps), campak jerman (rubella) demam tifoid,
hepatitis A, kanker serviks yang disebabkan oleh Human Papillomavirus, Japanese
Enchepalitis, herpes zoster, hepatitis B pada dewasa, demam berdarah
Penetapan jenis Imunisasi Pilihan ditetapkan pemerintah berdasarkan rekomendasi dari
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional. Selain itu pemerintah juga dapat menetapkan
jenis Imunisasi Pilihan menjadi Imunisasi Program atau Wajib sesuai dengan kebutuhan juga
berdasarkan rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (PMK No. 12 Pasal
11)
Daftar Pustaka
Dameria, Kurniati dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisus.
Menteri Kesehatan RI, 2017. PERMENKES No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.