Deswita Safitri
021120003
Pengertian PD3I
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas atau
ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, adapun penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
adalah Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis B. Penyakit-penyakit ini timbul karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi merupakan salah satu upaya untuk
mencegah terjadinya penyakit menular yang menjadi kegiatan prioritas Kementrian Kesehatan RI. Imunisasi juga sebagai
bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) khususnya untuk
menurunkan angka kematian pada anak (Depkes RI, 2013).
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi bertujuan untuk meurunkan angka keskitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I)
Imunisasi sebagai upaya preventif yang harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan
sesuai standar sehingga mampu memutus mata rantai penularan penyakit dan menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak individu itu terpapar oleh dengan penyakit tersebut
tidak menderita sakit. (Andalas, 2018)
Jenis PD3I Dari Program Imunisasi
Ada banyak penyakit menular di Indonesia yang dapat dicegah dengan imunisasi selanjutnya disebut dengan
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
● Difteri
● Pertusis
● Tetanus
● Tuberkulosis
● Campak
● Poliomielitis
● Hepatitis B,
● Pneumokokus
1. Difteri Difteri adalah salah satu penyakit yang
sangat menular, dapat dicegah dengan
imunisasi, dan disebabkan oleh bakteri gram
positif Corynebacterium diptheriae strain
toksin. Penyakit ini ditandai dengan adanya
peradangan pada tempat infeksi, terutama pada
selaput mukosa faring, laring, tonsil, hidung
dan juga pada kulit. Semua kelompok usia
dapat tertular penyakit ini, terutama yang
belum mendapatkan imunisasi lengkap. Difteri
dapat disembuhkan apabila orang yang
terjangkit tidak terlambat dalam mendapatkan
Cara Penularan pertolongan.
Seseorang bisa tertular difteri bila
tidak sengaja menghirup atau menelan
percikan air liur yang dikeluarkan penderita Penyebab
saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
terjadi melalui benda yang sudah Corynebacterium diphtheriae.
terkontaminasi air liur penderita, seperti
gelas atau sendok.
Gejala
Seseorang yang terkena difteri akan mengalami gejala klinis seperti :
• Adanya selaput berwarna keabu-abuan yang menutupi tenggorokan dan tonsil (amandel)
• Tindakan pencegahan yang paling utama untuk penyakit difteri adalah imunisasi DPT secara
rutin. Yang mana imunisasi ini di berikan secara intramuscular. Di berikan sejak usia bayi 2
bulan dengan selang waktu 4 minggu. Imunisasi dasar DPT di berikan 5 kali yaitu:
DPT 4 di berikan saat anak berusia 1 tahun setelah DPT 3, yaitu usia 18-24 bulan.
DPT 5 di berikan pada anak mulai masukk sekolah, yaitu sekitar usia 5-7 tahun
berikutnya, tepatnya dalam kegiatan imunisasi di sekolah dasar dan di berikan pada usia
12 tahun,diberikan dT (dose untuk vaksin difteri).
• Pemberian antibiotika Tatalaksana kasus dengan pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan
antibiotika
2. Pertusis (Batuk Rejan / Batuk Seratus Hari)
Pertusis merupakan salah satu penyakit infeksi pernafasan yang sangat menular. Penyakit ini
lebih sering menyerang anak-anak,terutama yang berusia dibawah 1 tahun. Pertusis juga bisa
terjadi pada orang dewasa, tetapi tidak bahaya.
Cara penularan : Tidak menyebar dari orang ke orang, yaitu elalui kotoran
yang masuk ke dalam luka yang dalam. Tetanus juga dapat terjadi pada
bayi baru lahir sebelum berusia 1 bulan yang disebut tetanus neonatorum.
Hal ini terjadi karena alat-alat yang digunakan untuk persalinan
(memotong tali pusar) tidak steril atau luka tali pusar yang
terkontaminasi, sedangkan bayi belum memiliki kekebalan terhadap
tetanus, karena sang ibu tidak melakukan imunisasi TT (tetanus toxoid).
Gejala :
Pada anak dan orang dewasa, yaitu gejala rahang terkunci (trismus atau lock
jaw) umum terjadi diikuti oleh kaku pada otot leher, otot perut atau otot punggung
(opisthotonus), sulit menelan, kejang otot, berkeringat dan panas badan. Pada bayi
terdapat juga gejala berhenti menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari
setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
Pencegahan :
• Imunisasi: DPT-HB-Hib, DT
• Persalinan yang bersih dan steril tetap harus dilakukan walaupun ibu hamil
tersebut sudah mendapatkan imunisasi Td.
• Pemotongan tali pusat secara steril
• Orang yang sembuh dari tetanus tidak punya kekebalan dan dapat terinfeksi
kembali
3. Tuberculosis (TBC )
Penyakit tuberkolosis atau TBC merupakan salah satu jenis penyakit infeksi menular. Penyakit ini biasanya
menyerang saluran pernafasan atau paru-paru yang dipicu oleh suatu bakteri. Bakteri tersebut merupakan
bakteri yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan pengobatan.
- Faktor penyebab : Penyakit campak disebkan oleh virus ,yaitu virus campak itu sendiri
(Parammiksovirus,Genius morbilli). Virus campak ini dapat hidup dan berkembang biak
pada selaput lendir tenggorokan,hidung dan saluran pernafasan. Campak bisa di alami
siapa saja. Namun umumnya, penyakit ini banyak menyerang anak-anak. Sasaran virus
campak adalah anak-anak yang sedang mengalami kondisi tubuh yang lemah (system)
- Gejala :
- Cara penularan
o Panas badan (biasanya > 38 C selama 3 hari atau lebih)
Meskipun penyakit campak termasuk golongan
+ salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah
penyakit yang ringan karena bisa sembuh sendiri, namun
atau mata berair;
penyakit ini harus tetap diwaspadai karena sangat mudah
o Bercak kemerahan/rash/ruam yang dimulai dari
menular. Selain itu,tidak ada penanganan dan pengobatan
belakang telinga berbentuk makulopapular selama 3
yang serius penyakit ini bisa berakibat fatal dan berujung
hari atau lebih, beberapa hari kemudian (4-7 hari) akan
kamatian. Penyakit ini menular dengan cara-cara berikut:
menyebar ke seluruh tubuh;
o Bersentuhan langsung atau melalui air liur
o Tanda khas (patognomonis) ditemukan Koplik’s spot
dengan penderita campak
atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi
o Penyebaran melalui udara yang berasal dari
bagian dalam (mucosa bucal);
batuk dan bersin penderita.
o Bercak kemerahan makulopapular setelah 7 – 30 hari
o Berada dalam satu ruangan dengan penderita
akan berubah menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) dan
juga memungkinkan terjadinya penularan.
disertai kulit bersisik.
o Sebagian besar penderita campak akan sembuh tanpa
pengobatan
- Pencegahan :
o Pencegahan dengan vaksin campak dan MMR
o Menghindari kontak langsung
o Meningkatkan daya tahan tubuh dengan
pemberian asupan bergizi yang seimbang dan
pemberian vitamin.
o Menjaga kebersihan tubuh
o Istirahat yang cukup
6. Hepatitis B Hepatitis merupakan istilah untuk penyakit peradangan
pada hati (liver). Peradangan terjadi karena adanya toksin
yang berada di hati (liver). Penyakit ini dapat menyerang
pada semua orang tak terkecuali orang memiliki
kekebalan tubuh yang sangat baik. Hepatitis bisa berakit
fatal apabila tidak di tanggani segera. Hepatitis yang
dialami penderita selama kurang dari 6 bulan disebut
hepatitis akut,sedangkan hepatitis yang dialami lebih dari
6 bulan disebut hepatitis kronis. Salah satu jenis hepatitis
yang menular adalah hepatitis B.
- Faktor penyebab : Sesuai dengan namanya,penyakit ini disebabkan oleh Hepatitis B virus (HBV).
Virus ini menular melalui darah,sperma, atau cairan tubuh lainnya. Pada saat virus hepatitis B
tersebut masuk ke dalam liver seseorang, maka virus ini akan langsung menyerang sel liver dan
akan berubah menjadi berlipat ganda.
- Cara penularan : - Pencegahan :
o Secara vertikal yaitu penularan dari ibu yang mengidap o Imunisasi hepatitis, penyuntikan vaksin hepatitis B di
virus Hepatitis B kepada bayi yang beru lahir. lakukan sekurang-kurangnya diberikan 12 jam setelah bayi
o Penularan secara horizontal: dilahirkan,asalkan kondisi stabil,serta tidak ada gangguan
Kontak langsung dengan darah ayau cairan tubuh pada paru dan jantungnya.imunisasi ini dilakukan di lengan
Suntikan yang tidak aman dengan cara intramuscular. Sedangkan pada bayi dipaha
Transfusi darah lewat anterolateral (antero = otot-otot bagian depan,
Melalui hubungan seksual sedangkan lateral = otot bagian luar).
o Jangan sekali-sekali melakukan hubugan badan tanpa alat
pengaman, kecuali jika yakin pasangan tidak terjangkit
penyakit hepatitis.
- Gejala :
o Tidak melakukan donor darah bila terkena penyakit
o Merasa lemah
hepatitis
o Gangguan perut
o Gejala lain seperti flu, urin menjadi kuning, kotoran
menjadi pucat.
o Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit.
7. Poliomielitis
Penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3.
Penyakit polio ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Biasanya,kasus terbanyak
panyakit polio dialami anak-anak. Secara klinis menyerang anak di bawah umur 15 tahun
dan menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis = AFP).
- Faktor penyebab : Penyebab penyakit Poliomyelitis adalah virus polio sendiri
yang terdiri dari atas 3 strain,yaitu strain 1(Brunhilde),strain 2 (lanzig),dan
strain 3(leon). Strain 1 adalah paralitogenik atau paling ganas dan sering
menyebabkan kejadian luar biasa 5 (wabah),sedangkan strain 2 paling jinak.
Virus polio termasuk genus enteroviorus, family picornavirus. Bentuk virus ini
icosahedral, tanpa sampul (envelope) dengan genom RNA, single stranded
messenger molecule. Single stranded RNA membentuk hampir 30% bagian
virion dan sisanya terdiri atas 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil.
- -
Cara penularan : Virus ditularkan infeksi droplet dari oral- Pencegahan :
faring(mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi. o Imunisasi polio yang biasanya dilakukan saat bayi usia 0 ,
Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia 2,4,6 bulan. Pemberian imunisasi selanjutnya bisa dilakukan
melalui fekal-oral (dari tinja-mulut). Fekal-oral berarti minuman pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Pemberian imunisasi polio
dan makanan tang tercemar virus polio yang berasal dari tinja selalu di barengi dengan imunisasi DPT. Pemberian imunisasi
penderita masuk kedalam mulut manusia sehat lainnya. Penularan polio bisa jadi lebih dari jadwal yang telah
juga bisa terjadi melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Oraloral ditentukan,mengingat adanya imunisasi polio missal.
adalah penyebaran dari percikan air liur penderita yang masuk ke Namun,jumlah yang berlebihan tidak berdampak buruk.
mulut manusia sehat lainnya Sebab,tidak ada 6 istilah overdosis dalam pemberian
imunisasi. Cara pemberiannya yaitu melalui mulut.
o Jika memasakkan air harus mendidih dengan sempurna.
- Gejala : Berikut ini adalah gejala awal menandai serangan
Sebab,suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus polio.
penyakit Poliomyelitis:
o Sebaliknya,bila keadaan beku atau suhu yang rendah,virus ini
Demam
o bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun.
Nyeri punggung atau kekakuan
o Hindari kontak langsung dengan penderita polio, khususnya
o Nyeri atau kekakuan pada leher
o percikan air liurnya.
Sakit kepala
o Nyari lengan atau kaki
8. Pneumokokus
Infeksi pneumokokus disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae (disebut juga sebagai
bakteri pneumokokus) yang merupakan penyebab utama pneumonia, yaitu penyakit infeksi saluran napas.
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak. Pneumokokus juga menyebabkan
meningitis (infeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang), bakteriemia (infeksi aliran darah), otitis
media, sinusitis dan konjungtivitis terutama pada baduta dan lansia.
• Pencegahan : Pencegahan infeksi pneumokokus yang paling efektif adalah dengan imunisasi. Upaya lain adalah melalui
perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencegah kepadatan hunian dan polusi di dalam rumah seperti mengurangi asap rokok,
mengkonsumsi makanan bergizi dan promosi ASI eksklusif bagi bayi pada usia enam bulan
Referensi