Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, atau usaha untuk memberikan kekebalan
pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh guna merangsang
pembuatan anti bodi yang bertujuan untuk mencegah penyakit tertentu.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Imunisasi


merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan
salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata
komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya
untuk menurunkan angka kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017). Di
Indonesia, imunisasi yang telah diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana juga yang telah
diwajibkan WHO antara lain; imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak dan Polio.

Program imunisasi merupakan sebuah keberhasilan dalam mencegah penyakit


infeksi. Hal ini terbukti dari menurunnya insiden penyakit menular di Amerika Serikat dan
negara lain sejak pertengahan abad ke-20. Di Indonesia sejak tahun 1990, cakupan
imunisasi dasar telah mencapai lebih dari 95%. Hasil survei Riskesdas tahun 2018
didapatkan data cakupan imunisasi HB-0 (83,1%), BCG (86,9%), DPT-HB-Hib-3 (61,3%),
Polio-4 (67,6%), dan imunisasi campak (77,3%). Survei ini dilakukan pada anak usia 12–
23 bulan.

Dari angka tersebut dapat kita amati angka cakupan imunisasi DPT-HB-Hib-3 baru
menginjak angka 61,3% dan untuk imunisasi Polio-4 baru menginjak 67,6%, hal ini masih
dikatakan jauh dari harapan setidaknya sebesar 90%. Padahal penyakit seperti Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, dan Influenza tipe B serta Polio berbahaya bagi kesehatan
anak. Bahkan lebih parahnya lagi pada tahun 2017-2018 wabah difteri menjadi Kejadian
Luar Biasa yang padahal hal tersebut dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.

1
Maka dari itu, diperlukan pemahaman lebih akan ilmu serta penerapannya
mengenai imunisasi BCG dan Polio dalam “Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan
Imunisasi BCG dan Polio Pada By. A di PMB Sri Rahayu., S.Tr.Keb – Jagir Sidoresmo
VIII No.45”

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan imunisasi BCG dan Polio pada
Anak menurut alur pikir varney serta mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar imunisasi
2. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan imunisasi
3. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun
4. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidananan
5. Melakukan pembahasan berdasarkan teori

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Praktik Mandiri Bidan
Diharapkan dapat memberikan masukan dan pembelajaran yang bermanfaat dalam
pengembangan pelayanan kesehatan dan pengembangan riset terutama yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan pada imunisasi.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Bisa memberikan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan terutama pada asuhan kebidanan pada imunisasi.
1.3.3 Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan kebidanan, terutama
pada yang di imunisasi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Imunisasi


2.1.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak
hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada orang dewasa. Cara kerja
imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang system imun tubuh untuk
membentuk antibodi. Antibodi menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut.
(Depkes,2016)
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang
sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang apabila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. (Kemenkes,
2017)

2.1.2 Tujuan Imunisasi


Tujuan pemberian imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan, kematian serta
kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

2.1.3 Manfaat Imunisasi


1. Menghindarkan bayi dari serangan penyakit.
Dengan memberikan imunisasi pada anak sejak dini diharapkan kesehatan anak
akan tetap terjaga hingga anak tumbuh menjadi lebih aktif dan juga dewasa.

3
2. Memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit menular.
Memberikan imunisasi pada anak sejak dini berarti telah menambah jumlah anak
yang memiliki kekebalan tubuh yang tinggi terhadap serangan penyakit.
3. Meningkatkan kesehatan nasional.
Manfaat imunisasi bagi anak dan bayi selain dapat menghindarkan dari penyakit
menular juga dapat meningkatkan kesehatan anak dalam taraf nasional. Sehingga anak-
anak akan merasa aman karena terbebas dari penyakit-penyakit berbahaya yang bisa
menular.

2.1.4 Jenis-jenis Imunisasi


Berikut adalah pembagian jenis imunisasi menurut Kemenkes, 2014 :
I. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas
imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.
A. Imunisasi rutin
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus-menerus sesuai
jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjut
1) Imunisasi Dasar, meliputi:

a. Vaksin BCG

Deskripsi : Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung


Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan.
Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis
Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali. Disuntikkan secara intrakutan di
daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus).
Efek samping : 2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan
timbul bisul kecil (papul) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi
dalam waktu 2-4 bulan, kemudian sembuh perlahan dengan menimbulkan
jaringan parut dengan diameter 2-10 mm.

4
b. Vaksin DPT – HB – HIB
Deskripsi : Pentabio adalah vaksin kombinasi DPT-HB-HIB, yaitu berupa
suspense homogeny yang mengandung toksoid difteri atau tetanus murni;
bakteri pertussis (batuk rejan) inaktif; antigen permukaan hepatitis B (HBsAg)
murni yang tidak infeksius; serta komponen Hib tidak infeksius yang
merupakan hasil konjugasi antara sub unit polisakarida dari kapsul haemophilus
influenza tipe B dengan toksid tetanus.
Indikasi : untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertussis (batuk rejan),
Hepatitis B dan infeksi Haemophilus influenza tipe B secara simultan.
Dosis pemberian : Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada
anterolateral paha atas sebelah kanan. Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
Efek samping : reaksi local sementara seperti bengkak, nyeri dan
kemerahan pada lokasi suntikan disertai dengan demam dapat timbul dalam
sejumlah besar kasus. Kadang reaksi berat seperti demam tinggi, irritabilitas
(rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah
pemberian vaksin.

c. Vaksin Hepatitis B
Deskripsi : Vaksin virus recombinan yan telah diinaktivasikan dan bersifat
non-infecious, berasal dari HBsAg.
Indikasi : untuk mencegah tertular penyakit Hepatitis B
Dosis pemberian : Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler,
sebaiknya pada anterolateral paha kanan.
Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama usia 0-7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1
bulan)
Efek samping : reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat
ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

5
d. Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV])
Deskripsi : Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspense virus
poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan.
Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Dosis pemberian : secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes), sebanyak 4
kali (dosis) pemberian dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Efek samping : sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral.
Setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan/minum seperti biasa.
Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang.

e. Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)


Deskripsi : vaksin polio yang berbentuk injeksi
Indikasi : untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan pada individu
dimana polio oral menjadi kontra indikasi.
Dosis pemberian : Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam di
anterolateral paha kiri, dengan dosis pemberian 0,5 ml. IPV dapat diberikan
setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan rekomendasi dari WHO.
Efek samping : reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan,
bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan
selama satu atau dua hari.

f. Vaksin Campak
Deskripsi : vaksin virus hidup yang dilemahkan
Indikasi : pmberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
Dosis pemberian : 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas
atau anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan.
Efek samping : dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi

6
2) Imunisasi Lanjutan, meliputi :
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.
a. Vaksin DT, Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5
ml. Dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun.
b. Vaksin Td, Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml.
c. Vaksin TT, disuntikkaan secara intra muskular atau subkutan dalam,
dengan dosis 0,5 ml.

B. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah Backlog fighting, Crash
program, PIN (Pekan Imunisasi Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak dan
Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI).

C. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu
antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umrah, persiapan perjalanan
menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis
imunisasi khusus, antara lain terdiri atas Imunisasi Meningitis Meningokokus,
Imunisasi Demam Kuning, dan Imunisasi Anti-Rabies.

7
II. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid,
Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese
Ensephalitis, dan HPV.

2.1.5 Macam Macam Imunisasi Dasar dan Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi

1. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)


Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC). TBC
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada manusia, TBC terutama
menyerang sistem pernafasan (TB paru), meskipun organ tubuh lainnya juga dapat
terserang (penyebaran atau ekstra paru TBC). Bakteri ini dapat menyerang berbagai
organ tubuh, seperti paru-paru, kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau
selaput selaput otak (yang terberat).
Kementrian Kesehatan menganjurkan pemberian imunisasi BCG ini sebaiknya
dilakukan pada bayi yang baru lahir hingga usia ± 6 bulan, tetapi imunisasi ini
sebaiknya dilakukan pada bayi sebelum berumur 3 bulan dan sebaiknya pada bayi
dengan uji mantoux (tuberculin) negatif. Jika hasil tesnya positif maka hal ini
menunjukkan bahwa orang tersebut telah memiliki kekebalan tubuh terhadap TB.

2. Imunisasi DPT-Hib-Hb (Difteri, Pertusis, Tetanus, Haemophilus Influenza Tipe B


dan Hepatitis)
Imunisasi DPT-Hib-HB bertujuan untuk mencegah 6 penyakit sekaligus, yaitu
difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis. Difteri merupakan
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat
ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas.
Penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau

8
batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi
bakteri difteri.
Pertusis, merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman Bordetella
Pertussis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang menyebabkan ambang rangsang
batuk menjadi rendah sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan akan terjadi batuk
yang hebat dan lama, batuk terjadi beruntun dan pada akhir batuk menarik napas
panjang terdengar suara “hup” (whoop) yang khas, biasanya disertai muntah.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium
tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak
terdapat zat asam (oksigen). Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang
dewasa. Pada bayi penularan disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa alat
yang steril atau dengan cara tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan
tradisional yang terkontaminasi spora kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang
dewasa bisa terinfeksi karena luka yang kotor atau luka terkontaminasi spora kuman
tetanus, kuman ini paling banyak terdapat pada usus kuda berbentuk spora yang
tersebar luas di tanah.

3. Imunisasi campak
Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak. Campak, measles atau rubela adalah penyakit virus akut yang disebabkan
oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal
sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara
(airborne).

4. Imunisasi polio
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis.
Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat 2
macam vaksin polio:
1) Inactivated Polio Vaccine (IPV), mengandung virus polio yang telah dimatikan
dan diberikan melalui suntikan.

9
2) Oral Polio Vaccine (OPV), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan
diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Poliomielitis adalah penyakit pada susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh
satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3. Struktur
virus ini sangat sederhana, hanya terdiri dari RNA genom dalam sebuah caspid tanpa
pembungkus. Ada 3 macam serotipe pada virus ini, tipe 1 (PV1), tipe 2 (PV2), dan
tipe 3 (PV3), ketiganya sama-sama bisa menginfeksi tubuh dengan gejala yang sama.
Penyakit ini ditularkan orang ke orang melalui fekal-oral-route.

5. Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh berkenalan terhadap
penyakit hepatitis B. Hepatitis disebakan oleh virus yang telah mempengaruhi organ
liver (hati). Virus ini akan tinggal selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit
virus hepatitis berisiko terkena kanker hati atau kerusakan pada hati. Virus hepatitis
B ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk darah, ludah dan
air mani.

2.1.6 Jadwal Imunisasi


Berikut jadwal yang sudah ditentukan oleh Kemenkes, 2014 :
A. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar
Usia Imunisasi
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG
Polio 1
2 bulan DPT-HB-HIB 1
Polio 2
3 bulan DPT-HB-HIB 2
Polio 3
4 bulan DPT-HB-HIB 3
Polio 4
IPV
9 bulan Campak

10
B. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Balita
Usia Imunisasi
18 bulan Imunisasi Lanjutan
DPT/HB/HIB
24 bulan Imunisasi lanjutan
Campak

C. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Sekolah


Usia Imunisasi
1 SD DT
Campak
2 SD Td
3 SD Td

D. Jadwal Imunisasi Lanjutan Tetanus Toksoid (TT)


Status TT/Usia Imunisasi
DPT-HB-HIB 1 TT1
DPT-HB-HIB 2 TT2 (3 Tahun)
DT (Kelas 1 SD) TT3 (5 Tahun)
TD (Kelas 2 SD) TT4 (10 Tahun)
TD (Kelas 3 SD) TT5 (25 Tahun)

11
2.2 Konsep Daasar Asuhan Kebidanan Imunisasi BCG dan Polio Menurut Varney

2.2.1 Pengkajian
Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik subyektif maupun data obyektif
disertai hari/tanggal dan jam pada saat dilakukan pengkajian.
A. Data Subjektif
a. Biodata Bayi
- Nama Bayi : Untuk mengetahui identitas bayi bahwa bayi tersebut
adalah benar-benar anak dari orang tuanya.
- Jenis Kelamin : Untuk perbedaan jenis/gender
- Tanggal lahir : Untuk mengetahui umur bayi
- Anak ke berapa : Untuk mengetahui bayi tersebut anak keberapa
b. Biodata Orang tua
- Nama Ayah/Ibu : Untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya
kekeliruan
- Umur Ibu : Untuk mengetahui keadaan Ibu terutama pada persalinan
pertama
- Suku : Untuk mengetahui adat istiadat yang dianut
- Pekerjaan Ayah/Ibu: Untuk mengetahui status ekonomi dan aktivitas (Ibu) serta
sosial ekonomi penderita agar nasehat kita nanti sesuai.
- Pendidikan : Untuk mengetahui status pengetahuan orang tua.
- Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien,
akan memudahkan bidan melakukan pendekatan didalam melaksanakan asuhan
kebidanan
- Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien berada, dapat
menilai apakah lingkungan cukup aman bagi bayi.
c. Alasan Datang
Untuk mengetahui penyebab apa yang menyebabkan klien dibawa ke praktik
mandiri bidan

12
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat petugas mengkaji agar
dapat mengetahui tindakan apa dilakukan
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama anggota keluarga yang
mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis
- Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan
pembekuan darah, jiwa, asma
f. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Ibu
- Kehamilan : Ditanyakan pada Ibu kondisi apa yang pernah dirasakan
ketika kehamilan anak ini.
- Persalinan : Ditanyakan pada Ibu melahirkan dimana, ditolong siapa,
bagaimana caranya serta penyulit yang dialami sewaktu Ibu melahirkan,
kemudian ditanyakan tentang jenis kelamin, berat badan, panjang badan bayi
yang dilahirkan.
- Nifas : Ditanyakan kepada ibu kondisi saat masa nifas khususnya
ASI yang diberikan pada anak ini.
g. Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui apakah anak telah mendapat imunisasi lengkap/tidak
h. Pola fungsional
Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas personal
hygiene anak.
i. Riwayat Psikologi dan Budaya
- Psikologi : Bagaimana respon Ibu dan keluarga terhadap kelahiran anaknya
- Sosial : Apakah hubungan Ibu dengan suami keluarga serta petugas
kesehatan baik atau tidak
- Budaya : Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang merugikan
termasuk pantang makan, minum jamu dan kebiasaan berobat jika sakit

13
B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik/cukup/lemah
Kesadaran : composmentis/koma
Tanda-tanda Vital :
Pernafasan : normal (40 - 60 x / menit)
Suhu : normal (36,5 - 37,5oC)
Nadi : normal (100 - 160 x/menit)
BB : untuk mengetahui pertumbuhan anak
PB : untuk mengetahui pertumbuhan anak

b. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Kepala : Tidak ada benjolan abnormal
- Wajah : Tidak pucat dan tidak kuning
- Mata : Sklera tidak kuning, konjungtiva tidak anemis
- Hidung : Tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
- Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada labioschisis, tidak ada
labiopalatoschisis, lidah bersih
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen
.- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran
limfe
- Dada : Gerak nafas teratur, tidak ada retraksi
- Perut : Tidak ada benjolan abnormal.
- Ekstremitas
Atas : Tidak terdapat polydaktil maupun syndaktil
Bawah : Tidak terdapat polydaktil maupun syndaktil
Reflek : +/+
- Genetalia : Bersih, testis sudah turun ke scrotum
- Anus : Bersih, tidak terdapat atresia ani dan tidak ada atresia rekti.

14
b. Palpasi
- Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal.
- Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, dan tidak teraba pembesaran vena
jugularis.
- Perut : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak terana pembesaran
hepar.
- Ekstremitas
Atas : Tidak teraba adanya retensi air (tidak edema).
Bawah : Tidak teraba adanya retensi air (tidak edema).
- Integumen : Bersih, turgor baik
c. Auskultasi
- Dada : Nadi teratur 100x / menit
- Perut : Terdengar bising usus ± 12x / menit
d. Perkusi
- Abdomen : Tidak kembung

2.2.2 Identifikasi Diagnosa / Masalah


Contoh : By.A umur 2 bulan dengan imunisasi BCG dan Polio 1

2.2.3 Antisipasi Masalah Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Diagnosa
potensial pada balita dengan imunisasi BCG dan polio adalah keluarnya nanah pada
bekas suntikan.

15
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan
yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan yang dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah sebelumnya harus merumuskan
tindakan segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan
secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan. Tindakan segera dalam
imunisasi BCG yang perlu disiapkan adalah contoh cairan antiseptik yang digunakan
untuk mengompres bekas suntikan apabila mengeluarkan cairan/nanah.

2.2.5 Perencanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
R/ Ibu dapat mengetahui kondisi anaknya
2. Jelaskan manfaat imunisasi BCG dan Polio 1
R/ Menambah pengetahuan ibu tentang imunisasi
3. Jelaskan pada ibu tentang efek samping pemberian imunisasi BCG dan Polio 1
R/ Ibu dapat mengerti tentang apa yang akan terjadi, pada bayi setelah pemberian
imunisasi BCG dan Polio 1
4. Berikan imunisasi BCG dan Polio 1
R/ Pemberian imunisasi BCG dan Polio 1 yang ampuh dan sesuai standart yang akan
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
5. Menjelaskan kepada ibu untuk mengompres bekas suntikan dengan menggunakan
cairan antiseptik, apabila bekas suntikan mengeluarkan cairan atau nanah yang
berlebih
R/ Contoh cairan antiseptik yaitu detol, air rebus.
6. Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif
R/ Asi mengandung antibodi bagi tubuh bayi
7. Beritahu ibu tentang jadwal imunisasi berikutnya untuk imunisasi Pentabio 1 dan
Polio 2
R/ Monitor terhadap terpenuhinya imunisasi untuk pencegahan penyakit tertentu

16
2.2.6 Penatalaksanaan
Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya oleh
bidan dan sebagian oleh pasien atau tim kesehatan lainnya Dilakukan sesuai dengan
perencanaan dan kondisi bayi.

2.2.7 EVALUASI
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari
asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

17
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 9 Desember 2019


Pukul : ±16.00 WIB
Tempat : PMB Sri Rahayu., S.Tr.Keb – Jagir Sidoresmo VIII No.45
Pengkaji : Dyah Aisyah Rachmawatie

3.1 Identitas Bayi


Nama anak : By. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 6 Oktober 2019
Umur : 2 bulan 3 hari

Identitas Orang Tua


Nama ibu : Ny. N Nama ayah : Tn. S
Umur : 30 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Jagir Sidoresmo Alamat : Jagir Sidoresmo
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

3.2 Data Subjektif


- Alasan datang
Ibu ingin melakukan imunisasi BCG dan Polio1 pada bayinya
- Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya berusia 2 bulan, hanya mendapatkan imunisasi Hb 0 saat
lahir. Ibu mengatakan saat ini bayinya sehat, tidak ada keluhan seperti batuk, pilek
dan panas.

18
- Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan keluarga dan dirinya tidak ada yang menderita penyakit menular
maupun penyakit menurun seperti diabetes mellitus, hipertensi dan jantung.
- Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kehamilan :
Persalinan : By. A lahir dengan usia gestasi 37 minggu di praktik bidan. Ibu
melakukan persalinan spontan normal tanpa komplikasi apapun. By. A lahir spontan,
menangis kuat dengan berat 3000 gram dan panjang 47 cm
Nifas : Ibu tidak mengeluhkan apa-apa. Ibu memberikan ASI kepada bayi segera
setelah lahir.
- Riwayat Imunisasi
By. A telah diberikan imunisasi HB0. Selama imunisasi tidak ada efek yang parah.
- Pola Fungsional
Nutrisi : Bayi diberikan ASI Ekslusif sampai sekarang
Aktivitas : Bayi bergerak aktif
Istirahat : Bayi tidur siang selama + 3 – 4 jam. Tidur malam selama + 10 – 12 jam
Eliminasi: Bayi BAB 1-2x/hari, konsistensi lembek, warna kuning
BAK : ±8x/hari, teratur, warna jernih
Personal Hygiene : Bayi mandi 2x/hari
- Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan : saat By.A berusia 1 bulan berat badannya 3150 gram dengan panjang
badan 47,5 cm
Perkembangan :
- Penglihatan : tertarik pada benda atau mainan berwarna cerah dan mainan yang
bisa berbunyi
- Motorik : dapat menegakkan kepala meskipun belum sempurna, dapat
membuka dan menutup atau bermain dengan jarinya.
- Psikososial budaya
Ibu dan suami selalu memeriksakan kesehatan apabila bayi sakit. Ibu dan suami
mendukung program imunisasi. Tidak ada adat yang membahayakan bayi.

19
3.2 Data Objektif
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Nadi : 100x/mnt
- Suhu : 36,8°C
- RR : 40x/mnt
- BB : 3,4 kg
- PB : 49 cm
Pemeriksaan fisik
- Kepala : tidak ada benjolan abnormal
- Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
- Hidung : tidak ada secret
- Dada : tidak ada tarikan dada
- Abdomen : tidak ada pembesaran organ dan tidak teraba benjolan
- Ekstremitas : tonus otot kuat, bergerak aktif

Data Rekam Medis


6 Oktober 2019 : By. A mendapat imunisasi Hb0

3.3 Analisa
Bayi sehat usia 2 bulan 3 hari pro imunisasi BCG dan Polio 1

3.4 Penatalaksanaan
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa bayinya sehat dan dapat dilakukan tindakan
imunisasi.
2) Menjelaskan manfaat imunisasi BCG yaitu untuk mencegah penyakit TB yang disebabkan
oleh bakteri tuberculosis. Efek samping dari imunisasi BCG tersebut adalah timbulnya
papul/bisul dalam 2-6 minggu pasca imunisasi dan akan mengeluarkan nanah. Pada 2-4
bulan berikutnya, bekas suntikan akan menimbulkan jaringan parut.
E: Ibu mengerti

20
3) Menjelaskan manfaat imunisasi Polio mencegah penyakit poliomyelitis. Pada imunisasi
polio jarang sekali ditemukan efek samping yang berarti, setelah imunisasi bayi dapat
minum ASI seperti biasa.
E : Ibu mengerti
4) Memasang bedong pada bayi sebagai fiksasi tubuh dengan posisi tangan kanan diluar, agar
memudahkan saat melakukan penyuntikan vaksin.
5) Menyiapkan alat :
Vaksin BCG
Cairan pelarut
Vaksin Polio
1 buah penetes (dropper)
Spuit 0,5 ml
Kapas Air DTT/alcohol swab
6) Melarutkan vaksin BCG dan memasukkan vaksin ke dalam spuit sebanyak 0,05 cc dan
memasang alat penetes (dropper) pada ampul vaksin polio.
E: Vaksin BCG dan polio siap diberikan
7) Memberikan suntikan imunisasi BCG 0,05 cc pada lengan kanan atas (insertio musculus
deltoideus) secara intrakutan.
8) Memberikan imunisasi polio sebanyak 2 tetes (0,01 cc = 1 dosis) melalui oral
E: vaksin BCG dan Polio 1 diberikan sesuai prosedur
9) Menjelaskan HE mengenai :
a. Penanganan efek samping pada bekas suntikan, efek samping yang kerap timbul
adalah rasa sakit, nyeri dan panas pada bekas suntikan. Penanganan yang dilakukan
yaitu dengan cara mengompres bekas suntikan dengan air dingin. Apabila bekas
suntikan mengeluarkan cairan dapat dikompres dengan cairan antiseptic, namun
apabila bekas suntikan mengeluarkan cairan berlebih disertai nanah segera membawa
By. A ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan
b. Memberi rangsangan bayi
Penglihatan : memberi By. A mainan dengan berbagai macam warna dan bentuk
Pendengaran : sering mengajak bicara untuk melatih kemampuan berbahasa

21
Belajar tengkurap : merangsang By.A untuk belajar tengkurap mulai dari merangsang
agar miring ke kiri/kanan
Mengangkat kepala : merangsang By. A agar dapat menegakkan leher dan
kepalanya sendiri dengan cara menggoyangkan mainan di depannya agar By.A dapat
mengangkat kepalanya saat posisi tengkurap atau juga Ibu dapat menstimulasi dengan
cara meletakkan By.A telentang kemudian memegang kedua tangannya dan menarik
perlahan ke posisi duduk, kepala dan leher By.A akan mengikuti pada posisi garis lurus
dengan punggungnya.
c. Memberikan ASI ekslusif selama ±6 bulan secara on demand yaitu sesuai dengan
kebutuhan By.A, jika By.A sudah menunjukkan perilaku rasa lapar maka Ibu harus
segera memberikan ASI dan menyudahi apabila By.A sudah menunjukkan rasa
kenyang
E : ibu mengerti

10) Menjadwalkan imunisasi selanjutnya saat bayi berusia 3 bulan untuk mendapat imunisasi
Pentabio 1 dan Polio 2
E : Ibu mengerti dan bersedia datang kembali

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada saat pengkajian, Ibu mengatakan anaknya saat ini berusia 2 bulan dan sudah
diberikan imunisasi HB0 pada saat lahir. Ibu juga mengatakan bahwa saat ini bayinya sehat,
tidak ada keluhan seperti batuk, pilek dan panas. Pada pengkajian data objektif didapatkan
tanda-tanda vital dalam batas yang normal dan tidak ada kesenjangan. Pada saat pemeriksaan
fisik pun By. A tidak ditemukan kelainan apapun Setelah dilakukan pemeriksaan tersebut, By.
A dinyatakan benar-benar sehat dan dapat diberikan imunisasi BCG dan Polio 1.

Dalam teori, pemberian imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan pada saat bayi berumur 1
bulan. Namun By. A sudah berusia 2 bulan dan baru akan diberikan imunisasi BCG dan Polio
1. Berdasarkan data rekam medis didapatkan ternyata By. A sudah menunda pemberian
imunisasi BCG dan Polio 1 dikarenakan By. A sakit saat akan diberikan imunisasi. Dan baru
dapat diberikan imunisasi BCG dan Polio 1 pada tanggal 9 Desember 2019. Sehingga
pemberian imunisasi selanjutnya juga mundur 1 bulan dari yang ada dalam teori. Menurut
dokter spesialis anak, bahwa sebenarnya tidak ada kata terlambat untuk memberikan imunisasi
kepada anak, apalagi imunisasi tertunda akibat dari kondisi anak yang tidak sehat sehingga
memang harus ditunda terlebih dahulu. Namun alangkah baiknya apabila jadwal pemberian
imunisasi tidak terlambat apabila kondisi bayi sehat agar tidak terdapat imunisasi yang
tertinggal.

Peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan imunisasi BCG dan Polio adalah
dengan menginformasikan tujuan pemberian imunisasi BCG dan Polio, efek samping yang akan
ditimbulkan serta bagaimana cara mengatasi efek samping tersebut sehingga ibu dapat terus
menjaga dan memberikan perawatan terbaik untuk anaknya. Serta mengingatkan jadwal untuk
melakukan imunisasi lagi yaitu imunisasi Pentabio 1 dan Polio 2 pada umur 3 bulan.

23
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian dan pembahasan, By. A usia 2 bulan telah diberikan
asuhan kebidanan imunisasi BCG dan Polio 1 yang sesuai dengan kebutuhan bayi serta
sesuai dengan teori/evidence based sehingga didapatkan hasil yang baik.

1.2 Saran
1. Bagi Pasien
Ibu diharapkan memahami dan memenuhi kebutuhan imunisasi sesuai jadwal yang
telah ditentukan.
2. Bagi Bidan
Dapat senantiasa membimbing mahasiswa praktik dalam mencari ilmu dan
pengalaman
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadikan laporan ini sebagai pembelajaran dalam menyusun laporan
selanjutnya serta dalam praktik kebidanan nantinya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin -
Imunisasi-2016.pdf. Diunduh pada 14 Desember 2019

WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin. http://in.vaccine-safety-


training.org/adverse-events-classification.html . Diakses pada14 Desember 2019.

25

Anda mungkin juga menyukai