Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dessy Yusra Zahira, S.K.

M
Nomor Daftar Hadir : 8
Instansi : Puskesmas Madukoro Kabupaten Lampung Utara

Penugasan 1 : Penemuan kasus


Sebanyak 38 orang meninggal di 7 kampung N selama periode oktober hingga desember 2015.
Mereka terdiri dari 35 orang balita dan 3 orang dewasa. Hasil investigasi tim kedua yang turun
pada tanggal 30 november sampai 3 desember menemukan penyebab kematian 35 balita adalah
karena penyakit pertusis dengan komplikasi pneumonia. Untuk mengendalikan kejadian ini,
kemenkestelah melakukan respon cepat penanggulanganpertusis di kecamatan M dan kecamatan
B. Selain itu menyiapkan progran flying health car di kabupaten nduga, mendorong pemberian
makanan tambahan (PMT) bagi balita, ibu hamil dan PMT ASI, serta menempatkan tenaga
kesehatan melalui program Nusantara sehat kemenkes juga melakukan koordinasi dengan lintas
sektor untuk dapat membangun perumahan yang layak, ketersediaan air bersih, kemandirian
bercocok tanam dan beternak serta pendidikan.
Penugasan :
1. Gejala dan tanda
a. Jelaskan definisi dari kasus pertusis
1) Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) adalah penyakit menular pada saluran
pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.
2) Orang dengan batuk terus menerus ( batuk paroksismus) yang berlangsung minimal
selama 2 minggu dengan ditemukan minimal 1 tanda berikut :
 Batuk rejan pada saat inspirasi atau nafas dalam ( inspiratory whoop)
 Muntah setelah batuk (post tussive vomiting)
 Muntah tanpa ada penyebab yang jelas
- Atau Kasus apneu ( berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak usia
kurang dari 1 th dengan batuk tanpa ada batasan durasi
- Atau jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada batas
durasi
b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit pertusis
Tanda diagnostik berupa:
1. Batuk paroksismal diikuti suara batuk rejan saat inspirasi, sering disertai muntah
2. Pada Bayi muda mungkin tidak disertai Batuk rejan, akan tetapi batuk yang diikuti
oleh berhentinya napas atau sianosis, atau napas berhenti tanpa batuk
3. Perdarahan subkonjungtiva
4. Mungkin disertai pneumonia dan kejang. Diagnosis etiologis ditegakkan berdasarkan
kultur dengan ditemukannya B. pertusis dari specimen nasofaring yang diambil selama
fase kataral atau paroksimal awal. Selain itu pemeriksaan penunjang bisa dilakukan
dengan:
 PCR (Polymerase Chain Reaction)
 Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis dengan ELISA

2. Penemuan kasus
a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus pertusis
1) Orang dengan batuk terus menerus (batuk paroksismus) yang berlangsung minimal
selama 2 minggu dengan ditemukan minimal 1 tanda berikut :
a) Batuk rejan pada saat inspirasi atau napas dalam (inspiratory whoop)
b) Muntah setelah batuk (post-tussive vomiting)
c) Muntah tanpa ada penyebab yang jelas
- Atau Kasus apneu (berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak usia
<1 tahun dengan batuk tanpa ada batasan durasi.
- Atau Jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada
batasan durasi
2) Ditentukan dengan hasil Laboratorium Kultur atau PCR positif.

b. Bagaimana klasifikasi kasus pertusis dan bagaimana membedakannnya


1) Konfirmasi laboratorium: kasus yang memenuhi kriteria suspek dan hasil pemeriksaan
spesimen (kultur atau PCR) adalah positif.
2) Terhubung secara epidemiologis: kasus yang memenuhi kriteria suspek dan memiliki
hubungan epidemiologis (kontak erat) dengan kasus terkonfirmasi laboratorium dalam
waktu tiga minggu sebelum timbulnya batuk.
3) Kompatibel klinis: kasus yang memenuhi kriteria suspek tetapi tidak memenuhi kriteria
konfirmasi laboratorium maupun epidemiologis.
4) Discarded (bukan kasus pertusis): pasien yang tidak memenuhi kriteria klinis
berdasarkan hasil investigasi.

c. Jelaskan proses penemuan kasus pertusis dan lakukan wawancara memastikan hal tersebut
1) Setiap penderita dengan batuk lebih dari 2 minggu yang datang ke puskesmas harus
dicari gejala tambahan dan ditentukan apakah memenuhi kriteria suspek pertusis. Untuk
usia balita dan anak, penemuan kasus bisa didapatkan dari pelayanan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja
(MTPKR).
2) Bila penderita datang dengan batuk yang kurang dari 2 minggu diupayakan untuk
dimonitor perjalanan penyakitnya serta dicari gejala tambahan pertusis lainnya.
3) Bila kasus memenuhi kriteria klinis pertusis, catat dalam formulir investigasi kasus
pertusis (formulir PERT 01) seperti dalam lampiran (1) dan lakukan penyelidikan
epidemiologi untuk mencari kasus tambahan.
4) Bila memenuhi kriteria KLB maka dilakukan penyelidikan KLB

Anda mungkin juga menyukai