Anda di halaman 1dari 23

MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

PRAKTIKUM 4
IMUNISASI

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat mempraktikkan cara
pemberian imunisasai dan dapat menjelaskan tahapan-tahapan pemberian imunisaasi
sesuai usia.

B. Materi
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkansasaran jumlah penerima
imunisasi, kelompok umur serta tatacaramemberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan
program imunisasidilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan
swasta.Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi
persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Di
Indonesia pelayanan imunisasi dasar/imunisasi rutin dapat diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu,
Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin.
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya
pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, pekan
Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari rumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta,dokter praktik
swasta atau rumah sakit swasta.

Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Imunisasi


Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah PenyakitMenular.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 178


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentangPedoman


Penyelenggaraan Imunisasi
6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentangPedoman
Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan PaskaImunisasi (KIPI)

Tujuan Imunisasi Di Indonesia


1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibatPD3I.

2.Tujuan Khusus
a. Program Imunisasi
1. Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/
kelurahan pada tahun 2010
2. Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal(insiden di bawah 1
per 1.000 kelahiran hidup dalam satutahun) pada tahun 2005.
3. Eradikasi polio pada tahun 2008.
4. Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
b. Program Imunisasi Meningitis Meningokus
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis. Meningokokus
tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan.
c. Program Imunisasi Demam Kuning
Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yangmelakukan perjalanan
berasal dari atau ke negara endemisdemam kuning sehingga dapat mencegah
masuknya penyakitdemam kuning di Indonesia.d.
d. Program Imunisasi Rabies
Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 179


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak
hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi
juga pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri ata
u virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang
sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi.Antibodi menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau
mengurangi akibat penularan PD3I tersebut. (Depkes, 2016) Vaksin adalah produk
biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup
yang dilemahkan,masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme
yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkandengan
zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.(Kemkes, 2017)

Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan
psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluargaapabila
orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masakanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara.
Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
1. TBC (Tuberculosis).
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena
terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat
menyerang berbagai organ tubuh,seperti paru-paru (paling sering terjadi),
kelenjar getah bening,tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat).

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 180


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai
usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2
bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini
“berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi
perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kananatas. Biasanya setelah
suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
2. Difteri.
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran
napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel
(tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat
menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat
gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat
melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus
dan pertusis sebanyak tigakali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
penyuntikansatu dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikankekebalan
aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanusdalam waktu bersamaan. Efek
samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada
permukaan kulit, caramengatasinya cukup diberikan obat penurun panas.
3. Pertusis
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “Batuk Seratus Hari“
adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis.
Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi
merahatau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri
dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking. Penularan
umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah
dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak
tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 181


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

4. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena
mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali
dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut)
bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher,
bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan
atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir.
Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat
yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi.
Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi
dinegara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan
teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat
ditekan. Selain itu antibody dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam
kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut. Infeksi tetanus disebabkan oleh
bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang
disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di
sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang,
sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada
syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik
karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk
memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan
berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana.
Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat
berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam
waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam
neonataltetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi.
Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan
mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan.
Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6minggu. Tetanus dapat dicegah

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 182


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat
masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa.
Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya
diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya.
5. Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak
lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.
Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan
adalah vaksinSabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melaluimulut.
Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan
selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasiulangan
diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio
akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi
polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari
satu bulan imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6
tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12tahun). Cara memberikan
imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes
langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
dicampurdengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi
diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa
kejang-kejang.
6. Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dandisebabkan oleh
virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi
melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular
selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virusini
sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk –
pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utamainfleunza adalah: Demam, sakit

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 183


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

kepala, sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah.
Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama
beberapa hari. Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi
sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal
diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian
akibat hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.
Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi
yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran
pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti
pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya.
Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya
(Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat
menjadi lebih berat akibat influenza.Vaksin influenza diberikan dengan dosis
tergantung usia anak.Pada usia 6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3
tahun,diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia 8 tahun, maka dosis pertamacukup 1
dosisi saja.
7. Demam Tifoid
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yangdisebabkan oleh Salmonella
Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh
(sistemik), Bakteri iniakan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan
kemudian masuk kedalam darah sehingga menyebabkan penyebaran kuman
dalam darah dan selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung
empedu, hati, paru- paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah:
Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhutubuh
berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan
demam. Minggu ketiga,suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali
diakhirminggu. gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibirkering
dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujungdan tepinya
kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 184


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

nyeri bila diraba. Biasanya sulit buangair besar, tetapi mungkin pula normal dan
bahkan dapat terjadidiare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran
penderitamenurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai
somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang
terinfeksi demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui
perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan
minuman,sayuran ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan
/minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusiaterkena infeksi
demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan
vaksinasi yang dapat melindungiseseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam
Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi inihampir
tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa
sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian.
8. Hepatitis
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang
kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara
horizontal tenaga medis dan paramedis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani
hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
9. Meningitis
Penyakit radang selaput otak (meningitis) yang disebabkan bakteri
Haemophyllus influenzae tipe B atau yang disebut bakteri Hib B merupakan
penyebab tersering menimbulkan meningitis pada anak berusia kurang dari lima
tahun. Penyakit ini berisikotinggi, menimbulkan kematian pada bayi. Bila
sembuh pun, tidaksedikit yang menyebabkan cacat pada anak. Meningitis
bukanlah jenis penyakit baru di dunia kesehatan. Meningitis adalah infeksi pada
lapisan otak dan urat saraf tulang belakang. Penyebabmeningitis sendiri
bermacam-macam, sebut saja virus dan bakteri.Meningitis terjadi apabila bakteri
yang menyerang menjadi ganas ditambah pula dengan kondisi daya tahan tubuh
anak yang tidak baik, kemudian ia masuk ke aliran darah, berlanjut ke selaput

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 185


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

otak. Nila sudah menyerang selaput otak (meningen) dan terjadi infeksimaka
disebutlah sebagai meningitis.
10. Pneumokokus
Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering juga disebut sebagai
penyakit pneumokokus. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dengan angka
tertinggi menyerang anak usia kurang dari 5 tahun dan usia di atas 50 tahun. Terdapat
kelompok lain yang memiliki resiko tinggi terserang pneumokokus (meskipun dari
segi usia bukan risiko tinggi), yaitu anak dengan penyakit jantung bawaan, HIV,
thalassemia, dan anak dengankeganasan yang sedang mendapatkan kemoterapi serta
kondisi medis lain yang menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.
11. MMR ((Mumps Measles Rubella).
a. Mumps (parotitis atau gondongan)
Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps yang menyerang kelenjar
air liur di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia
penderita mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat. Kebanyakan orang menderita
penyakit mumps hanyasekali seumur hidup.Pencegahan mumps paling efektif adalah
dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR) sebanyak
2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-
kanak,imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan
campak dan rubella (vaksinasi MMR). Pemberian imunisasi MMR akan memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.
b. Measles (campak)
Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak. Gejala campak yaitu
demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit
berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. Saat
penyakit campak memuncak,suhu tubuh bisa mencapai 40o Pencegahan campak
paling efektif adalah denganimunisasi campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi
berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai
bagian vaksinasi MMR.Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi campak
terusdilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan denganmumps dan rubella

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 186


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

(vaksinasi MMR). Imunisasi MMRdiberikan sebanyak 2 kali dengan selang


penyuntikan 1-2 bulan.
c. Rubella (campak Jerman)
Penyakit rubella disebabkan virus Rubella Rubellamengakibatkan ruam pada
kulit menyerupai campak,radang selaput lendir, dan radang selaput tekak.
Ruamrubella biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejalarubella berupa sakit
kepala, kaku pada persendian, dan rasalemas. Biasanya rubella diderita setelah
penderita berusia belasan tahun atau dewasa. Bila bayi baru lahir atau anak balita
terinfeksi rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bilawanita hamil terinfeksi rubella,
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Bayi umumnya lahir dengan cacat fisik(buta
tuli) dan keterbelakangan mental. Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali
dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi
rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan campak dan
mumps (vaksinasi MMR).
12. Rotavirus
Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus. Infeksi
diare karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala
infeksi total virus berupa demam ringan, diawali muntah sering, diare hebat, dan atau
nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala utamainfeksi rotavirus dan dapat
berlangsung selama 3 – 7 hari. Infeksirota virus dapat disertai gejala lain yaitu anak
kehilangan nafsumakan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat
menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksiini seringkali tidak
berhubungan dengan makanan kotor atau makanan basi atau air kotor.
Tetapi penularannya lebih seringlewat fecal oral atau kotoran masuk melalui
mulut. Biasanya virusyang tersebar lewat muntahan tersebar di sekitar mainan,
pintu,lantai atau di sekitar anak-anak. Saat tangan anak tersentuh virusmelalui
muntahan atau bekas feses yang tidak dicuci bersih dapatmasuk ke tubuh saat anak
makan atau tangan masuk ke mulut.Angka kejadian kematian diare masih tinggi di
Indonesia danuntuk mencegah di are karena rotavirus, digunakan vaksinrotavirus.

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 187


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

Vaksin rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam. Pertama Rotateq
diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-
14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan dosis ke-3
maksimal pada usia 8 bulan.Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama
diberikan padausia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada
usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebihdari 6-8 bulan, maka
tidak perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya.
13. Varisela
Cacar air merupakan penyakit menular yang menimbulkan bekas bopeng di
beberapa bagian tubuh. Penyakit yang disebabkanoleh virus varicella ini bisa dicegah
dengan pemberian vaksin varicella.
14. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan olehvirus hepatitis tipe A dan
menyerang sel-sel hati manusia. Setiaptahunnya di Asia Tenggara, kasus hepatitis A
menyerang sekitar400.000 orang per tahunnya dengan angka kematian hingga 800
jiwa. Sebagian besar penderita hepatitis A adalah anak-anak.

Jenis- Jenis Imunisasi.


1. Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu :
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan,
sebagai contoh, mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk antibodi dan
perlindungan/perlawanan lainnya terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan adalah
dimana mikroba, atau bagian darinya, di injeksikan kepada seseorang sebelum ia
dapat melakukannya secara alami. Contoh vaksin hidup yang telah di lemahkan
meliputi tampek, gondongan,rubella, atau kombinasi ketiganya dalam satu vaksin
sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar air
(varicella),rotavirus, dan vaksin influenza.
b. Imunisasi pasif

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 188


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari sistem kekebalan


yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu membuatnya
sendiri elemen-elemen tersebut.Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk
imunisasi pasif.Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir
cepat, karena antibodi akan pecah dengan sendirinya, dan jika tak ada sel-sel B
untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka akan hilang. Imunisasi pasif
terdapat secara fisiologi, ketika antibodi-antibodi dipindahkan dari ibu ke janin
selama kehamilan,untuk melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah
kelahiran. Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui. injeksi dan
digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau penanganan darurat keracunan,
seperti pada tetanus.
Antibodi- antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai
“terapiserum”, meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok
anafilaksis, karena sistem kekebalan yang melawan serum binatang tersebut. Jadi,
antibodi manusia dihasilkan secara invitro melalui kultur sel dan digunakan
menggantikan antibodi dari binatang, jika tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia
selalutersedia vaksin rabies untuk yang ingin mendapatkan kekebalan terhadap
rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang dikhawatirkan sudah terjangkit
rabies, karena misalnya habis digigit anjing atau monyet.
2. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya.
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi :
a. Imunisasi program.
b. Imunisasi Program terdiri atas :
Imunisasi rutin
Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun dan
terdiri atas imunisasi terhadap penyakit :
a. hepatitis B
b. poliomyelitis
c. Tuberkulosis

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 189


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

d. Difteri
e. Pertusis
f. Tetanus
g. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b
(Hib)
h. Campak
Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan danuntuk memperpanjang masa perlindungan
anak yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar.Imunisasi lanjutan diberikan pada:
a. anak usia bawah dua tahun (Baduta) Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Balita
terdiri atas imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b
(Hib), serta campak.
b. anak usia sekolah dasar Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah
dasar terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri yang
diberikan pada bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan
usaha Kesehatan sekolah.
c. wanita usia subur (WUS).Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri atas
Imunisasi terhadap penyakit tetanus dan difteri.
Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian Imunisasi tambahan
sebagaimana dilakukan untuk melengkapi Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada
target sasaran yang belum tercapai.
Imunisasi khusus
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu.

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 190


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk melengkapi


Imunisasi dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.

Imunisasi pilihan
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit: pneumonia dan
meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus;
a. diare yang disebabkan oleh rotavirus
b. influenza;
c. cacar air (varisela);
d. gondongan (mumps);
e. campak jerman (rubela);
f. demam tifoid;
g. hepatitis A;
h. kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;
i. Japanese Enchephalitis;
j. herpes zoster;
k. hepatitis B pada dewasa
l. demam berdarah.

Macam Imunisasi dasar.


a. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis
(TBC) tuberculosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama
Mycobacterium tuberculosis complex
a. Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C2)
b. Dosis : 0.05 ml3)
c. Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)4)

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 191


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

d. Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)5)
e. Reaksi imunisasi : biasanya tidak demam6)
f. Cara pemberian Imunisasi
o BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikan
ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam
memberikan suntikanintrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm,ukuran 26).
 Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri
walaupun lambat.
 Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit
TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.

b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)


Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,
kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari
toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan
dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT,
ataudengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT.
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid
tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telahdilemahkan dan kemudian
dimurnikan. Ada tiga kemasan 20 vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi
dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertussis
terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan.
a. Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
b. Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
c. Kemasan : Vial 5 ml
d. Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 192


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

e. Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeridi tempat


suntikan selama 1-2 hari
f. Efek samping : Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan.Kadang-kadang terdapat efek samping
yang lebih berat,seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan
unsur pertusisnya.
g. Indikasi kontra : Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit
kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak
yang menderita penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau
diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi yang mutlak, disesuaikan
dengan pertimbangan dokter.
c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung
virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi,
(2) vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin),
cara pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak
dipakai di Indonesia.
a. Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
b. Dosis : 2 tetes mulut
c. Kemasan : vial, disertai pipet tetes
d. Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
e. Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-
berak ringan
f. Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota
gerak seperti polio sebenarnya.
g. Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan

d. Vaksin Campak

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 193


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.Kemasan


untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada
vaksin dengan kemasan keringkombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan
rubella(campak jerman) disebut MMR.
 Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
 Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
 Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibeku keringkan, beserta pelarut
5 ml (aquadest)
 Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)
 Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam
ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8
setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat penyuntikan.
 Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejangringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak
30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
 Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi
dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari
pula pemberian pada ibu hamil.

e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu
satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antarasuntikan 2 dan 3. Namun
cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat
vaksin. Vaksin hepatitis Bdapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan
tidakmembahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan
sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkindisertai rasa
panas atau pembengkakan. Akan menghilangdalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberianc.

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 194


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

c. Kemasan :HB PIDd.


d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang
berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.f.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO) Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan
toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin
Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung Hbs
Ag murni dan bersifat non infectious.
 Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
 Kemasan :Vial 5 mlc.
 Efek samping :gejala yang bersifat sementara seperti lemas,demam,
pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala
berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi 24 jam
setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang dalam 2 hari
 Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahiratau
gejala serius keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi
pertusis, hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderia infeksi
berat yang disertai kejang.
Jadwal Imunisasi
Imunisasi Rutin
Imunisasi dasar
Umur Jenis Interval minimal untuk jenis
imunisasi yang sama
0-24 jam Hepatitis B
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 Bulan
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4,IPV

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 195


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

9 Bulan Campak

Catatan :
- Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus
daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai
<7 hari.
- Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan PraktikSwasta, Imunisasi
BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
- Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapatdiberikan sampai
usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tesmantoux.
- Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1,DPT-HB-Hib 2,
dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka
dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.
- IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
- Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum
bayi berusia 1 tahun.

Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun
Umur Jenis Imunisais Interval minimal setelah
imunisasi dasar
18 Bulan DPT-HB-Hib 12 Bulan dari DPT-HB-
Hib 3

Campak 6 bulan dari campak dosis


pertama
Catatan
- Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat
diberikan dalam rentang usia18-24 bulan
- Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi lanjutan
DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 196


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Usia Sekolah Dasar


Sasaran Imunisasi Waktu peaksanaan
Kelas 1 SD Campak, DT Agustus
November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November
Catatan
- Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan Imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T5

Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS). \


Status imunisasi Interval Minimal Masa perlindungan
Pemberian
T1 - -
T2 4 Minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T12 5 tahun
T4 1 Tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun
Catatan
- Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening) terlebih
dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
- Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai T5,
yang harus dibuktikandengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam
medis.

KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)


Defenisi KIPI

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 197


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan pada seseorang yang
terjadi setelah pemberian imunisasi. Kejadian ini dapat merupakan reaksi vaksin
ataupun bukan. Kejadian yang bukan reaksi vaksin dapat merupakan peristiwa
koinsidens (peristiwa yang kebetulan terjadi) bersamaan atau setelahimunisasi.
Klasifikasi KIPI dibagi menjadi 5 kategori : Pilihlah salah satu dari 5 kategori
dibawah ini untuk mempelajari lebih jauh tentang klasifikasi KIPI.
1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen atau lebih yang
terkandung di dalam vaksin. Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah
imunisasi DTP.
2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang dipersyaratkan dalam
produk vaksin, termasuk penggunaan alat untuk pemberian vaksin yang
disediakan oleh produsen. Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh
produsen vaksin pada waktu melakukan inaktivasi virus polio saat proses
pembuatan vaksin IPV Vaksin polio inaktivasi (IPV) Vaksin polio inaktivasi
(mati) dibuat pada tahun 1955oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda dengn vaksin polio
oral (OPV) ,vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) , IPV harus diberikanmelalui
suntikan untuk membentuk respon imun. (inactivated polio vaccine). Kelalaian
dalam proses inaktivasi dapat 26 menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut
disuntikkan kepada orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yangsalah dan cara
pemberian vaksin yang salah. Kesalahan inisangat mudah untuk dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vialmulti dosis yang
terkontaminasi oleh mikroba (Catatan : Jarum yang berulang-ulang masuk ke
dalam vial sewaktu mengambil vaksin sudah tidak steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.Contoh : Terjadinya apa
yang disebut dengan vasovagal syncope Sinkope yaitu reaksi neurovaskuler yang

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 198


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

menyebabkan terjadinya mata berkunang-kunang, badan terasa lemah sampai


pingsan. Sering terjadi pada anak dewasa muda pada saat pemberian imunisasi
atau sesudah pemberian imunisasi.

5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat pemberian
imunisasi. Dalam hal ini dikatakan sebagai asosiasi temporal Asosiasi temporal
Dua atau lebih kejadian yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Kejadian
pertama dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan kejadian berikutnya..
Sebagai contoh di daerah endemis malaria Malaria Penyaki infeksi yang
disebabkan oleh parasite (plasmodium) yang ditularkan dari manusia ke
manusiamelalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Malaria
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian disub sahara Afrika. seperti
di daerah sub sahara, penderitamalaria yang disebabkan infeksi plasmodium
malaria yang 27 ditularkan oleh nyamuk anopheles sangat sering
terjadi.Sehingga sering terjadi KIPI yang bersifat koinsiden.KIPI koinsiden
apabila sering ditemukan didalam kegiatan imunisasi, maka dapat dijadikan
sebagai indikasi bahwa adamasalah kesehatan masyarakat diwilayah tersebut
yang perlu dianalisis lebih jauh

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 199


MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang Anak
Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex Media

Suririnah. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta: PT BUKU KITA Kementrian
Kesehatan.
2017.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 20
17 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.http://hukor.kemkes.go.id/uploads/
produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Penyelenggaraan_Imunisasi_.pdf .
Diunduh pada 17 November 2017.

WHO. 2017.Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin.http://in.vaccine-


safety- training.org/adverse-events-classification.html . Diakses pada
16 November 2017.

DepartemenKesehatan.2016.SituasiImunisasidiIndonesi.http://www.depkes.go.id/
resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-Imunisasi-2016.pdf . Diund
uh pada 10 November 2017

DokterIndonesia.2015. Inilah Perbedaan Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif .https


://mediaimunisasi.com/2015/03/17/inilah-perbedaan-imunisasi-aktif- dan-
imunisasi-pasif/. Diakses pada 17 November 2017

Santoso,B.2017.SekilasVaksinPneumokokus.http://www.idai.or.id/artikel/klinik/
imunisasi/sekilas-vaksin-pneumokokus . Diakses Pada 16 November 2017.

Wahidyanti Rahayu H, S.Kep., Ns., M.Kep – Program Studi Keperawatan 200

Anda mungkin juga menyukai