Anda di halaman 1dari 27

Kelompok 1

Surveilans Pertusis
KETUA :

ANGGOTA :
ACHMAD MUKTAMAR
AGUS NAWAN
CHRISTIANUS GESNER
DEWI YUNI ASTUTI
DIANA MANDASARI
ESTI RAHAYU
HARIYANTO
SUGIANTO
SURYA SUPRIANTO
SUSANTY
PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
BAGI PETUGAS SURVEILANS DI KABUPATEN/KOTA DAN PROVINSI

MPI 8: SURVEILANS PERTUSIS


PANDUAN DISKUSI KELOMPOK PENEMUAN KASUS PERTUSIS (IHB 8.2)
4

TUJUAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENUGASAN


A. Setelah melakukan diskusi kelompok ini, peserta mampu
melakukan penemuan kasus pertussis
B. Langkah-langkah:
1. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok. Masing-masing
kelompok 10 orang
2. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah diskusi kelompok
tentang Materi pokok 2 (3 menit)
3. Peserta mendiskusikan sesuai instruksi fasilitator dalam
kelompok (30 menit)
4. Fasilitator meminta wakil dari salah satu kelompok
menyajikan hasil diskusi kelompoknya juga beri kesempatan
untuk tanya jawab (7 menit)
5. Fasilitator memberikan pembulatan (5 menit)

C. Waktu : 1 jpl (45 menit)


Lembar Penugasan/ Instruksi (IHB 8.2)

Sebanyak 38 orang meninggal di 7 kampung di Kabupaten N selama


periode Oktober hingga Desember 2015. Mereka terdiri dari 35 orang
Balita dan 3 orang Dewasa. Hasil investigasi Tim kedua yang turun
pada tanggal 3 Desember menemukan penyebab kematian 35 Balita
adalah karena penyakit Pertussis dengan komplikasi Penumonia.

Untuk mengendalikan kejadian ini, Kemenkes telah melakukan respon


cepat penanggulangan pertussis di Kecamatan M dan Kecamatan B.
Selain itu menyiapkan program flying health care di Kabupaten N,
mendorong pemberian makanan tambahan (PMT) bagi Balita, ibu hamil
dan PMT ASI, serta menempatkan tenaga kesehatan melalui program
Nusantara Sehat. Kemenkes juga melakukan koordinasi dengan lintas
sektor untuk dapat mmbangun perumahan yang layak, ketersediaan air
bersih, kemandirian bercocok tanam dan beternak, serta pendidikan
Penugasan:

1. Gejala dan tanda


a. Jelaskan definisi dari kasus pertusis
b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit
pertusis
2. Penemuan Kasus:
a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk
menetapkan adanya kasus pertusis
b. Bagaimana klasifikasi kasus pertusis dan
bagaimana membedakannya
c. Jelaskan proses penemuan kasus pertusis dan
Lakukan wawancara memastikan hal tersebut.
1. Gejala dan Tanda

a. Jelaskan definisi dari kasus pertusis

Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) adalah penyakit menular pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Penyakit ini merupakan penyakit endemik di hampir
seluruh negara di dunia dengan puncak epidemik biasanya terjadi setiap 2-5 tahun (rata-rata 3-4
tahun).
 
b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit pertussis
Orang dengan batuk terus menerus (batuk paroksismus) yang berlangsung minimal
selama 2 minggu dengan ditemukan minimal 1 tanda berikut :
• Batuk rejan pada saat inspirasi atau napas dalam (inspiratory whoop)
• Muntah setelah batuk (post-tussive vomiting)
• Muntah tanpa ada penyebab yang jelas
• Atau Kasus apneu (berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak usia <1 tahun
dengan batuk
tanpa ada batasan durasi.
•Atau Jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada batasan durasi.
 
2. Penemuan Kasus:
2.a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus pertussis

Jawab

Adanya tanda dan gejala Orang dengan batuk terus menerus (batuk paroksismus) yang berlangsung
minimal selama 2 minggu dengan ditemukan minimal 1 tanda berikut :

a. Batuk rejan pada saat inspirasi atau napas dalam (inspiratory whoop)

b. Muntah setelah batuk (post-tussive vomiting)

c. Muntah tanpa ada penyebab yang jelas

Atau Kasus apneu (berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak usia <1 tahun dengan batuk
tanpa ada batasan durasi.

Atau Jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada batasan durasi.

Adanya hasil dengan konfirmasi laboratorium PCR/kultur positif

 
2.b. Bagaimana klasifikasi kasus pertusis dan bagaimana membedakannya

Klasifikasi Kasus:

a. Konfirmasi laboratorium: kasus yang memenuhi kriteria suspek dan hasil pemeriksaan
spesimen (kultur atau PCR) adalah positif.

b. Terhubung secara epidemiologis: kasus yang memenuhi kriteria suspek dan memiliki
hubungan epidemiologis (kontak erat) dengan kasus terkonfirmasi laboratorium dalam waktu
tiga minggu sebelum timbulnya batuk.

c. Kompatibel klinis: kasus yang memenuhi kriteria suspek tetapi tidak memenuhi kriteria
konfirmasi laboratorium maupun epidemiologis.

d. Discarded (bukan kasus pertusis): pasien yang tidak memenuhi kriteria klinis berdasarkan
hasil investigasi.
2. c. Jelaskan proses penemuan kasus pertusis dan Lakukan wawancara memastikan hal tersebut.

Di Tingkat Puskesmas (Klinik/Praktek Dokter, Bidan, Perawat)


 
1. Setiap penderita dengan batuk lebih dari 2 minggu yang datang ke puskesmas harus dicari
gejala tambahan dan ditentukan apakah memenuhi kriteria suspek pertusis. Untuk usia
balita dan anak, penemuan kasus bisa didapatkan dari pelayanan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR).
2. Bila penderita datang dengan batuk yang kurang dari 2 minggu diupayakan untuk dimonitor
perjalanan penyakitnya serta dicari gejala tambahan pertusis lainnya.
3. Bila kasus memenuhi kriteria klinis pertusis, catat dalam formulir investigasi kasus pertusis
(formulir PERT 01) seperti dalam lampiran (1) dan lakukan penyelidikan epidemiologi untuk
mencari kasus tambahan.
4. Bila memenuhi kriteria KLB maka dilakukan penyelidikan KLB
Di Rumah Sakit
a. Bila ditemukan kasus pertusis di RS, petugas surveilans RS harus melaporkan dalam
waktu kurang dari 24 jam kepada petugas surveilans dinas kesehatan kabupaten/kota.
b. Surveilans aktif RS dilakukan secara aktif satu kali dalam seminggu oleh petugas
surveilans dinas kesehatan kabupaten/kota dan petugas surveilans rumah sakit/contact
person RS, yang diintegrasikan dengan surveilans AFP dan PD3I lainnya, menggunakan
form Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS).
2. Penemuan Kasus:
c. Jelaskan proses penemuan kasus pertusis dan Lakukan wawancara memastikan hal tersebut.

 Penyelidikan Epidemiologi Pertusis


Penyelidikan Epidemiologi dilakukan untuk mengetahui gambaran kelompok rentan dan penyebaran kasus
agar dapat dilakukan upaya penanggulangan. Identifikasi kemungkinan adanya kasus lain, terutama pada
kelompok rentan dapat dilakukan dengan cara:
1. Kunjungan dari rumah ke rumah seluas perkiraan penularan
2. Kunjungan sekolah/tempat kerja kasus
3. Mengisi format investigasi/penyelidikan epidemiologi terhadap kasus dan kontak (semua umur)
4. Mengidentifikasi dan mencatat status imunisasi kasus suspek dan kontak erat. Jika didapatkan kasus
suspek atau kontak erat berusia <5 tahun dengan status imunisasi DPT-HB-Hib yang tidak/belum lengkap
maka harus dijadwalkan untuk segera dilengkapi.
5. Bila usia <1 tahun, berikan/lengkapi imunisasi DPT-HB-Hib hingga 3 dosis dengan interval minimal 1 bulan
antar dosis kemudian pastikan pada usia 18 bulan atau pada interval minimal 12 bulan setelah dosis ketiga
diberikan 1 dosis imunisasi lanjutan; bila usia ≥1 tahun maka lengkapi 4 dosis imunisasi dengan interval dosis
pertama dan kedua adalah 4 minggu, interval dosis kedua dan ketiga adalah 6 bulan dan interval dosis ketiga
dan keempat adalah 12 bulan.
PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
BAGI PETUGAS SURVEILANS DI KABUPATEN/KOTA DAN PROVINSI

MPI 8: SURVEILANS PERTUSIS


PANDUAN DISKUSI KELOMPOK PANDUAN PENCATATAN & PELAPORAN, ANALISA
DATA, SKDR DAN PENANGGULANGAN KLB PERTUSIS
PANDUAN LATIHAN (IHB 8.4,IHB 8.5,IHB 8.6,IHB 8.7)
TUJUAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENUGASAN
14

A. Tujuan
Setelah melakukan Latihan ini, peserta mampu melakukan:
1. Pencatatan dan pelaporan penyakit pertusis
2. Pengolahan dan analisa data surveilans pertusis
3. SKD dan respon penyakit pertusis
4. Penanggulangan KLB pertusis
B. Langkah-langkah:
1. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok 10 orang
2. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah latihan sebagai berikut:
a. Peserta mengisi format laporan dari data yang tersedia
b. Peserta melakukan pengolahan dan Analisa data
c. Peserta melakukan SKD dan respon
d. Peserta melakukan penanggulangan KLB pertussis
3. Peserta menngerjakan latihan sesuai instruksi fasilitator dalam kelompok (60 menit)
4. Fasilitator meminta salah satu wakil kelompok menyajikan hasil latihan kelompoknya juga
beri kesempatan untuk tanya jawab dan memberikan usulan (10 menit)
5. Fasilitator memberikan pembulatan (5 menit)

Waktu : 75 menit
Lembar Kasus (IHB 8.4,IHB 8.5,IHB 8.6,IHB 8.7)

• Berdasarkan laporan W1 dari Dinas Kesehatan Kabupaten PM pada tanggal 12 Mei 2015 yang diterima
oleh Dinas Kesehatan Propinsi S bahwa telah terjadi KLB Pertusis di Desa T Kecamatan L Kabupaten PM
dengan jumlah penderita sebanyak 11 orang. Kasus index dengan insial A usia 7 tahun jenis kelamin laki-
laki terjadi pada tanggal 5 April 2015 dengan gejala batuk-batuk. Sumber penularan dari index cases tidak
bisa dipastikan karena menurut keterangan dari orang tua kasus insial M, 1 sampai 2 minggu sebelumnya
tidak mempunyai riwayat berpergian kemana-mana, kasus pertama bersekolah di SD Negeri T kemudian,
kontak penularan berikutnya terjadi serumah (2 penderita) dan tetangga (1 penderita) sebagai kasus
primer, kasus primer bersaudara dengan kasus pertama. Kasus tidak mendapatkan imunisasi waktu balita.
Penularan berikutnya berasal dari kasus primer melalui kontak rumah tetangga dan sekolah (kasus
sekunder). Seluruh kasus KLB pertusis yang terjadi di desa T masih memiliki ikatan keluarga satu sama
lain bisa dikatakan serumpun dalam satu desa kejadian luar biasa yang terjadi diwilayah puskesmas L ini
merupakan common source walaupun pada gambar kurve epidemi seperti propagated epidemic. Hal ini
bisa terjadi karena ketidak telitian (kesalahan) dalam penulisan tanggal mulai sakit, masa inkubasi penyakit
pada masing-masing penderita yang tidak sama serta adanya pebedaan kepekaan terhadap penyakit
pertusis, puncak kasus kemungkinan terjadi pada tanggal 19 Mei 2015. Di desa T, AR tertinggi berada
pada golongan umur 0 – 11 bulan.
Lembar Pertanyaan (IHB 8.4,IHB 8.5,IHB 8.6,IHB 8.7)

1. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data kedalam form
pencatatan pelaporan yang tersedia.
2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan data hasil
Penyelidikan Epidemiologi pertussis tersebut.
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB pertusis, dasar apa yang dipakai
untuk penetapan KLB?
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas/Kab/Kota/Provinsi setelah tahu
bahwa telah terjadi KLB pertusis?
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB pertusis?
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB pertusis berakhir
1. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk
menginput data-data kedalam form pencatatan pelaporan
yang tersedia.
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB
pertusis, dasar apa yang dipakai untuk penetapan KLB?

 KLB

 Dasar Penetapan KLB


Suatu wilayah kab/kota dinyatakan KLB Pertussis jika ditemukan satu
suspek pertusis dengan konfirmasi laboratorium PCR/kultur positif
ATAU
Jika ditemukan Suspek Pertusis yang mempunyai hubungan
epidemiologi dengan kasus PCR/kultur positif
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas/Kab/Kota/Provinsi setelah
tahu bahwa telah terjadi KLB pertusis?
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk
melengkapi laporan KLB pertusis?

 Wilayah padat penduduk, kumuh, terdapat pekerja migran, kelompok marjinal dan
pengungsi yang berdomisili, wilayah pedesaan dan sulit secara geografis atau wilayah
pemukiman baru
 Status gizi dan PHBS masyarakat secara umum kurang baik
 Kegiatan pelayanan imunisasi di puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan
dilaksanakan kurang dari 2 kali setiap minggu dan pelayanan imunisasi
 Trend cakupan imunisasi rutin DPT-HB-Hib1, DPT-HB-Hib2, DPT-HB-Hib3 dan DPT-
HB-Hib4 (dosis lanjutan) selama 3 tahun terakhir kurang dari 80%e. Kontak Serumah
Daris Pertusif.
 Masyarakat Sekitar
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB pertusis berakhir

 Penguatan Surveilans, dalam pelacakan dan penemuan kasus, dengan disertai


pelaporan mingguan yang adekuat.Penguatan review/kunjungan RS.Penguatan
Imunisasi dengan peningkatan IDL dan IRL pada bayi dibawah 2 tahun, serta
segera melengkapi imunisasi yang diperbolehkan pada bayi hingga usia 5 tahu

Anda mungkin juga menyukai