PROGRAM IMUNISASI
b. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi yaitu
Dengan diberikan imunisasi seseorang tidak mudah tertular penyakit yaitu penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
Dengan diberikanya imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka
kesakiitan) dan mortalitas ( angka kematian) pada bayi dan balita.
c. Manfaat Imunisasi
Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan olehpenyakit dan kemungkinan
cacat atau kematian
Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan stres akibat anak sering sakit.
Mendorong keluarga untuk menciptakan kondisi bagi anaknya untuk menjalani masa
kanak-kanak yang ceria dan sehat.
Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
cerdas untuk melanjutkan pembangunan negara
d. Sasaran
Berdasarkan kelompok usia, sasaran terdiri atas :
Imunisasi rutin pada bayi (Hepatitis B, BCG, Polio, DPT/HB, dan Campak),
Imunisasi rutin pada anak Sekolah Dasar kelas 1 - 3 (DT, Campak, dan TT),
Imunisasi TT pada WUS (Wanita Usia Subur)
e. Penyelenggaraan
BerdasarkanPeraturan mentri kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan imunisasibentuk-bentuk penyelenggaraan imunisasi terdiri atas:
Imunisasi wajib
Imunisasi Pilihan
1. Imunisasi rutin yaitu kegiatan imunisasai yang diselengarakan secara terus menerus
sesuai jadwal imunisasi rutin terdiri atas imunisasai dasar dan imunisasai lanjutan.
2. Imunisasi tambahan yaitu Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi
khusus yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan, dan
atau evaluasi. Meskipun beberapa diantaranya telah memiliki langkah-langkah yang
baku, namun karena ditujukan untuk mengatasi masalah tertentu maka tidak dapat
diterapkan secara rutin.
Kegiatan imunisasi tambahan ini meliputi :
Backlog Fighting : upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang
berumur di bawah 3 tahun pada desa yang tidak UCI (Universal Child
Immunization) selama 2 thn berturut-turut.
Crash Program : kegiatan yang ditujukan pada satu wilayah yang memerlukan
intervensi cepat untuk mencegah terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) pada desa
yang tidak UCI selama 3 tahun berturut-turut.
3. Imunisasi Khusus Imunisasi Khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan
untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu seperti persiapan
keberangkatan calon Jemaah haji/umroh persiapan menuju Negara endemis penyakit
tertentu dan kondisi kejadian luar biasa
JADWAL IMUNISASI
UMUR VAKSIN
0 bulan (0 7 hari) HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT- HB1,Polio2
3 bulan DPT- HB2, Polio3
4 bulan DPT -HB3, Polio4
9 bulan Campak
Untuk bayi yang lahir di RS/Pusk/RB/Rumah oleh tenaga kesehatan, maka Imunisasi HB 0
harus segera diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran. Pada RS yang mempunyai jumlah
sasaran yang cukup besar dan tempat penyimpanan vaksin (lemari es), imunisasi BCG dan
Polio1 dapat diberikan sebelum bayi pulang ke rumah (usia 0 bulan).
Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak SD & Yang Sederajat
Setelah mendapat imunisasi dasar lengkap pada saat bayi, seorang anak membutuhkan
imunisasi lanjutan pada saat usia sekolah dasar, yaitu campak dan DT dan pada siswa Kelas 1
dan imunisasi Td pada siswa kelas 2 dan 3. Pemberian Imunisasi diberikan dalam kegiatan
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yaitu pada imunisasi Campak dilaksanakan pada bulan
Agustus sedangkan imunisasi DT dan Td pada bulan November.
Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi Tetanus, yaitu pada saan ANC.
Pemberian imunisasi tidak perlu dilakukan apabila sudah dilakukan imunisasi lengkap (T5) yang
dibuktikan dengan buku KIA.
Program imunisasi pada ibu hamil dilaksanakan dalam rangka komitmen Indonesia untuk
melaksanakan Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) yaitu program eliminasi
tetanus pada neonates dan wanita usia subur termasuk ibu hamil.dikatakan tereliminasi jika
terdapat kurang dari satu kasus tetanus neonatal per 1000 Kelahiran hidup di setiap
kabupaten/kota.( sumber Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI edisi 23-30 April
2016).
a. PERENCANAAN
Sebelum memulai pelayanan imunisasi maka ada beberapa persiapan yang harus dilakukan
oleh pemberi layanan imunisasi, meliputi:
1. Persiapan Logistik
Untuk memenuhi kebutuhan logistik di posyandu, bidan menyampaikan jadwal dan jumlah
sasaran imunisasi per antigen kepada kordinator imunisasi (Korim). Korim akan
menyiapkan kebutuhan vaksin, alat suntik vaksin dan alat suntik oplos dan kotak
pengaman untuk posyandu. Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan :
a. Vaccine carrier
Alat ini adalah suatu wadah yang digunakan untuk mengirim/membawa vaksin dari
Puskesmas ke Posyandu. Vaccine carrier biasanya juga digunakan untuk
pengambilan vaksin ke kabupaten.
b. Cool Pack / Kotak dingin cair
Adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi dengan air kemudian
didinginkan dalam lemari es dengan suhu +20C s/d +80C selama minimal 12 jam
yang berfungsi untuk mempertahankan suhu dalam pengiriman vaksin.
c. Vaksin, Pelarut dan penetes
Jumlah vaksin yang diperlukan dalam pelayanan imunisasi harus sama dengan
jumlah pelarutnya begitu juga dengan jumlah penetesnya (untuk vaksin polio)
d. Alat suntik sekali pakai (ADS)
e. Safety box (Kotak Pengaman)
f. Kapas basah dan wadah
g. Bahan penyuluhan (Poster, Leaflet, dll)
h. Alat tulis (kertas, pensil dan pena)
i. Kartu-kartu imunisasi (KMS, Kartu TT, Buku KIA)
j. Kohort/Register
k. Plastik Sampah/Tempat sampah
l. Air dalam wadah dan sabun untuk cuci tangan
m. Handuk kecil untuk mengeringkan tangan
Gambar 1
Alat pemantau vaksin (VVM)
yang menunjukkan tahap-tahap yang berbeda
2. Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat
suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta,
harapan, kebutuhan dan perasaan klien. Klien mempunyai hak untuk menerima dan menolak
satu metode pelayanan kesehatan bagi mereka. Konselor berkewajiban untuk membantu
mereka dalam membuat keputusan secara arif dan benar. Semua informasi tersebut harus
diberikan dengan bahasa dan istilah yang dimengerti oleh klien.
Sebagian besar informasi tersebut disampaikan pada tahapan konseling spesifik, yaitu tahapan
di mana klien tertarik dan ingin mendapatkan pelayanan imunisasi. Konseling spesifik
dilakukan setelah konseling awal atau pendahuluan dilakukan. Dalam konseling pendahuluan,
umumnya akan diberikan gambaran umum tentang imunisasi. Walaupun secara umum, tetapi
penjelasannya harus tetap obyektif, baik keuntungan maupun keterbatasan imunisasi. Apabila
klien tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang imunisasi, baru kemudian dirujuk ke
klinik/fasilitas pelayanan kesehatan.
0 tahun 1 1 bulan
3 tahun 2
6 bulan
5 tahun 3
12 bulan
10 tahun 4
12 bulan
>25 tahun 5
4. Penyuntikan yang Aman
b. PEMANTAUAN
vaksin sebaiknya dibuang kecuali kalau vaksin di dalam vaccine carier ini memiliki
VVM yang menunjukkan bahwa vaksin masih aman digunakan.
1. Sisa vaksin yang belum dibuka diberi tanda khusus untuk digunakan pada jadwal
pelayanan berikutnya
2. Semua sisa vaksin yang sudah dipergunakan pada komponen lapangan meliputi
posyandu, sweeping, BIAS atau pelayanan di luar gedung lainnya harus dibuang,
jangan dimasukkan kembali ke dalam lemari es.
3. Masukkan vial kosong dan vial terbuka dari vaksin-vaksin yang telah dicampur
dengan pelarut ke dalam wadah terpisah untuk dibawa ke tempat pembuangan.
e. Membersihkan vaccine carier dengan kain basah dan memeriksa apakah terjadi keretakan pada
alat ini. Memperbaiki keretakan dengan plester. Sekali-sekali vaksin carier dapat juga dicuci
dengan sabun supaya tidak bau dan pengab, kemudian dikeringkan dengan
membalikkan/menengkurapkan vaccine carrier atau dilap kering.
f. Data yang terdapat pada kohort bayi dan ibu akan direkap oleh pengelola imunisasi Puskesmas
b. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun
tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa
sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak
langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.
c. Reaksi vaksin
Gejala KIPI yang disebabkan reaksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih
dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan.
Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaktik sistemik
dengan risiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum
dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus,
perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk
kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan
ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
Pemantauan KIPI
Tujuan utama pemantauan kasus KIPI adalah untuk mendeteksi dini, merespon kasus
KIPI atau diduga kasus KIPI dengan cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi
terhadap kesehatan individu dan terhadap program imunisasi. Hal ini merupakan indikator
kualitas program.
Bagian yang terpenting dalam pemantauan KIPI adalah menyediakan informasi kasus
KIPI atau diduga kasus KIPI secara lengkap agar dapat dengan cepat dinilai dan dianalisis
untuk mengidentifikasi dan merespon suatu masalah. Respon merupakan suatu aspek tindak
lanjut yang penting dalam pemantauan KIPI
Pelaporan KIPI
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pelaporan
1. Indentitas : nama anak, tanggal dan tahun lahir (umur), jenis kelamin nama rang tua dan
alamat harus jelas
2. Jenis v aksin yang diberikan, dosis, nomor batch, siapa yang memberikan. Vaksin sisa
disimpn dan diperlukan seperti vaksin yang masih utuh (perhatikan cold chain)
3. Nama dokter yang bertanggung jawab
4. Adakah KIPI pada imunisasi terdahulu
5. Gejala klinis yang timbul dan atau diagnosis (bila ada) bila tidak terdeteksi dalam
kolom tertulis. Pengobatan yang diberikan dan perjalanan penyakit, (sembuh, dirawat
atau meninggal). Sertakan hasil laboratorium yang pernah dilakukan. Tulis juga apabila
terdapat penyakit lain yang menyertai
6. Waktu pemberian imunisasi (tanggal, jam)
7. Saat timbulnya gejala KIPI sehingga diketahui, berapa lama interval waktu antara
pemberian imunisasi dengan terjadinya KIPI
8. Apakah terdapat gejala sisa, setelah dirawat dan sembuh
9. Bagaimana cara menyelesaikan masalah KIPI (kronologis)
10. Adakah tuntutan dari keluarga
Program imunisasi dituntut untuk pelaksanakan ketentuan program secara efektif. Untuk itu
pengelola program harus dapat menjalankan fungsi koordinasi dengan baik. Ada dua macam
fungsi koordinasi, yaitu vertical dan horizontal. Kerjasama horizontal terdiri dari kerjasama
lintas program dan sektoral.
Berikut adalah dua sistem untuk menindaklanjuti drop out yang bisa digunakan dengan
mudah.
Misalnya, bila bayi menerima DPT/HB1 pada bulan Januari, masukkan kartu peringatan
pada bulan Februari, bulan dimana DPT/HB2 harus diberikan. Pada bulan Februari, jika
bayi hadir ketika DTP/HB2 harus diberikan, lakukan update untuk kartu peringatan dan
masukkan kartu ini dalam bulan Maret ketika DTP/HB3 harus diberikan. Setiap bulan,
lakukan review terhadap kartu peringatan dan tindaklanjuti mereka yang tidak hadir ketika
vaksinasi harus diberikan termasuk kegiatan KIA lainnya.
Jika sasaran yang drop out ditindaklanjuti secara tetap setiap bulan, akan membuat tugas
menjadi lebih mudah. Cara menindaklanjuti sasaran yang drop out bisa langsung
menghubungi ibu atau meminta bantuan kepada anggota masyarakat seperti kader.
Misalnya, anda bisa memberikan daftar bayi dan ibu kepada tokoh masyarakat atau kader
yang kemudian memberitahu kepada ibu dan sasaran untuk kembali lagi guna menerima
dosis yang harus diberikan termasuk kegiatan KIA lainnya.
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri,
virus), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis
B.
Kemasan :
Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan. 1 box vaksin hepatitis B PID
terdiri dari 100 HB PID.
Efek Samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Kemasan :
1 box vaksin terdiri dari 10 Vial. 1 vial berisi 10 dosis. Vaksin polio adalah vaksin yang
bebentuk cairan. Setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetes (dropper) terbuat dari
bahan plastik
Efek Samping :
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull WHO
66 : 1988)
Kontraindikasi:
Pada individu yang menderita immune deficiency. Tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan
setelah sembuh
Kontraindikasi:
Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim, furunkulosis dan
sebagainya.
Mereka yang sedang menderita TBC.
Efek samping:
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2
minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang
berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan,
akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi
pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan
menghilang dengan sendirinya.
4. Vaksin DPT HB
Diskripsi :
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan
pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus
yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious. (Vademecum Bio Farma
Jan 2002)
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis
B
Kemasan :
1 box vaksin DPT-Hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis. Warna vaksin putih
keruh seperti vaksin DPT
5. Vaksin Campak
Diskripsi : Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis
( 0, 5 ml ) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan
tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.
(Vademecum Bio Farma Jan 2002)
Kemasan :
1 box vaksin terdiri dari 10 Vial
1 vial berisi 10 dosis
1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml
Vaksin ini berbentuk beku kering
Efek Samping:
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang
dapat terjadi 8 12 hari setelah vaksinasi.
Kontraindikasi:
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma
6. Vaksin DT
Diskripsi : Vaksin jerap DT (Difteri dan Tetanus) adalah vaksin yang mengandung
toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan (Vademecum Bio Farma Jan 2002)
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus
Kemasan :
1 box vaksin terdiri dari 10 Vial
1 vial berisi 10 dosis
Vaksin DT adalah vaksin yang bebentuk cairan
Efek Samping :
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara,
dan kadang-kadang gejala demam.
Kontraindikasi:
Gejala-gejala berat karena dosis pertama DT
7. Vaksin TT
Diskripsi :
Vaksin jerap TT (Tetanus Toksoid) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang
telah dimurnikan dan terabsorbsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat.Thimerosal 0,1
mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi
sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir
dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan
tetanus pada ibu bayi. (Vademecum Bio Farma Jan 2002)
Kemasan :
1 box vaksin terdiri dari 10 Vial
1 vial berisi 10 dosis
Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan
Efek Samping :
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala
demam.
Kontraindikasi:
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT
A. Sifat Vaksin
Sifat vaksin dapat digolongkan berdasarkan kepekaan/sensitifitasnya terhadap suhu yaitu:
1. Vaksin yang sensitif terhadap beku ( Freeze sensitive= FS) yaitu golongan vaksin
yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau suhu pembekuan:
seperti vaksin Hepatitis B-PID, DPT-HB, DT, dan TT.
2. Vaksin yang sensitif terhadap panas ( Heat sensitive = HS), yaitu golongan vaksin
yang akan rusak bila terpapar/terkena suhu panas yang berlebihan : seperti vaksin
Polio, BCG dan Campak.
C. Kerusakan Vaksin
1. Kerusakan Terhadap Suhu
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada kedua golongan vaksin menyebabkan umur
vaksin menjadi berkurang. Masing-masing vaksin berbeda, sesuai dengan kepekaannya
terhadap suhu yang tidak tepat. Hal ini dapat dilihat dari keterangan seperti pada tabel di
bawah ini :
Sedangkan sisa vaksin yang sudah dibuka pada pelayanan dinamis (posyandu, sekolah) tidak
dapat dipakai kembali.
POKOK BAHASAN 4
C. PENYUNTIKAN YANG AMAN
A. Menggunakan Alat Suntik dan Teknik Penyuntikan yang Aman
Piston bergerak ke belakang dan ke depan hanya sekali, sehingga petugas kesehatan sebaiknya
tidak menggerakkan piston jika tidak perlu dan tidak mencoba untuk menyuntikkan udara ke
dalam vial/ampul karena ini akan merusak semprit.
2. Teknik Penyuntikan
1. Imunisasi Hepatitis B
Suntikan diberikan secara intra muskular pada paha kanan bagian anterolateral
Cara pemberian:
1) Buka kantong alumunium/plastik dan keluarkan alat suntik PID
2) Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya
diantara jari telunjuk dan jempol, dan dengan gerakan cepat dorong tutup jarum ke arah
leher. Teruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dan leher.
3) Buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan tusukkan jarum pada
anterolateral paha secara intramuskular, tidak perlu dilakukan aspirasi.
4) Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservoir kempis cabut alat suntik
4. Imunisasi DPT/HB
Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuskular dengan dosis 0,5 cc
Cara Pemberian :
a) Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh
kaki telanjang.
b) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
c) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk.
d) Masukkan jarum dengan sudut 900.
e) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam otot.
Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit
5. Imunisasi Campak
Suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc
Cara Pemberian :
a) Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan
telanjang.
b) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda untuk
menekan ke atas lengan bayi
c) Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 450.
d) Untuk mengontrol jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu jari dan jari telunjuk
anda tetapi jangan sentuh jarum
Seperti halnya penggunaan peralatan suntik yang aman, adalah sama pentingnya untuk
memberikan vaksin yang tepat, yang telah disimpan dengan baik di tempat penyimpanan
dan pendistribusian vaksin, yang dicampur dengan pelarutnya dan diberikan secara aman.
1. Sebelum pelaksanaan
Periksa label vaksin dan pelarut
Periksa tanggal kadaluarsa
Periksa VVM
Jangan gunakan:
vaksin tanpa label
vaksin yang kadaluarsa
vaksin dengan status VVM telah C atau D
Adalah alat suntik yang setelah satu kali digunakan secara otomatis menjadi rusak dan
tidak dapat digunakan lagi (telah dibahas lebih lengkap pada halaman 28)
Gambar
Pembuatan dan Penggunaan Kotak Pengaman
Jika tidak terdapat kotak pengaman, petugas kesehatan bisa membuat kotak tempat limbah medis
tajam yang baik seperti contoh berikut:
Dapatkan kotak karton yang kuat (toko setempat mungkin bisa membantu). Jika mungkin,
dinding kotak sebaiknya cukup kuat sehingga jarum tidak mudah menembus karton dan
menusuk seseorang yang memegang kotak tersebut.
Jika perlu, perkuat dinding wadah dengan menaruh satu kotak di dalam kotak yang lain. Jika
kotak terlalu tipis, jarum bisa menusuk melalui sisi-sisi kotak.
Tutup bagian atas dan bawah rapat-rapat.
Buat lubang kecil di bagian atas cukup untuk memasukkan semprit dan jarum.
Jika isi kotak sudah hampir penuh, segel tutupnya.
Hancurkan kotak dengan hati-hati dan sempurna
Semua alat suntik pada akhirnya harus dimusnahkan. Semprit dan jarum bekas sebaiknya tidak
pernah dibuang di tempat-tempat terbuka dimana orang-orang mungkin menginjak alat-alat ini
atau anak-anak mungkin menemukannya. Semprit dan jarum bekas sebaiknya tidak pernah
dibuang bersama dengan jenis-jenis sampah lainnya.
1. Letakkan kotak pengaman di tempat yang terjangkau oleh petugas kesehatan. Setiap kali
selesai melakukan penyuntikan, segera masukkan semprit dan jarum ke dalam kotak
pengaman atau wadah untuk benda-benda tajam.
2. Setelah pelayanan imunisasi atau ketika isi kotak pengaman sudah hampir penuh, tutup
kotak tersebut
3. Cari tempat yang aman untuk menimbun atau membakar kotak