Anda di halaman 1dari 11

PENUGASAN MPI 7.

SURVEILANS TETANUS NEONATORUM


Kelompok 1
1. A Muthalib
2. Agung Aji P
3. Agung Hadi W
4. Aidasari
5. Anna Ariyanti
6. Bangun Hasugian
7. Denty Alvita Sari
8. Dessy Yusra Zahira
9. Desti Wulandari
10. Dita Apriza Dewi

Lembar Kasus 1 :
• Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang menyerang bayi baru lahir. Bayi
baru lahir berisiko tinggi terkena tetanus apabila ia dilahirkan dengan bantuan
peralatan persalinan yang tidak steril. Pencegahan sejak dini dari tetanus neonatorum
lebih diutamakan dibandingkan pengobatan, karena tingkat kematian penderita
tetanus neonatorum sangat tinggi. Penyakit ini masih banyak ditemukan di daerah
pedesaan atau terpencil di mana fasilitas dan tenaga medis masih sulit untuk ditemui.
• Risiko bayi menderita tetanus neonatorum juga dapat meningkat karena ibunya tidak
terlindungi oleh vaksin yang mengandung tetanus toxoid. Risiko ini meningkat bukan
hanya pada bayi, tapi juga pada sang ibu.

Penugasan:
1. Gejala dan tanda
a. Jelaskan definisi operasional dari kasus TN
Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (usia <
28 hari) yang disebabkan oleh Clostridium tetani dimana bakteri mengeluarkan toksin
(racun) dan menyerang system saraf pusat.

b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit TN


Gejala Klinis Gejala awal adalah kesulitan minum karena terjadinya trismus atau lock
jaw (spasme otot pengunyah). Mulut mencucu seperti ikan (karpermond), sehingga
bayi tidak dapat minum dengan baik. Selain itu terdapat risus sardonicus atau wajah
seperti senyum terpaksa dan alis terangkat. Kemudian, dapat terjadi spasmus otot
yang luas dan kejang umum, seperti opisthotonus atau tulang belakang seperti
melengkung ke belakang.

c. Sebutkan faktor risiko TN


Faktor Risiko Faktor risiko TN sering teridentifikasi secara bersamaan
(multifaktorial) pada satu individu sehingga meningkatkan risiko kejadian TN secara
kumulatif.
1. Faktor yang berkaitan dengan persalinan yang tidak aman
a) Persalinan atau prosedur medis lainnya yang dilakukan di luar fasilitas
kesehatan.
b) Persalinan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
menangani persalinan.
c) Praktek persalinan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih atau tidak
steril, misalnya:
- Terdapat hewan peliharaan yang tinggal dalam rumah atau dekat rumah
tempat bersalin (kotoran hewan peliharaan dapat mengandung spora
Clostridium tetani).
- Instrumen dan tangan penolong yang tidak bersih.
- Penggunaan tikar, tanah, atau alas persalinan yang tidak bersih.
- Penggunaan bahan tradisional untuk membantu persalinan.

2. Faktor yang berkaitan dengan imunisasi


3. Ibu tidak memiliki status imunisasi minimum T2 dengan masa perlindungan
yang optimal (PAB).
4. Faktor yang berkaitan dengan sosial ekonomi dan budaya
a) Kemiskinan
b) Tingkat pendidikan orang tua yang rendah
c) Pemeriksaan antenatal yang tidak rutin
d) Usia ibu yang muda atau kondisi kehamilan pertama, maupun keduanya
5. Faktor lainnya Riwayat kematian anak sebelumnya dalam keluarga akibat TN.

2. Penemuan Kasus:
a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus TN
Penentuan kriteria kasus konfirmasi TN tidak berdasarkan pemeriksaan
laboratorium tetapi berdasarkan gejala klinis dan diagnosis dokter atau tenaga
kesehatan terlatih.
1. Suspek TN memenuhi kriteria berikut:
a) Kasus atau kematian TN yang didiagnosa oleh bukan dokter atau petugas
kesehatan terlatih dan tidak dilakukan investigasi.
b) Kematian neonatus yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Kasus konfirmasi memenuhi kriteria berikut: Bayi lahir hidup dapat menangis
dan menyusu/minum dalam 2 hari pertama kemudian muncul gejala seperti
mulut mencucu (trismus) sehingga sulit menyusu/minum disertai kejang
rangsang, yang dapat terjadi sejak umur 3-28 hari.
3. Bukan kasus TN (discarded) Kasus yang setelah dilakukan investigasi tidak
memenuhi kriteria klinis

a. Bagaimana menilai risiko wilayah TN


1) Daerah risiko tinggi adalah kabupaten/kota dimana: 1) ditemukan kasus
TN selama satu tahun terakhir > 1/1000 kelahiran hidup, atau 2) jika
insidensi <1/1000 kelahiran hidup tetapi surveilans tidak sensitif, cakupan
persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan < 87%, dan cakupan imunisasi
Td 2+ pada ibu hamil < 80% pada tahun yang sama
2) Daerah risiko rendah adalah kabupaten/kota dimana: 1) Insidensi TN
<1/1000 kelahiran hidup dan kinerja surveilans yang sensitif 2) Insidensi
TN <1/1000 kelahiran hidup dan cakupan persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan ≥ 87%, atau 3) Insidensi TN <1/1000 kelahiran hidup dan
cakupan imunisasi Td 2+ pada ibu hamil ≥ 80%

b. Jelaskan proses penemuan kasus TN dan Lakukan wawancara


memastikan hal tersebut.
Cara Penemuan Kasus TN

F a sy an k e s/
Petugas Penemuan kasus T in d a k a n d a n p e la p o ra n
Lokasi
P en e m u an su sp e k
Masyarakat/kader
T N d i m a sy ara k a t
D ilap o rk a n k e p u sk e s-
Masyarakat Laporan mas- mas setempat
Bidan desa y a ra k a t, a ta u sa at
K N 1, K N 2, K N 3
R u a n g b e rsa lin / per- Kasus konfirmasi
Pelaporan ke Dinas
awatan neonatal TN
Puskesmas K e se ha ta n K ab u p a ten /
R e v ie w re g iste r
Kota
MTBM

F a sy an ke s/
Petugas Penemuan kasus T in da k an da n pe lap o ran
Lokasi
B a gian /ru ang perina- Kasus konfirmasi Pelaporan ke Dinas
Rumah sakit tologi TN K eseha tan K ab upa ten /
UGD Reviu register RS Kota
K lin ik p ersa lina n / Kasus konfirmasi
perinatologi Pelaporan ke Dinas
TN
Klinik swasta K eseha tan K ab upa ten /
R eviu reg ister
Kota
MTBM

Sebagai Surveilans TN di Puskesmas, penemuan kasus dilakukan :


Penemuan kasus secara aktif melalui Surveilans Aktif di Masyarakat (Fasilitas
kesehatan tingkat pertama/FKTP seperti Puskesmas, Klinik Swasta dan FKTP
Lainnya (BPM), yaitu:
1. Setiap minggu petugas surveilans melakukan surveilans aktif dengan
mereview register MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
2. Diagnosa dari semua suspek TN yang berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan ditetapkan oleh Dokter.
Lembar Kasus 2 :
Sehubungan dengan laporan dari petugas surveilans puskesmas B pada tanggal 20 September
2019 pukul 14.30 wita, bahwa ada satu kasus Kematian atas nama Bayi Ny Suhartini Umur 9
Hari, jenis Kelamin Laki-laki meninggal di puskesmas B setelah dirawat di ruang anak
selama 3 hari dengan dengan gejala panas, kejang-kejang, mulut sukar di buka serta sesak
nafas di sertai bunyi.

Pertanyaan:
1. Dari data tersebut tersebut, apakah benar kasus tersebut merupakan kasus TN?
Ya Benar, kasus tersebut diatas adalah kasus TN
Dasar apa yang dipakai untuk penetapan diagnosis?
Untuk menentukan kasus diatas adalah kasus TN yaitu berdasarkan gejala klinis
sebagai berikut :
Gejala Klinis Gejala awal adalah kesulitan minum karena terjadinya trismus atau lock
jaw (spasme otot pengunyah). Mulut mencucu seperti ikan (karpermond), sehingga
bayi tidak dapat minum dengan baik. Selain itu terdapat risus sardonicus atau wajah
seperti senyum terpaksa dan alis terangkat. Kemudian, dapat terjadi spasmus otot
yang luas dan kejang umum, seperti opisthotonus atau tulang belakang seperti
melengkung ke belakang.
Dari kasus tersebut diketahui bahwa pasien mengalami gejala sesuai dengan gejala
klinis kasus TN yaitu : gejala panas, kejang-kejang, mulut sukar di buka serta sesak
nafas di sertai bunyi.
2. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data kedalam
form pencatatan pelaporan yang tersedia.
3. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan data hasil
Penyelidikan Epidemiologi TN tersebut.
Telah dilaporkan bahwa ada satu kasus Kematian atas nama Bayi Ny Suhartini Umur
9 Hari, jenis Kelamin Laki-laki meninggal di puskesmas B setelah dirawat di ruang
anak selama 3 hari dengan dengan gejala panas, kejang-kejang, mulut sukar di buka
serta sesak nafas di sertai bunyi di wilayah kerja Puskesmas B

4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu bahwa telah
terjadi TN?
Kasus TN dilaporkan segera dengan Format W1 (1x24 jam) ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
a. Kasus TN dilakukan pelacakan menggunakan Formulir TN-01
b. Memastikan setiap variabel pada Formulir TN-01 diisi dengan lengkap dan benar,
kecuali Nomor EPID, karena nomor EPID diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
c. Melakukan wawancara terhadap orang tua kasus, penolong persalinan dan tenaga
kesehatan pemberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan informasi faktor risiko
kasus TN
d. Menanyakan identitas bayi, riwayat kelahiran dan riwayat kesakitan/kematian bayi
e. Kemudian dengan menggunakan kriteria diagnosis, dilakukan penetapan diagnosis
TN dan faktor risikonya sesuai dengan definisi operasional
f. Pencarian Kasus Tambahan
 Lacak Persalinan Yang Ditolong Selama 3 Bulan Terakhir Di Faskes Atau
Diluar Faskes Dengan Formulir TN-01.
 Lacak Kasus Tersangka Tn Yang Ditolong 3 Bulan Terakhir Oleh Penolong
Persalinan Yang Sama
 Tanyakan Kepada Masyarakat Setempat, Tokoh Masyarakat Dan Kader
Setempat Apakah Ada Kematian Bayi Umur 3-28 Hari Atau Kasus Yang
Sama Disekitar Tempat Tinggal Kasus Yang Tidak Ketahui Penyebabnya
 Apabila Ditemukan Kasus Tambahan Atau Kematian Bayi Umur 3-28 Hari
Dalam Periode 3 Bulan Terakhir, Maka Lakukan Kunjungan Dan
Wawancara Dengan Menggunakan Formulir TN-02.
 Kumpulkan Data Cakupan Imunisasi TD2+ Pada Ibu Hamil Di Tingkat
Desa, Persalinan Di Fasyankes Dan Kunjungan Neonatal Desa Kasus
Bersumber Dari Puskesmas.
 Lakukan Rapid Community Assessment → Mewawancara Minimal 7 Atau
Lebih Ibu Yang Melahirkan Dalam 2 Tahun Terakhir Untuk Mendapatkan
Informasi :
Status Imunisasi
 Tempat Dan Orang Yang Membantu Dalam Persalinan
 Penggunaan Alat-alat Yang Tidak Higienis Dalam Memotong Tali
Pusat,
 Penggunaan Ramuan/Bahan Yang Tidak Higienis Pada Perawatan Tali
Pusat,
 Dan Status Imunisasi Anak.
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan TN?
a) Tempat Dan Tanggal Lahir
b) Tanggal Dan Usia Kematian
c) Usia Gestasi/Kehamilan
d) Berat Badan Bayi Lahir
e) Persalinan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Jelaskan Jika Persalinan Tidak
Dilakukan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
f) Status Imunisasi Ibu
g) Pelayanan Neonatal Esensial Termasuk Pemotongan Dan Perawatan Tali
Pusat
h) Gejala Yang Timbul
i) Faktor Risiko Lain (Yang Diperlukan Untuk Rekomendasi Respon) Seperti
Berapa Lama Ibu Tinggal Di Wilayah Tersebut, Frekuensi Kegiatan Pelayanan
Imunisasi Di Wilayah Tempat Tinggal, Kegiatan ANC, Dan Alasan-alasan
Mengapa Tidak PAB Jika Ibu Tidak Menerima Imunisasi Tetanus

6. Apa rencana tindak lanjut dan rekomendasi saudara terkait kasus TN tersebut?
Rencana tindak lanjut berdasarkan analisis hasil investigasi, baik yang dilaksanakan
di tingkat puskesmas atau fasyankes lainnya maupun yang di tingkat
Kabupaten/Kota sebagai berikut :
a) Penyusunan rencana pelaksanaan respon/tindakan korektif segera setelah kegiatan
analisis hasil investigasi.
b) Pelaksanaan rencana tindak lanjut oleh program terkait sesuai hasil analisis
investigasi.
c) Diseminasi hasil analisis investigasi kepada program terkait termasuk Pokja KIA
guna memantapkan tindakan korektif/ respons.
d) Monitoring dan evaluasi surveilans TN.
e) Peningkatan kualitas pelayanan dan pemenuhan logistik esensial, selain perbaikan
proses-proses yang terkait dengan kebijakan, sistem kesehatan, dan peran serta
lintas sektor.
f) Penyusunan laporan tahunan surveilans TN secara berjenjang provinsi, kab/kota
dan puskesmas

Rekomendasi hasil analisis investigasi dapat diberikan, sebagai berikut :


1. Imunisasi
Meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi rutin tetanus 3 dosis DPT-
HB-Hib saat bayi dan 1 dosis DPT-HBHib saat baduta, DT dan Td pada anak usia
sekolah dasar/ madrasah serta Td bagi WUS yang tinggi dan merata, melalui
upaya-upaya penguatan imunisasi rutin
2. Penguatan Program KIA
3. Penguatan sistem Surveylans TN
4. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus TN

Anda mungkin juga menyukai