Anda di halaman 1dari 20

HASIL TUGAS KELOMPOK III

PELATIHAN PD3I SURVEILANS PUSKESMAS


( PERTUSIS )

KETUA : BAHTIAR MUNIR ( 8 )


A N G G O TA :
1. R U D I D W I H A R TA N T O ( 2 8 )
2. BADRUS SURUR ( 7 )
3. M.SUJI ( 25 )
4. E K A O K TAV I A N I ( 1 3 )
5. D I A N A R O K H M AT U L L . H ( 11 )
6. A N I S Z AT U S Z A K I YA H ( 5 )
7. M E LY AT I K L ( 2 1 )
8. ASTUTIK ( 6 )
9. R I S K I YA N I N G ( 2 7 )
SOAL
Soal 1
a. Jelaskan definisi dari kasus pertusis

Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari) adalah penyakit menular pada saluran
pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis.
1.Masa inkubasi umumnya 7-20 hari, rata-rata 7-10 hari.
2.Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi.
3.Bakteri menginfeksi lapisan tenggorokan, trakea dan saluran pernapasan sehingga
pembentukan lendir semakin banyak.
4.Pada awalnya lendir encer, tetapi kemudian menjadi kental dan lengket. Infeksi
berlangsung selama 6 minggu.
5.Penyakit ini merupakan penyakit endemik di hampir seluruh negara di dunia dengan
puncak epidemik biasanya terjadi setiap 2-5 tahun (rata-rata 3-4 tahun).
b. jelaskan gejala dan tanda khas dari penyakit pertusis
Gejala dan tanda khas Pertusis berupa:
Batuk paroksismal diikuti suara batuk rejan saat inspirasi, sering disertai muntah.
Pada Bayi muda mungkin tidak disertai Batuk rejan, akan tetapi batuk yang diikuti oleh
berhentinya napas atau sianosis, atau napas berhenti tanpa batuk
Perdarahan subkonjungtiva
Mungkin disertai pneumonia dan kejang. Diagnosis etiologis ditegakkan berdasarkan kultur
dengan ditemukannya B. pertusis dari specimen nasofaring yang diambil selama fase kataral atau
paroksimal awal. Selain itu pemeriksaan penunjang bisa dilakukan dengan:
a) PCR (Polymerase Chain Reaction)
b) Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis dengan ELISA
Soal 2
a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus pertusis
Cara Penemuan Kasus

1) Setiap Penderita dengan batuk lebih dari 2 minggu harus dicari gejala tambahan dan ditentukan apakah memenuhi kriteria suspek pertusis.

2) Bila penderita datang dengan batuk yang kurang dari 2 minggu diupayakan untuk di monitor perjalanan penyakitnya serta dicari gejala
tambahan pertusis lainnya.

3) Community Based Survailans

o Sosialisasi dimasyarakat pertemuan – pertemuan masyarakat

o Informer / pelapor – pelapor baru : Tokoh masyarakat, Tokoh Adat, Kader , Kepala Desa dll

o Terintegrasi dengan promkes, imunisasi dll di puskesmas

o Pelaporan Rutin melalui SKDR Oleh Puskesmas

o Untuk usia balita dan anak penemuan kasus bisa didapatkan dari pelayanan MTBS dan MTPKR.

4) Hospital Based Survailans

o Sosialisasi

o Survailans aktif rumah sakit

o Hospital Record.
b. Bagaimana klasifikasi kasus pertusis dan bagaimana membedakannya

Klasifikasi kasus Pertusis

1) Konfirmasi laboratorium : kasus yang memenuhi kriteria suspek dan hasil pemeriksaan spesimen (kultur atau
PCR) adalah positif.

2) Terhubung secara epidemiologis : kasus yang memenuhi kriteria suspek dan memiliki hubungan epidemiologis
(kontak erat) dengan kasus terkonfirmasi laboratorium dalam waktu tiga minggu sebelum timbulnya batuk.

3) Kompatibel klinis : kasus yang memenuhi kriteria suspek tetapi tidak memenuhi kriteria konfirmasi laboratorium
maupun epidemiologis.

4) Discarded (bukan kasus pertusis) : pasien yang tidak memenuhi kriteria klinis berdasarkan hasil investigasi.
c. Jelaskan proses penemuan kasus pertusis dan Lakukan wawancara memastikan hal
tersebut.

Proses Penemuan Kasus Pertusis:


1) Setiap penderita dengan batuk lebih dari 2 minggu yang datang ke puskesmas harus dicari
gejala tambahan dan ditentukan apakah memenuhi kriteria suspek pertusis. Untuk usia
balita dan anak, penemuan kasus bisa didapatkan dari pelayanan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR).
2) Bila penderita datang dengan batuk yang kurang dari 2 minggu diupayakan untuk dimonitor
perjalanan penyakitnya serta dicari gejala tambahan pertusis lainnya.
3) Bila kasus memenuhi kriteria klinis pertusis, catat dalam formulir investigasi kasus pertusis
(formulir PERT 01) seperti dalam lampiran (1) dan lakukan penyelidikan epidemiologi untuk
mencari kasus tambahan.
4) Bila memenuhi kriteria KLB maka dilakukan penyelidikan KLB
Lembar Pertanyaan (IHB 8.4,IHB 8.5,IHB
8.6,IHB 8.7)
SKENARIO SOAL 2
ANALISA
DESKRIPTIF KASUS
PERTUSIS
Kasus Indeks
Jenis kelamin : Laki – laki
Usia : 7 tahun
Status Imunisasi : Tidak mendapat imunisasi saat balita
Tanggal mulai sakit : 5 April 2022
Gejala : Batuk
Kontak Erat :
Primer : 2 Orang Serumah dan 1 Orang Tetangga
Sekunder : Teman sekolah
DISTRIBUSI FREKUENSI KASUS PERTUSIS
DI DESA T PADA BULAN MEI TAHUN 2022
NO IDENTITAS UMUR JENIS TGL MULAI SAKIT GEJALA STATUS
(INISIAL) KELAMIN IMUNISASI
1 A 7 th L 5 April 2022 Batuk Tidak Imunisasi
2 S 8 bulan P 16 April 2022 Batuk, muntah Belum booster
3 M 30 th P 15 April 2022 Batuk terus menerus Imunisasi
4 L 5 bulan P 9 Mei 2022 Batuk, muntah Belum booster
5 O 7 th P 27 April 2022 Batuk, sesak nafas Imunisasi
6 D 7 th L 5 Mei 2022 Batuk, muntah Imunisasi
7 F 5 bulan P 8 Mei 2022 Batuk Belum booster
8 G 5 bulan P 19 Mei 2022 Batuk Belum booster
9 N 4 bulan L 19 Mei 2022 Batuk, muntah Belum booster
10 T 7 th P 19 Mei 2022 Batuk, muntah Imunisasi
11 K 6 bulan P 19 Mei 2022 Batuk Belum booster
Pola Kasus Pertusis Menurut Orang
Pola Kasus Pertusis Menurut Umur Proporsi kasus pertusis terbanyak pada
60.00 kelompok umur bayi (0-1 tahun) yaitu 6 kasus
54.55
(54,55 %)
Jumlah Kasus (Persentase)

50.00
Kelompok umur anak menjadi penyumbang
40.00 tertinggi ke 2 kasus pertussis yaitu 4 kasus
36.36
(36,36 %)
30.00
Jumlah kasus terendah terdapat pada kelompok
20.00
umur dewasa yaitu 1 kasus (9,09 %)  KE
serumah dengan penderita
10.00 9.09

0.00

0-1 tahun 5 - 10 tahun 19 - 44 tahun

Kategori Umur (PMK 25 TAHUN 2016) :


Bayi (0 – 1 th), Balita (1 - < 5 th), Anak (5 - < 10 th), Remaja (10 - < 19 th),
Dewasa (19 – 44 th), Pra Lansia (45 – 59 th), Lansia (≥ 60 th)
Pola Kasus Pertusis Menurut Orang
Pola Kasus Pertusis Menurut Jenis Kelamin Jumlah kasus pertusis pada penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan
laki - laki
27.27

Rasio kasus pertusis pada penduduk laki – laki


dan perempuan adalah 3 : 8

72.73

Laki - Laki Perempuan


Pola Kasus Pertusis Menurut Orang
Pola Kasus Pertusis Menurut Status Imunisasi Mayoritas penderita telah memperoleh imunisasi
DPT, meskipun demikian, ada yang belum
mendapat booster karena belum cukup
9.09 umur/waktunya

90.91

Imunisasi Tidak Imunisasi


Pola Kasus Pertusis Menurut Waktu
Pola Kasus Pertusis Menurut Waktu Kasus KLB mulai terjadi pada minggu
4.5 epidemiologi ke 14 (minggu ke 1 Bulan April
4 4
2022) sebanyak 1 kasus
3.5 Puncak KLB terjadi pada minggu epidemiologi
3
ke 20 yaitu pada tanggal 19 Mei 2022
sebanyak 4 kasus
2.5
Jumlah Kasus

2 2 2

1.5

1 1 1 1

0.5

0 0 0
3-9 April 10-16 April 17-23 April 24-30 April 1-7 Mei 8-14 Mei 15-21 Mei 22-28 Mei
2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022 2022
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB pertusis, dasar apa yang
dipakai untuk penetapan KLB?

Dasar Penentuan KLB


Ya, telah terjadi KLB di  Ditemukan 1 kasus
Desa T, Kecamatan L, konfirmasi dan ada
Kabupaten PM hubungan
epidemiologis
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans
Puskesmas/Kab/Kota/Provinsi setelah tahu bahwa telah terjadi KLB
pertusis?
Tindakan yang harus dilakukan sebagai petugas surveilans apabila terjadi KLB :
1. Konfirmasi awal kasus
2. penyelidikan epidemiologi kunjungan dari rumah ke rumah.
3. Tatalaksana/pengobatan : kasus klinis/konfirmasi laboratorium diberikan antibiotik eritromisin selama 7-14 hari
( maksimal 3 minggu ) dengan dosis :
- anak anak 40-50 mg/kgbb/hari
- dewasa 2 gram/hari yang masing masing dibagi dalam 4 dosis
4. Lakukan pemisahan terhadap kontak yang tidak pernah diimunisasi atau yang tidak diimunisasi lengkap yang
berlaku sampai 21 hari sejak terpapar dengan penderita/sampai saat penderita dan kontak sudah mengkonsumsi
antibiotik minimal 5 hari dari 14 hari
5. Melakukan RCA atau survei cepat status imunisasi DPT-HB-Hib
6. menyebarkan informasi
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi
laporan KLB pertusis?

- identitas pasien
- gejala
- tanggal munculnya gejala
- riwayat pengobatan
- riwayat vaksinasi-Informasi epidemiologis
- informasi spesimen tdri dari tanggal pengambilan spesimen dan jenis specimen
- riwayat kontak dengan pasien suspek/positif pertusis-riwayat perjalanan
- WTO ( waktu tempat orang )
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB pertusis berakhir

Pencabutan kasus KLB pertussis dapat ditetapkan jika di suatu wilayah tidak ditemukan lagi
kasus pertussis selama 2 kali masa inkubasi terpanjang (28 hari) dihitung sejak dari kasus
terakhir.
Rencana tindak lanjut :
1. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kasus pertussis di wilayah kerja
2. Penguatan surveilans dan imunisasi DPT-Hb-HIB
3. Sosialisasi PHBS kepada masyarakat dan lintas sector dan program terkait

Anda mungkin juga menyukai