Anda di halaman 1dari 28

Pertemuan 1

Tutor : Ns. Widya Herlina, S.Kep


Ns. Marselly Resti, S.Kep

Setelah pertemuan I, peserta mampu:

1. Mengetahui program vaksinasi / immunisasi:


a. Nama, jenis dan manfaat vaksinasi
b. Pekan Imunisasi Nasional
c. Imunisasi dasar dan jadwal Pemberian
d. Perlakuan terhadap vaksin (penyimpanan, penggunaan, transport vaksin)
e. Jenis-jenis penyakit yang bisa dicegah oleh vaksinasi
f. Immunisasi yang ditanggung oleh BPJS

2. Mengetahui program BKKBN:


a. Visi, misi, nilai-nilai BKKBN
b. Tujuan program KB
c. Target dan sasaran program KB
d. Jenis-jenis akseptor KB
e. Jenis-jenis alat kontrasepsi
f. Pasangan usia subur (PUS)

3. Menganalisis pokok pikiran dan kasus yang berhubungan dengan program vaksinasi dan
program BKKBN

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


VAKSINASI/IMUNISASI

Pengertian Imunisasi Landasan Hukum

Imunisasi adalah suatu upaya untuk Peraturan Presiden nomor 12 Tahun 2013
menimbulkan/meningkatkan kekebalan pasal 21 (3) Pelayanan Imunisasi dasar
seseorang secara aktif terhadap suatu sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf
penyakit, sehingga apabila suatu saat b meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG),
terpajan dengan penyakit tersebut tidak Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis (DPT-
akan sakit atau hanya mengalami sakit HB), Polio, dan Campak.
ringan.

Pengertian Vaksin

Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.

Sasaran Imunisasi

Tabel 1 Sasaran Imunisasi pada Bayi

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jenis Pemberian Interval Minimal

Hepatitis B 0-7 hari 1 -

BCG 1 bulan 1 -

Polio/IPV 1,2,3,4 bulan 4 4 Minggu

DPT-HB-Hib 2,3,4 bulan 3 4 Minggu

Campak 9 bulan 1 -

Sumber : Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


Tabel 2 Sasaran Imunisasi pada Anak Balita

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian

DPT-HB-Hib 18 Bulan 1

Campak 24 bulan 1

Sumber : Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013

Tabel 3 Sasaran Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar (SD/Sederajat)

Sasaran Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Keterangan

Kelas 1 SD Campak Bulan Agustus Bulan Imunisasi


Anak Sekolah
Kelas 1 SD DT Bulan November
(BIAS)
Kelas 2 dan 3 SD Td Bulan November

Sumber : Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013

Tabel 4 Sasaran Imunisasi Wanita Usia Subur (WUS)

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Masa Perlindungan

TT1 - -

TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun

TT3 6 Bulan setelah TT2 5 tahun

TT4 12 bulan setelah TT3 10 tahun

TT5 12 bulan setelah TT4 25 tahun

Sumber : Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


JENIS IMUNISASI

Berdasarkan jenis penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan menjadi Imunisasi Program


dan Imunisasi Pilihan.

A. Imunisasi Program

Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Imunisasi Program harus diberikan sesuai dengan jenis Vaksin, jadwal atau waktu pemberian
yang ditetapkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

Imunisasi Program terdiri atas:

1. Imunisasi rutin;

Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Imunisasi rutin
terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


Imunisasi dasar diberikan pada bayi Imunisasi lanjutan merupakan ulangan
sebelum berusia 1 (satu) tahun. Imunisasi dasar untuk mempertahankan
tingkat kekebalan dan untuk
Imunisasi dasar terdiri atas Imunisasi
memperpanjang masa perlindungan anak
terhadap penyakit: hepatitis,
yang sudah mendapatkan Imunisasi
poliomyelitis, tuberkulosis, difteri,
dasar. Imunisasi lanjutan diberikan
pertusis, tetanus, pneumonia dan
pada:
meningitis yang disebabkan oleh
a. Anak usia bawah dua tahun
Hemophilus Influenza tipe b (Hib),
(Baduta) (Imunisasi terhadap
dan campak.
penyakit difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, pneumonia
dan meningitis yang disebabkan
oleh Hemophilus Influenza tipe
b (Hib), serta campak)
b. Anak usia sekolah dasar
(Imunisasi terhadap penyakit
campak, tetanus dan difteri)
c. Wanita usia subur (WUS)
(Imunisasi terhadap penyakit
tetanus dan difteri)

2. Imunisasi tambahan;

Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok umur
tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode
waktu tertentu. Pemberian Imunisasi tambahan dilakukan untuk melengkapi Imunisasi dasar
dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


3. Imunisasi khusus.

Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap penyakit
tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu berupa persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu, dan
kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit tertentu. Imunisasi khusus berupa Imunisasi
terhadap meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis.

B. Imunisasi Pilihan

Imunisasi Pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu. Imunisasi
Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:

a. Pneumonia dan meningitis yang h. Hepatitis A;


disebabkan oleh pneumokokus; i. Kanker leher rahim yang
b. Diare yang disebabkan oleh disebabkan oleh Human
rotavirus; Papillomavirus;
c. Influenza; j. Japanese Enchephalitis;
d. Cacar air (varisela); k. Herpes zoster;
e. Gondongan (mumps); l. Hepatitis B pada dewasa; dan
f. Campak jerman (rubela); m. Demam berdarah.
g. Demam tifoid;

Menteri dapat menetapkan jenis Imunisasi Pilihan selain yang diatur dalam Peraturan Menteri
ini berdasarkan rekomendasi dari Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian
Technical Advisory Group on Immunization).

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

1. Difteri 6. Poliomielitis
2. Pertusis 7. Hepatitis B
3. Tetanus 8. Hemofilus Influenza tipe b (Hib)
4. TBC 9. HPV (Human papiloma Virus)
5. Campak 10. Hepatitis A

Tujuan Pemberian Imunisasi

A. Tujuan Umum

Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).

B. Tujuan Khusus

a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi


lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/ kelurahan pada tahun
2014.
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah
c. 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
d. Eradikasi polio pada tahun 2015.
e. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
f. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis
(safety injection practise and waste disposal management).
Pendistribusian Vaksin

Pemerintah bertanggung jawab dalam pendistribusian logistik sampai ke tingkat provinsi.


Pendistribusian selanjutnya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah secara berjenjang
dan untuk lebih jelasnya Anda dapat melihat gambar berikut ini.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7


Seluruh proses distribusi vaksin dari pusat sampai ke tingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan yang optimal
kepada sasaran.

Distribusi dari Puskesmas ke Penyimpanan Vaksin


tempat Pelayanan
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap
Vaksin dibawa dengan menggunakan tinggi sejak diterima sampai
vaksin carrier yang diisi cool pack didistribusikan ketingkat berikutnya,
dengan jumlah yang sesuai vaksin harus selalu disimpan pada suhu
yang telah ditetapkan dapat Anda lihat
pada tabel berikut ini.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8


Deskripsi Vaksin
Vaksin BCG

Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycrobacterium bovis hidup
yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain paris.

Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.

Cara pemberian dan dosis:

 Dosis pemberian: 0,05 ml,sebanyak 1 kali.

 Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas(insertio musculus deltoideus),


dengan menggunakan ADS 0,05 ml.

Efek samping:

2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang
semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh
perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.

Penanganan efek samping:

 Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik.

 Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar,anjurkan orangtua


membawa bayi ke ke tenaga kesehatan.
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 9
Vaksin DPT – hB – hIB
Deskripsi: Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis
(batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara simultan.

Cara pemberian dan dosis:

 Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas.

 Satu dosis anak adalah 0,5 ml.

Kontra indikasi:

Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius .

Efek samping:

Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan, disertai
demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam
tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah
pemberian.

Penanganan efek samping:

 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 10


Vaksin hepatitis B

Deskripsi: Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious,
berasal dari HBsAg.

Cara pemberian dan dosis:


 Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral
paha.
 Pemberian sebanyak 3 dosis.
 Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan).
Kontra indikasi: Penderita infeksi berat yang disertai kejang.

Efek Samping: Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

Penanganan efek samping:


 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 11


Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV])
Deskripsi: Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain Sabin) yang sudah dilemahkan.

Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.

Cara pemberian dan dosis:

Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu.

Kontra indikasi: Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.

efek Samping: Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat
vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit
segera diberi dosis ulang.

Penanganan efek samping: Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 12


Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)

Deskripsi: Bentuk suspensi injeksi.

Indikasi: Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak immunocompromised, kontak
di lingkungan keluarga dan pada individu di mana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.

Cara pemberian dan dosis:


 Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5ml.
 Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval satu
atau dua bulan.
 IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan rekomendasi dari
WHO.
 Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-turut dengan
interval satu atau dua bulan.
Kontra indikasi:

 Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif.


 Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.
 Penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu sampai sembuh.
 Alergi terhadap Streptomycin.
Efek samping: Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi, dan
bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama satu
atau dua hari.
Penanganan efek samping:
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24
jam)
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 13
Vaksin Campak
Deskripsi: Vaksin virus hidup yang dilemahkan.

Indikasi: Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.

Efek samping: Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.

Penanganan efek samping:

 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah).
 Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 14


Vaksin DT

Deskripsi: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan
toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.

Indikasi: Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak.

Cara pemberian dan dosis:

Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia
di bawah 8 tahun.

Kontra indikasi:

Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.

Efek Samping:

Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan
kadang-kadang gejala demam.

Penanganan efek samping:

 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak.


 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam)
 Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 15


Vaksin Td
Deskripsi: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan
toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
Indikasi: Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia 7 tahun.
Cara pemberian dan dosis: Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml.
Kontra indikasi: Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya.
efek samping: Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi penyuntikan (20–
30%) serta demam (4,7%)

Vaksin TT
Deskripsi: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas, mengandung
toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke dalam aluminium fosfat.
Indikasi: Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
Cara pemberian dan dosis: secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml.
Kontra indikasi:
 Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya.
 Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
 Demam atau infeksi akut.
Efek samping: Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
Penanganan efek samping:
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Anjurkan ibu minum lebih banyak.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 16


PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN)
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara dalam
waktu yang singkat. PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatu
penyakit (misalnya polio). Imunisasi yang diberikan pada PIN diberikan tanpa memandang
status imunisasi sebelumnya.
Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU Perlindungan Anak No. 35
Tahun 2014, anak memiliki hak untuk mendapatkan imunisasi. Orang tua, masyarakat, dan
negara wajib memelihara kesehatan anak yang salah satunya dilakukan dengan memberi
imunisasi.
Pemerintah menambahkan empat vaksin baru. Empat vaksin tersebit antara lain Measles
and Rubella (MR), Human Papillomavirus (HPV), Japanese Encephalitis, dan
Pneumococcus.
Berkaitan dengan hal itu, Kemenkes akan melaksanakan peringatan Pekan Imunisasi
Dunia (PID) yang jatuh setiap minggu ke-4 bulan April.
Tema tahun 2019 “Imunisasi Lengkap Indonesia Sehat”. Tujuan PID kali ini untuk
menunjukkan nilai penting dan manfaat imunisasi untuk kesehatan anak-anak dan
masyarakat dunia, mengatasi kesenjangan cakupan imunisasi melalui peningkatan
investasi program, dan menyampaikan bahwa imunisasi rutin lengkap merupakan dasar
untuk kesehatan yang kuat.
Pekan Imunisasi Dunia ini diprakarsai pada World Health Assembly pada Mei 2012.
Sampai saat ini PID telah dilaksanakan oleh lebih dari 180 negara melalui pelaksanaan
berbagai kegiatan.
Imunisasi yang ditanggung BPJS
Sasaran : semua balita peserta BPJS
Ruang lingkup :
 Imunisasi dasar diberikan kepada balita peserta BPJS dengan penyediaan vaksin
oleh pemerintah melalui dinas kesehatan setempat.
 Imunisasi dasar lengkap 0 – 11 bulan
 BCG 1 kali
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 17
 DPT – HIB 3 kali
 Polio 4 kali
 Campak 1 kali
 Imunisasi HB -0 bayi baru lahir agar satu paket degan persalinan, retriksi bukan
kasus BBLR

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 18


PROGRAM BKKBN

1. Visi, misi, nilai – nilai BKKBN

Visi
Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas

Misi
1. Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.
2. Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
3. Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.
4. Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
5. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara
konsisten.

Tiga Nilai Revolusi Mental BKKBN

a. Integritas ( jujur, percaya, disiplin, bertanggung jawab, dan tidak munafik)


Integritas berasal dari bahasa Perancis intégrité atau Latin integritas, yang memiliki akar
kata integer, yang berarti utuh, menyatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Pada
intinya, integritas berarti kata menjadi satu dengan perbuatan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 19


b. Etos Kerja (Kerja Keras, Kerja cerdas, Berdaya saing, optimis, inovatif dan
produktif)
Etos berasal dari bahasa Latin modern, Yunani ethos, yang berarti karakter asli, karakter
bawaan, yang membedakan seseorang atau kelompok dari yang lain. Menurut KBBI, etos
adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan social, sementara etos kerja berarti
semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
c. Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunal, berorientasi pada kemaslahatan
umum)
Menurut KBBI, gotong royong, berarti bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-
membantu). Makna nilai gotong royong mirip dengan nilai kerja sama, yang merupakan
salah satu nilai yang dianut BKKBN. Dengan menerapkan gotong royong, berarti kita
dapat meninggalkan mentalitas silo, kondidi di mana salah satu atau banyak bagian
organisasi bekerja secara terpisah dari yang lain. Dengan bergotong royong, kita akan
dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Tujuan Program KB
UU RI nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
pembangunan Keluarga
Menurut UU RI Nomor 52 tahun 2009, kebijakan Keluarga Berencana di arahkan
untuk:

a. Mengatur kelahiran yang diinginnkan


b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak
c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan serta konseling
Keluarga berencana dan Kesehatan reproduksi
d. Menigkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga
Berencana
a.
e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya menjarangkan jarak
kehamilan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 20


3. Target dan sasaran Program KB
Pelayanan KB termasuk dalam pelayanan promotif dan preventif, yang mencakup
pelayanan konseling, kontrasepsi dasar,, vasektomi dan tubektomi. Alat kontrasepsi
disediakan oleh BKKBN bagi seluruh PUS peserta JKN.
Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah segera tercapai dan
melembaganya Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
Sesuai dengan Permenkes nomor 71 tahun 2013, tentang pelayanan kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional dinyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan Kesehatan
meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan.
Berdasarkan cara pembayaran dalam JKN, maka Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dan fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)

Pelaksanaan Pelayanan KB:

FKTP meliputi: FKRTL meliputi:

• Pelayanan konseling • pelayanan konseling


• Kontrasepsi dasar ( pil, suntik, • Pelayanan kontrasepsi IUD dan
IUD dan implant kondom) Implan
• Pelayanan Metode Operasi Pria • Metode Operasi Wanita
(MOP) (MOW)
• Penanganan efek samping dan • Metode Operasi Pria (MOP)
nkomplikasi ringan – sedang
akibat penggunaan kontrasepsi
• Merujuk pelayanan yang tidak
dapat ditangani di FTKP

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 21


Menurut Depkes RI (2002) sasaran program KB

Pasangan usia subur (PUS), harus dimotivasi


terus menerus sehingga menjadi peserta
Keluarga Berenmcana Lestari

Non PUS yaitu anak sekolah, orang yang belum


kawin, pemuda – pemudi, pasangan suami istri
diatas usia 45 tahun, dan tokoh masyarakat

Institusional, yaitu berbagai organusasu,


lembaga masyarakat, pemerintah dan swasta.

4. Jenis - jenis Akseptor KB


Akseptor adalah peserta KB, pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan salah
satu alat atau obat kontrasepsi (BKKBN, 2010)
Menurut BKKBN (2010), jenis – jenis aseptor Keluarga Berencana adalah :
a. Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara
/ alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan
b. Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan
kembali menggunkan kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti
cara setelah berhenti ± 3 bulan berturut – turut dan bukan karena hamil.
c. Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat/obat
kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan atau abortus.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 22


d. Akseptor KB dini adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam
2 minggu setelah melahirkan atau abortus
e. Akseptor langsung adalah para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus
f. Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih
dari 3 bulan.

5. Jenis – jenis alat Kontrasepsi


1. Kontrasepsi sederhana
a. Tanpa alat : KB Alamiah: Metode Kalender, coitus interruptus
b. Dengan alat
Mekanis: Kondom pria, barrier intra-vaginal (seperti diafragma, kap serviks, spon,
kondom perempuan)
Kimiawi: Sepermisid (vaginal cream)

2. Metode Modern
Kontrasepsi hormonal:
1) Per Oral: Pil oral kombinasi (POK), mini-pil, morning after pil
 Diminum setiap hari 1 tablet
 Keuntutngan:
 Pil KB mudah didapat, efektif kalua digunakan secara tepat dan benar
Keluhan efek samping pemakaian Pil-KB
 termasuk lebih ringan, yaitu berupa gangguan haid (merasa mules atau
perdarahan) pemakaian Pil KB dapat mengurangi resiko mengalami kanker
rahim.
 Kekurangan:
 Harus diminum setiap hari, tidak boleh lupa

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 23


 Ada efek sampingnya yg mungkin dialami oleh beberapa pemakai pil KB (tdk
semua), yaitu sedikit rasa mual, pusing, pendarahan, kenaikan berat badan, dan
sakit pada buah dada yg terjadi dlm tiga bulan pertama pemakai pil KB
 Dapat menyebabkan darah tinggi
 Disarankan bagi: Masih ingin punya anak, mengalami perdarahan hadi yang
banyak dan nyeri, anemia, bagi ibu yang tidak mudah lupa
 Tidak disarankan: Tidak mnyukai pil, pelupa, bertempat tinggal jauh dari klinik
penyedia pil KB
 Tidak boleh digunakan oleh:
• Berumur lebih dari 35 tahun dan merokok
• Bertubuh sangat gemuk
• Menderita tekanan darah tinggi
• Menderita kencing manis(diabetes)
• Menyusui kurang dari 6 minggu
• menderita penyakit jantung, pembekuan darah atau kanker
• Menderita migrain
• Menderita kelainan fungsi hati, seperti gangguan pada mata atau kulit
kelihatan kuning
2) Injeksi atau suntikan
 Penggunaan teratur
 Waktu untuk mendapatkan suntikan ulang harus diingat klien dengan baik
Keuntungan:
 Mudah diterima karena suntikan sudah dikenal masyarakat sejak lama sebagai
cara pengobatan
 Tidak mengganggu ASI
 Mengurangi resiko terjadinya infeksi rongga panggul
 Efek samping pusing, payudara membesar dan nyeri, terganggunya haid
 Disarankan bagi: Ibu yang tinggal di daerah terpencil, tidak ingin memiliki anak lagi

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 24


 Tidak disarankan bagi: penderita Diabetes, penderita kelainan jantung atau pembekuan
darah, menyusui kurang dari 6 minggu, menderita kelainan gungsi hati, belum ingin
punya anak.

3) Sub Kutis (Implant)


 Terdiri dari 2 tabung silastik berisi hormone levonorgetrel
 Keuntungan: Bisa dipakai selama 3 tahun, tidak mengganggu ASI, tidak mempengaruhi
TD
 Efek Samping: Gangguan haid, perdarahan di luar haid, rasa pegal pada tempat
pemasangan
Tidak disarankan bagi: Penderita DM, kelainan jantung, kelainan fungsi hati, penderita
hipertensi,
 menyusui kurang dari 6 minggu, ibu yang mengalami perdarahan per vaginam yang
tidak diketahui penyebabnya, ibu yang diduga hamil, penderita tumor/keganasan

4) AKDR/IUD/Spiral
 AKDR adalah singkatan dari alat kontrasepsi dalam rahim atau dikenal juga dgn nama
IUD (Intra Uterine Devices) dan spiral
 AKDR terbuat dari plastik atau plastik dan tembaga, diletakkan di dalam rahim.
 AKDR mencegah pertemuan sperma dengan Ovum
 Jenis: Lipper Loop, Multi Load (ML Cu), Copper-T, Copper-7
 Lama Pemakaian: MLCu, Copper-Tdan Copper-7 dipakai selama 2 - 3 tahun.ada juga
dipakai selama 8 -10 tahun
 Keuntungan Pemakian AKDR:
 Sangat efektif, praktis
 Bisa dipakai dlm jangka waktu lama
 Tidak terganggu faktor lupa
 Tidak mengganggu ASI

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 25


 Efek Samping:
 Mules
 Haid tdk teratur
 Haid berlangsung lama
 Pendarahan ringan
 Kadang-kadang bisa menyebabkan infeksi rongga panggul
 AKDR disarankan untuk: Ibu yang ingin memakai KB dengan cara praktis, ibu yang
ingin menyusui, tidak ingin mempunyai anak dalam waktu dekat (menjarangkan)
 AKDR tidak boleh dipakai oleh:
 Belum pernah melahirkan, Adanya perkiraan hamil
 Menderita infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit
kelamin.
 Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal
dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
 Kontra Indikasi: KPD, Infeksi intrapartum, Perdarahan postpartum

Modern Nonhormonal
5) Kontrasepsi mantap (Tubektomi, Vasektomi)
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan
wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Indikasi melakukan
Tubektomi: Kehamilan berisiko tinggi pada perempuan dengan usia di atas 40 tahun
 Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah
satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat
kontrasepsi yang konvensional.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari
akseptor.
 Sterilisasi sebaiknya tidak dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah,
pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu
terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi.
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 26
Keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri
25-30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih.
Health Promotion
 Dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat, sebaiknya calon akseptor diberi penjelasan
tentang keuntungan dan kerugian masing-masing alat kontrasepsi, sehingga diharapkan
dapat memperkecil terjadi kehamilan serta mengurangi efek samping dari alat
kontrasepsi tersebut.
 Untuk peningkatan dan perluasan pelayanannya, keluarga berencana dapat dimasukkan
ke dalam pelayanan kesehatan reproduksi serta pelayanan kesehatan primer yang lain
agar tanggap terhadap seluruh kebutuhan kesehatan reproduksi wanita. Di dalam suatu
program yang terintegrasi, harus terdapat metode kontrasepsi yang dapat diterima,
aman, dan efektif serta dapat dipakai wanita pada berbagai tahap kehidupan reproduksi.
Metode kontrasepsi juga harus dapat diterima secara seksual maupun sosial tanpa
adanya pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan secara umum.

6. Pasangan Usia Subur (PUS)


Menurut BKKBN (2011) Pasangan Usia Subur ( PUS) adalah pasangan suami – istri
yang istrinya berusia 15 – 49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya
lebih dari 49 tahun tetapi masih menstruasi.
a. PUS miskin  pasangan usia subur yang termasuk dalam kriteria miskin menurut
BPJS dan memiliki Kartu Miskin/ Surat Keterangan Tidak Mampu
b. PUS dengan 4T  PUS yang istrinya memenuhi salah satu kriteria “4 terlalu” 1)
berusia kurang dari 20 tahun, 2) berusia lebih ddari 35 tahun, 3) telah memiliki anak
hidup lebih dari 3 orang, 4) jarak kelahiran atara satu anak dengan lainnya kurang
dari 2 tahun.
c. PUS dengan penyakit Kronis  PUS yang istrinya menderita salah satu penyakit
kronis, antara blain : DM, jantung, asma berat, malaria, TBC, anemia, KEK (Kurang
energi Kalori), atau LILA < 23,5 cm

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 27


REFERENSI

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana

Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2016 Gel II. 2016. Kebijakan Program Keluarga Berencana,
dan Pembangunan Keluarga dalam mendukung keluarga sehat. Jakarta.

Rencana Strategis BKKBN tahun 2015 - 2019

Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

https://www.bkkbn.go.id/#

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2015. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 28

Anda mungkin juga menyukai