KM
KELOMPOK :3
Kasus Difteri di Kabupaten N pada Maret-April 2021 berjumlah 3 kasus suspek dan
ditunjukkan di Tabel 2.
Tabel 2. Kasus Difteri di Kabupaten N Periode Maret-April Tahun 2021
FORMULIR PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI SUSPEK DIFTERI
I. Identitas Pelapor
1 Nama : Jelantik
2 Nama Kantor & Jabatan : PKM Yeh Kuning
3 Kabupaten/Kota : Kab. N
4 Provinsi : Bali
5 Tanggal Terima Laporan :10/04/2015
6 Tanggal Pelacakan Laporan :10/04/2015
2. Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit sampai 2 hari setelah minum antibiotik,
apakah penderita pernah berkunjung ke rumah teman / saudara yang sehat atau
sakit/meninggal dengan gejala yang sama:
[a] Pernah [b] Tidak pernah [c] Tidak jelas
Jika Pernah, sebutkan nama dan alamat yang dikunjungi:
3. Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit sampai 2 hari setelah minum antibiotik,
apakah penderita pernah berkunjung ke rumah teman/saudara yang sehat atau
sakit/meninggal dengan gejala yang sama:
[a] Pernah [b] Tidak pernah [c] Tidak jelas
Jika Pernah, sebutkan nama dan alamat yang dikunjungi:
V. Kontak kasus
Kontak kasus adalah mereka yang pernah kontak dengan penderita difteri sejak
10 hari sebelum timbul gejala sakit tenggorok sampai 2 hari setelah pengobatan (masa
penularan), melalui percikan ludah saat berbicara atau bersin/batuk dengan jarak sekitar
1 meter. Yang termasuk dalam kategori kontak erat adalah: tinggal satu rumah / asrama,
tetangga / kerabat / pengasuh, teman kelas / bermain / guru, teman kerja, petugas
kesehatan, yang merawat kasus.
2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan data hasil Penyelidikan
Epidemiologi difteri tersebut.
a. Kasus difteri di Kabupaten N pada Maret-April 2021 berjumlah 3 suspek dengan proporsi
gejala nyeri telan dan pseudomembran 100% (3 orang) dan masing-masing memiliki gejala
lain diantaranya panas, sakit perut, batuk dan bullneck (33,33%). Status imunisasi ketiga
pssien lengkap dengan sumber informasi ingatan orang tua. Ketiga kasus dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan pemberian ADS, obat2an dan dilakukan isolasi
b. Hasil pemeriksaan lab pasien 1 negatif sehingga masuk klasifikasi kasus kompatibel klinis
karena kasus dengan hasil lab negatif dan tidak ada hubungan epidemiologi dengan kasus
konfirmasi laboratorium
Hasil pemeriksaan lab pasien 2 positif, maka terjadi KLB di Kabupaten N
Hasil pemeriksaan lab pasien 3 belum keluar sehingga tidak bisa diklasifikasikan ke dalam
kasus konfirmasi lab atau kasus kompatibel klinis
c. Dari ketiga kasus tersebut sudah dilakukan tatalaksana kasus dengan baik (PE, pemberian ADS
dan obat-obatan,pemberian profilaksis pada kontak erat) sehingga tidak ada kasus yang
meninggal
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB difteri? Dasar apa yang dipakai untuk
penetapan KLB?
Iya sudah masuk kategori KLB karena ditemukan 1 kasus suspek difteri dengan hasil laboratorium
positif. Dasar yang digunakan untuk penetapan KLB 1 wilayah Kab/Kota dinyatakan KLB difteri
jika ditemukan 1 suspek difteri dengan konfirmasi laboratorium kultur positif/ jika ditemukan
suspek difteri yang mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus kultur positif. Penentuan
KLB oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Menteri Kesehatan
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu bahwa telah terjadi KLB
difteri?
1. Penyelidikan epidemiologi KLB difteri
2. Pencegahan penyebaran KLB difteri dengan:
a. Perawatan dan Pengobatan kasus secara adekuat
b. Penemuan & Pengobatan kasus tambahanan
c. Tatalaksana terhadap kontak erat erat dari kasus suspek difteri
3. Komunikasi risiko tentang difteri dan pencegahannya kepada masyarakat
4. Menentukan luas wilayah terjangkit melalui identifikasi kasus suspek difteri tambahan
5. Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah KLB difteri
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB difteri
1. Laporan penyelidkan epidemiologi sesuai form Dif-01 yang memuat informasi :
a. Identitas penderita
b. Riwayat sakit
c. Riwayat pengobatan
d. Riwayat kontak
e. Kontak kasus
2. Data cakupan imunisasi rutin difteri periode tertentu untuk memperkirakan kelompok rentan
berdasarkan geografi kelompok umur dan jenis kelamin
3. Data distribusi kasus meliputi : geografi, kelompok umur, jenis kelamin, status imunisasi
4. Data hasil cakupan pelaksanaan ORI
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri berakhir
1. ORI tetap dilanjutkan sampai dengan selesai walaupun status KLB Difteri sudah dinyatakan
berakhir.
2. Untuk dapat memberikan kekebalan komunitas optimal maka cakupan ORI harus >90%
3. Penguatan surveilans difteri
4. Komunikasi resiko tentang penyakit difteri kepada masyarakat
5. Berkoordinasi dgn petugas imunisasi agar senantiasa meningkatkan cakupan imunisasi rutin
dan lanjutan
6. Tetap mempertahankan surveilans PD3I