3. Menganalisis pokok pikiran dan kasus yang berhubungan dengan program vaksinasi dan
program BKKBN
Imunisasi adalah suatu upaya untuk Peraturan Presiden nomor 12 Tahun 2013
menimbulkan/meningkatkan kekebalan pasal 21 (3) Pelayanan Imunisasi dasar
seseorang secara aktif terhadap suatu sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf
penyakit, sehingga apabila suatu saat b meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG),
terpajan dengan penyakit tersebut tidak Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis (DPT-
akan sakit atau hanya mengalami sakit HB), Polio, dan Campak.
ringan.
Pengertian Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.
Sasaran Imunisasi
BCG 1 bulan 1 -
Campak 9 bulan 1 -
DPT-HB-Hib 18 Bulan 1
Campak 24 bulan 1
TT1 - -
A. Imunisasi Program
Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi Program harus diberikan sesuai dengan jenis Vaksin, jadwal atau waktu pemberian
yang ditetapkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
1. Imunisasi rutin;
Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Imunisasi rutin
terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan.
2. Imunisasi tambahan;
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok umur
tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode
waktu tertentu. Pemberian Imunisasi tambahan dilakukan untuk melengkapi Imunisasi dasar
dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap penyakit
tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu berupa persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu, dan
kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit tertentu. Imunisasi khusus berupa Imunisasi
terhadap meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis.
B. Imunisasi Pilihan
Imunisasi Pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu. Imunisasi
Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
Menteri dapat menetapkan jenis Imunisasi Pilihan selain yang diatur dalam Peraturan Menteri
ini berdasarkan rekomendasi dari Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian
Technical Advisory Group on Immunization).
1. Difteri 6. Poliomielitis
2. Pertusis 7. Hepatitis B
3. Tetanus 8. Hemofilus Influenza tipe b (Hib)
4. TBC 9. HPV (Human papiloma Virus)
5. Campak 10. Hepatitis A
A. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
B. Tujuan Khusus
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycrobacterium bovis hidup
yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain paris.
Efek samping:
2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang
semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh
perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.
Kontra indikasi:
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius .
Efek samping:
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi suntikan, disertai
demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam
tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah
pemberian.
Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah).
Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Deskripsi: Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious,
berasal dari HBsAg.
Efek Samping: Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Kontra indikasi: Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
efek Samping: Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat
vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit
segera diberi dosis ulang.
Penanganan efek samping: Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.
Indikasi: Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak immunocompromised, kontak
di lingkungan keluarga dan pada individu di mana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.
Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Efek samping: Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.
Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah).
Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam
24 jam).
Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Deskripsi: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu mengandung toksoid tetanus dan
toksoid difteri murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
Indikasi: Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus pada anak-anak.
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia
di bawah 8 tahun.
Kontra indikasi:
Efek Samping:
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan
kadang-kadang gejala demam.
Vaksin TT
Deskripsi: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas, mengandung
toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke dalam aluminium fosfat.
Indikasi: Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
Cara pemberian dan dosis: secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml.
Kontra indikasi:
Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya.
Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
Demam atau infeksi akut.
Efek samping: Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
Penanganan efek samping:
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Anjurkan ibu minum lebih banyak.
Visi
Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas
Misi
1. Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.
2. Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
3. Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.
4. Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
5. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara
konsisten.
2. Tujuan Program KB
UU RI nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
pembangunan Keluarga
Menurut UU RI Nomor 52 tahun 2009, kebijakan Keluarga Berencana di arahkan
untuk:
2. Metode Modern
Kontrasepsi hormonal:
1) Per Oral: Pil oral kombinasi (POK), mini-pil, morning after pil
Diminum setiap hari 1 tablet
Keuntutngan:
Pil KB mudah didapat, efektif kalua digunakan secara tepat dan benar
Keluhan efek samping pemakaian Pil-KB
termasuk lebih ringan, yaitu berupa gangguan haid (merasa mules atau
perdarahan) pemakaian Pil KB dapat mengurangi resiko mengalami kanker
rahim.
Kekurangan:
Harus diminum setiap hari, tidak boleh lupa
4) AKDR/IUD/Spiral
AKDR adalah singkatan dari alat kontrasepsi dalam rahim atau dikenal juga dgn nama
IUD (Intra Uterine Devices) dan spiral
AKDR terbuat dari plastik atau plastik dan tembaga, diletakkan di dalam rahim.
AKDR mencegah pertemuan sperma dengan Ovum
Jenis: Lipper Loop, Multi Load (ML Cu), Copper-T, Copper-7
Lama Pemakaian: MLCu, Copper-Tdan Copper-7 dipakai selama 2 - 3 tahun.ada juga
dipakai selama 8 -10 tahun
Keuntungan Pemakian AKDR:
Sangat efektif, praktis
Bisa dipakai dlm jangka waktu lama
Tidak terganggu faktor lupa
Tidak mengganggu ASI
Modern Nonhormonal
5) Kontrasepsi mantap (Tubektomi, Vasektomi)
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan
wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Indikasi melakukan
Tubektomi: Kehamilan berisiko tinggi pada perempuan dengan usia di atas 40 tahun
Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah
satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat
kontrasepsi yang konvensional.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari
akseptor.
Sterilisasi sebaiknya tidak dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah,
pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu
terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi.
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 26
Keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri
25-30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih.
Health Promotion
Dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat, sebaiknya calon akseptor diberi penjelasan
tentang keuntungan dan kerugian masing-masing alat kontrasepsi, sehingga diharapkan
dapat memperkecil terjadi kehamilan serta mengurangi efek samping dari alat
kontrasepsi tersebut.
Untuk peningkatan dan perluasan pelayanannya, keluarga berencana dapat dimasukkan
ke dalam pelayanan kesehatan reproduksi serta pelayanan kesehatan primer yang lain
agar tanggap terhadap seluruh kebutuhan kesehatan reproduksi wanita. Di dalam suatu
program yang terintegrasi, harus terdapat metode kontrasepsi yang dapat diterima,
aman, dan efektif serta dapat dipakai wanita pada berbagai tahap kehidupan reproduksi.
Metode kontrasepsi juga harus dapat diterima secara seksual maupun sosial tanpa
adanya pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan secara umum.
Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2016 Gel II. 2016. Kebijakan Program Keluarga Berencana,
dan Pembangunan Keluarga dalam mendukung keluarga sehat. Jakarta.
https://www.bkkbn.go.id/#
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2015. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi