Anda di halaman 1dari 11

SOAL PRE TEST

PELATITHAN SURVEILANS PD3I LEVEL PUSKESMAS


1. Surveilans Tetanus neonatorum (TN) adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan
data penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus analiSIS
(usia < 28 hari) yang disebabkan
Clostridium tetani sehingga dihasilkan informasi guna tindak lanjut oleh
penentuan kriteria kasus konfirmasi TN ? investigasi. Bagaimana
A. Berdasarkan gejala klinis dan diagnosis dokter atau tenaga kesehatan terlatih
B. Berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium atau tenaga terlatih
C. Berdasarkan pemeriksaan Laboratorium dan tenaga kesehatan terlatih
D. Berdasarkan hasilpemeriksaan laboratorium dan diagnosis dokter
E. Berdasarkan pemeriksaan tenaga kesehatan terlatih dan diagnose dokter

Z. Penyakit campak disebabkan oleh virus campak golongan paramyxovirus. Sebagian besar
kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan sekolah. Setiap kasus dengan gejala
minimal demam dan ruam maculopapular, kecuali sudah terbukti secara laboratorium
disebabkan oleh penyebab lain, merupakan definisi operasional dari penyakit campak
katagori:
A. Kasus Campak Pasti secara Laboratorium
B. Kasus Campak Pasti secara Epidemiologi
C. Kasus Campak Klinis
D. Suspek Campak
E. Suspek Rubela

informasi yang dibutuhkan dalam rangka


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
dikumpulkan dari setiap variable ditentukan oleh
3
mencapai tujuan penelitian. Data yang Data yang diambil dari satu sumber dan
deinis1 operasional variabel yang bersangkutan.
sudah dikompilasi disebut sebagai:
A. Data Primer
B. Data Sekunder
C. Data Tersier
D. Data Agregat
E. Data Individu

4. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB adalah kewaspadaan terhadap penyakit berpotensi
LB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi
surveilans
epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-r
melaksanakan
upaya dan tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat. Apa tujuan
SKD-KLB?
A. Teridentifikasinya adanya ancaman KLB dan terselenggaranya peringatan kewaspadaan
dini KLB
B. Terselenggaranya investigasi KLB dan deteksi dini KLB berdasarkan laporan surveilans
C. Teridentifikasinya faktor risiko kemungkinan terjadinya KLB di suatu wilayah tertentu
D. Terdeteksi secara dini adanya kondiri rentan KLB dan intervensi KLB
E. Terselenggaranya supervisi kejadian KLB dan deteksi dini KLB
S. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang
dilaksanakan
berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri secara terus menerus
dari imunisasi dasar dan an
lanjutan. Üntuk Imunisasi dasar, jenis imunisasi imunisasi
usia Campak-Rubela, IPV 2** diberikan pada anak
A. <24 Jam
B. 3 Bulan
C. 6 bulan
"D. 9 bulan
E. 11 bulan

6. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi utin terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan. Untuk Imunisasi ,jenis imunisasi DPT-HB-Hib 4 dan Campak-Rubela 2 diberikan
pada anak usia :
A. 12 bulan
B. 18 bulan
C. 24 bulan
D. 11tahun
E. 12 tahun
agar setiap anak
7. Imunisasi rutin harus dilaksanakan sesuai iadwal untuk memastikan
imunisasi rutin sesuai
mendapatkan imunisasi lengkap. Apabila anak tidak mendapatkan
kegiatan imunisasi kejar untuk
jadwal yang direkomendasikan maka perlu dilakukandilakukan pada:
melengkapinya. Jadwal pemberian Imunisasi kejar dapat
A usia < 1 tahun
B usia 18 bulan
E. sampaianak usia 3 tahun.
D. sampai anak usia 5 tahun*
E sampai anak usia 12 tahun*

(DOFU) dan Backlog Fighting


8. Imunisasikejar meliputi 2 kegiatan yaitu:Drop-Out Follow Upberusia
(BLF). Kegiatan BLF melengkapi status imunisasi anak yang kurang dari3 tahun yang
dasar maupun lanjutan. Kegiatan ini diprioritaskan untuk
belum mendapatkan imunisasi
A. desa kelurahan yang selama 2 tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
B. desa/kelurahan yang pada akhir tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.
C. desa/kelurahan yang sedang ada KLB PD31
D. desa/kelurahan yang baru saja ada KLB PD3I
E. desa/kelurahan yang target cakupan imunisasinya rendah
9. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutir terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan.Universal Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya:
A. Imunisasidasar pada anak umur kurang dari 1 tahun dan balita
B. Imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur I tahun)
C. Imunisasilanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu.
D. Imunisasi lanjutan pada semua bayi (anak umur kurang dari 1tahun)
E. Imunisasi rutin tambahan untuk bayi (anak umr kurang dari 1 tahun)
10. Imunisasi rutin adalah Imunisasi Program yang
dilaksanakan secara terus menerus dan
Derkesinambungan sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan. Pemberian
A. Imunisasi Khusus imunisasi Campak-Rubela, IPV 2** masuk dalam golongan :
B. Imunisasi Tambahan
C. Imunisasi Pilihan
D. Imunisasi Lanjutan
E. Imunisasi Dasar

T1. Dntuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sciak diterima, didistribusikan ke tingkat
pelayanan sampai digunakan, vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang
d°ekomendasikan. Jenis vaksin seperti Polio Tetes(OPV),RV,DPT-HB-Hib,DT harus di
masa simpan vaksin yang bervariasi di level
Simpan pada suhu tertentu dan
Provinsi, Kab/Kota,Puskesmas/Pustu. Penyimpanan vaksin tersebut pada suhu:
A. 2°C sd 8°C
B. -2°Csd -8°C
C. -15°C sd -25°C
D 15°C sd 25°C
E. 0°C sd 8°C

dilakukan melalui sistem surveilans aktif rumah sakit


I2. Stategipenemuan kasus AFP dapat Sistem surveilans masyarakat (community based
(hospital based sunveillance=HBS dan
Surveillan-ce=CBS), Peran Puskesmas dalam CBS adalah :
A, Pengumpulan data masyarakat
B. Koordinator surveilans AFP di masyarakat.
C. Penanggung Jawab Sistem Pencatatan dan prlaporan
D. Petugas Surveilans AFP dimasyarakat
E. Mengirim laporan SKDR
15.Spesimen yang diperlukan dari penderita AFP adalah spesimen tinja, namun tidak semua
kasus AFP yang dilacak harus dikumpulkan spesimen tinjanya. Yang perlu dikumpulkan
specimen tinjanya adalah apabila :
A. Kelumpuhan terjadi < 2bulan pada saat ditemukan,
B. Kelumpuhan terjadi >2 bulan pada saat ditemukan,
C. Kelumpuhan terjadi > usia 15 tahun
D. Kelumpuhan yang terjadi dg status imunisasi tidak lengkap
Kelumpuhan yang terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab jelas
14. Sumber laporan surveilans AFP (unit pelapor) adalah RS dan puskesmas sebagai unit
pelaksana terdepan penemuan kasus. Selanjutnya secara berjenjang dilaporkan kepada
Dinkes Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat.
Laporan dari Puskesmas disampaikan melalui:
A. sistem pelaporan PWS KLB (W2),
B. aplikasi SKDR
C. Laporan KLB W1
B. Formulir FP1
E. Mingguan Surveilans AFP
15. Untuk meningkatkan sensitifitas penemuan kasus polio, maka pengamatan dilakukan pada
kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP)dan pengamatannya disebut sebagai Surveilans AFP
(SAFP). Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap:
A. Semua kelumpuhan yang di temukan di masyarakat
B. Semua kasus kelumpuhan yang di rawat dirumah sakit
e. Semua kasus lumpuh layuh akut pada anak usia < 15 tahun.
D.Semua kelumpuhan yang terjadi secara akut pada semua umur
E. Semua kelumpuhan tanpa status imunisasi polio yang jclas
penyakit infeksi virus lainnya sehingga untuk
16. Gejala klinis campak sering menyerupaitersangka
menegakkan diagnosa pasti dari kasus campak perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Spesimen yang harus diambilpada suspek campak adalah:
suspek campak
A. Spesimen Urinefusap tenggorok pada setiapsetiap
B Spesimen Darah dan Urine/usap tenggorok suspek campak
tenggorok pada kasus suspek campak dengan gejala
C. Spesimen Darah dan urine/ usap
tambahan ba-pil atau conjunctivitis campak tanpa gejala tambahan ba-pil atau
Dspesimen Darah pada setiap suspek
conjunctivitis campak dengan gcjala tambahan ba
Spesimen Urineusap tenggorok pada kasus suspek
pil atau conjunctivitis
program eliminasi camnpak dan
I.Suveilans merupakan salah satu pembuktian keberhasilan
dalam memahami pola transimi atau
berguna
rubela. Pelaksanaan surveilans yang intensif imunisasi campalk-rubela secara tepat untuk
penyebaran kasus dan memastikan pelaksanaan diperlukan untuk:
nemutus transmisi. Analisis data kasus Campak-Rubela
A. Mempelajari gambaran epidemiologi dari kasus campak
B. Mempelajari hasil pengobatan kasus campak campak
C. Dapat menjawab kelompok masyarakat yang rentan terkena
D. Memastikan faktor risiko penyebab terjadinya KLB.
rE. Menghitung secara pasti kebutuhan logistic untuk penanggulangan KLB.
18.Pengolahan dan analisis data dilakukan di setiap tingkat, mulai Puskesmas, Kabupaten/Kota,
Provinsi maupun Nasional. Analisis data berdasarkan orang, tempat, dan waktu.
Pembuatan kurva cpidernik mingguan termasuk dalam analisis :
A. Orang
B. Tempat
C. Waktu
D. Puncak KLB
E. SKD-KLB

19 Dalam pelaksanaan surveilans Difteri , kasus Difteri dapat diklasifikasikan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium. Bila ditemukan bila ada kasus suspek diferi dengan hasil kultur
positif strain toksigenik termasuk klasifikasi apakah kasus tersebut?
A. Kasus Kasus kompatibel klinis
B. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi
e Kasus konfirmasi laboratorium
D. Kasus Discarded
E. Kasus Difteri Positip
dapat
20. Sebanyak 94 % kasus Difteri mengenai tonsil dan faring. Pada keadaan lebih berat
ditandai dengan kesulitan menelan, sesak nafas, stridor dan pembengkakan leher yang
difteri?
tampak seperti leher sapi (bullneck). Apa penyebab kematiansusunan
A. Gagalnya pernafasan, kerusakan otot jantung, kelainan saraf pusat dan ginjal.
B. obstruksi/sumbatan jalan nafas, elastisnya otot jantung, serta kelainan susunan saraf
pusat dan ginjal.
C. obstruksi/sumbatan jalan nafas, kerusakan otot jantung, serta lengkapnya susunan saraf
-pusat
D. obstruksi/sumbatan jalan nafas, kerusakan otot jantung, serta kelainan susunan saraf
pusat dan ginjal.
E. Kelainan pada otot hidung, kerusakan otot jantung, serta kelainan susunan saraf pusat
dan ginjal.
21. Setiap suspek Difteri harus dilakukan konfirmasi luboratorium. Pengambilan sampcl Difteri
dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih. Untuk tatacara Pengambilan dan pengirinan
spesimen. Sebutkan jenis-jenis pemeriksaan spesimen difteri yang paling tepat.
A. Usap pipi (chick swab), Usap Hidung (Nasal swab), Usap Luka (Wound swab), Usap
Mata (Eyes swab)
B. Usap Tenggorok (Throat swab), Usap kaki (legs swab), Usap Luka (Wound swab), Usap
Mata (Eyes swab)
C. Usap Tenggorok (Throat swab), Usap Hidung (Nasal swab), Usap rambut (hair swab),
Usap Mata (Eyes swab)
D. Usap Tenggorok (Throat swab), Usap Hidung (Nasal swab), Usap Luka (Wound swab),
Usap telinga (Ear swab)
Usap Tenggorok (Throat swab), Usap Hidung (Nasal swab), Usap Luka (Wound swab),
Usap Mata (Eyes swab)
22. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit tenggorok, pilck seperti
Lnteksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Suspek campak yang tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan tidak mempunyai hubungan
secara laboratorium, namun disertai gejala salah satu "C"epidemiologi dengan kasus pasti
(Cough/Batuk, Coryza/Pilek,
Conjunctivitis/Mata Merah).
Pernyataan tersebut merupakan Definisi Operasional dari:
A. Suspek campak
B. Kasus campak klinis
C. Kasus campak Pasti
D. Kasus campak konfirmasi Lab.
E. Kasus campak-rubela Pasti secara
epidemiologi
23. Penyakit difteri ditandai dengan gejala
infeksi saluran napas bagian atas pada awal badan lemas, sakit tenggorok, pilek seperti
umumnya.
ditemukan. "Kasus suspek difteri dengan hasil Ada beberapa klasifikasi kasus difteri yang
specimen, atau tidak dilakukan tes laboratorium negative, atau tidak diambil
toksigenisitas, dan tidak mempunyai hubungan
enidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium'
Pernyataan tersebut termasuk dalam klasifikasi: "
A. Kasus konfirmasi
B. Kasus konfirmasi Laboratorium
hubungan epidemiologi
e. Kasus compatible klinis
D. Discarded
E. Kasus negative
tenggorok, pilek seperti
ditandai dengan gejala awal badan lemas, sakit klasifikasi kasus difteri
24.Penyakit difteri atas pada umumnya. Ada
beberapa
infeksi saluran napas bagian setelah dikonfirmasi oleh Ahli tida memenuhi
suspek difteri yang
yang ditemukan. "Kasus
kriteria suspek difteri"
dalam klasifikasi :
Pernyataan tersebut termasuk
A. Kasus konfimasi Laboratorium
epidemiologi
B. Kasus konfirmasi hubungan
C. Kasus compatible klinis
B.Discarded
E. Kasus negative
untuk menentukan
difteri pemeriksaan laboratorium diperlukan dari laboratorium
25. Dalam kegiatan surveialns nasional akan menjadi rujukan
klasifikasi kasus. Laboratorium rujukankultur Corynebacterium diphtheria dari kasus, juga
daerah, selain melakukan pemeriksaan
melakukan uji yaitu :
A. Toksigenitas
'B. Antigenitas
C. Nutrigenomic
D. Antitetanus
E. Toksikologi
KLB/Wabah
menular tertentu yang dapat menimbulkan
26. Difteri merupakan jenis penyakit 1501 tahun 2010. Kegiatan penanggulangan KLB Difteri
seperti tercanturm dalam Permenkes terkait yaitu surveilans epidemiologi,
dilakukan dengan melibatkan program-program programn kesehatan lainnya serta lintas sektor
program imunisasi, klinisi, laboratorium dansuatu wilayah?
terkait. Apa syarat penetapan KLB difteri di
A. Jika ditemukan minimal 1 Suspek Difteri
B Jika ditemukan maksimal 1 Suspek Difteri
C Jika ditemukan minimal 5 Suspek Difteri
D Jikaditemukan maksimal 5 Suspek Difteri
E. Jika ditemukan maksimal 1 -5 Suspek Difteri

27. Penyakit difteri ditandai dengan gejala awal badan lemas, salkit tenggorok, pilek seperti
infeksi saluran napas bagian atas pada umumnya. Gejala ini dapat berlanjut adanya bercak
anak bisa terjadi
darah pada cairan hidung, suara serak, batuk dan atau sakit menelan. Pada terjadi napas
air liur menetes atau keluarnya lendir dari mulut. Pada kasus berat, akan juga bisa
berbunyi (stridor) dan sesak napas, dengan demam atau tanpa demam. Kulit
terinfeksi dengan kuman difteri, secara klinis luka ditutupi selaput ke abu-abuan.
Tatalaksana Kasus suspek Difteri di mulai dengan:
a. Diagnosa kasus dan pemeriksaan Laboratorium
B. Diagnosa kasus dan pemberian antibiotik
C Pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik
pemberian Anti Difteri Serum (ADs)dan antibiotik tanpa menunggu hasil laboratorium
(kultur baik swab/apus tenggorok).
E. pemberian Anti Diteri Serum (ADS) dan antibiotik setelah menunggu hasil
laboratorium (kultur baik swab/apus tenggorok).
pengolahan, dan analisis
28.Surveilans Tetanus neonatorum (TN) adalah kegiatan pengumpulan,
28 hari) yang disebabkan oleh
data penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (usia < lanjut investigasi. Penemuan
Clostridium tetani sehingga dihasilkan informasi guna tindak
ka_us (TN) dengan cara :
AJPenemuan kasus melalui Surveilans Aktif di Masyarakat/FKTP
B. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum (TN) dapat dilakukan di Rumah sakit.
e. Penemuan kasus melalui Surveilans Aktif di Masyarakat/FKTP dan di Rumah Sakit
D. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum (TN) dilaporkan langsung dari Poli Kebidanan di
Rumahsakit
E. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum (TN) di dapat dari laporan Bidan di desa dan klinik
bersalin yang ada.
29. Semua suspek TN harus dilakukan investigasi. Penentuan kriteria kasus konfirmasi TN tidak
berdasarkan pemeriksaan laboratorium tetapi berdasarkan gejala klinis dan diagnosis dokter
ata1 tenaga kesehatan terlatih. Bayi lahir hidup dapat menangis dan menyusu/minum dalam
2hari pertama kemudian muncul gejala seperti mulut mencucu (trismus) sehingga sulit
menyuswminum disertai kejang rangsang, yang dapat terjadi sejak umur 3-28 hari, definisi
operasional tersebut memenuhi kriteria:
A. Suspek TN
B. Bukan kasus TN
e: Kasus Konfimasi
D. Kasus pasti TN
E. Kasus klinis
30. Pemetaan Risiko Wilayah. Kriteria pembagian daerah berdasarkan tingkat risiko kejadian
TN adalah daerah risiko tinggi dan daerah risiko rendah.
Apabila di suatu daerah terdapat kondisi : ditemukan kasus TN selama satutahun terakhir >
1/1000 kelahiran hidup atau insidensi <i/1000 kelahiran hidup tetapi surveilans tidak
sensitif, cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan < 87%, dan cakupan imunisasi
Td 2+ pada ibu hamil < 80% pada tahun yang sama, maka daerah tersebut termasuk dalam:
A. Kondisi KLB
B. Kondisi Rawan
C. RisikoRendah
D. Risiko Sedang
K. Risiko Tinggi

31. Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (usia < 28
hari) yang disebabkan oleh Clostridium tetani dimana bakteri mengeluarkan toksin
(racun) dan menyerang system saraf pusat. Selain kesulitan minum, gejala lain adalah
wajah seperti senyum terpaksa dan alis terangkat yang di sebut dengan :
A. karpermond
B. trismus atau lockjaw
E. risus sardonicus
D. opisthotonos
E. spasmus otot
aktif di
survcílans
aktif
TN terbnyi
menjadi
Penemuan kasus sccaraseperti
sakit. pertamw/FKTP
32.Bordunarkan lokuninya, MurvolluDs
uktif dI rumah
konmas dan wurIrvelluns (auilitas konchatan
tingkat
manyaruka/punko
melalui Survellnnu Aktif di Musyarakat Lainnya(BPM). yang digunakan
?
Klinik wasta dan VKTP apaform
Puskounau,
Untuk ponomuun kasus TN di
musyarakatterscbut
A. Roview roglster MTBM
B, Reviow formn SARS-PD31
C. Roview form SKDR
D. Reviow form WI mempertahankan
B. Roviow form w2 memantau upaya
dilakukan untuk kesehatan masyarakat. Dalam
kasUs TN upaya
33,.Pongoluhan dan Analisis datu
mcmberikan rekomendasi
Ntutus oliminasi dan untukyung hurus diperhatikan adalahdan incidence rate per bulan, tahun
pengolahun duta kasUs TN jumlah kasus
Bordasarkan laporan rutin mingguan,
A. dan berdasarkan wilayah puskesmas
profil keschatan dinas keschatan kabupaten
B. Berdasarkan laporanprofil keschatan
Berdasarkan laporan puskesmas
Berdasurkan luporan periodic lima tahunan
D. tahunan WHO
E. Berdusarkan loporan rutin dicari
yang datang ke puskesmas harus
J4,Setiap penderita dengan batuk lebih dari 2 minggu
kriteria
etiologis
suspek pertusis. Diagnosisnasofaring
apakah memenuhi
gejala tambahan dan ditentukan dengan ditemukannya B. pertusis dari specimen
ditcgakkan berdasarkan kultur
kataral atau paroksimal awal. Apa pemeriksaan penunjang yang
yang diambil sclama fase
perlu dilakukan?
Khusus dengan ELISA
A. Pemeriksaan Laboratoriumpemeriksaan PCR
B. Pemeriksaan Antigen dan
pemeriksaan Laboratorium khusus
C. Pemeriksaan PCR dan ELISA.
D Pemeriksaan serologis dengan ELISA.
serologis dengan
E. Pemneriksaan PCR dan pemeriksaan
kasus pertusis dilakukan ditingkat puskesmas (Klinik/Praktck Dokter, Bidan,
35.Pencmuan Yang harus dilakukan oleh Dinas kesehatan
Perawat), Rumah sakit dan Dinas Keschatan.
adalah:
membuat laporan kasus pertusis
A. setiap minggumeminta Puskesmas kejadian kasus pertusis
B. setiap minggu memantau di lapangan melihat signal KLB pertusis
setiap minggu memantau laporan SKDR untuk
untuk mencari dan menemukan secara aktif
D. Setiap minggu mengunjungi rumah sakit
kasus pertusis
sakit diwilayah kerjanya untuk mencari dan
E. Setiap minggu meminta petugas Surveilans
menemukan sccara aktif kasus pertusis
puskesmas (Klinik/Praktek Dokter,, Bidan,
36.Penemuan kasus pertusis dilakukan ditingkat Apabila ada penderita yang datang ke
Perawat), Rumah sakit dan Dinas Kesehatan. 2 minggu, yang harus dilakukan oleh
Puskesmas dengan gejala batuk yang kurang dari
petugas adalah:
memenuhi kriteria suspek pertusis.
A. dicari gejala tambahan dan ditentukan apakah gejala tambahan pertusis lainnya.
B. dimonitor perjalanan penyakitnya serta dicari (formulir PERT 01)
C. dicatat dalam formulir investigasikasus pertusismencegah penularan
D. dilakukan penyelidikan KLB dilapangan,untukdi rumah sakit
E. Dilakukan isolasidan dirujuk untuk perawatan
37.Faktor risiko TN sering teridentifikasi secara bersamaan (multifaktorial) pada satu
sehingga meningkatkan risiko kejadian TN secara kumulatif. Faktor risiko kejadian TNindividu
selain
yang berkaitan dengan persalinan yang tidak aman, juga faktor yang berkaitan dengan
imunisasi yaitu ibu tidak memiliki status imunisasi. Untuk mengurangi factor resiko tersebut
status Imunisasi ibu yang dimiliki adalah:
A minimum T2 dengan masa perlindungan yang optimal (PAB)
B. ibu hamil dan WUS, mencapai status TS dengan imunisasi Td.
C. mendapat pelayanan ANC dengan status imunisasi nya
D. Sejak di sekolah mendapat imunisasi untuk menambah imunitas.
E. pemberian imunisasi bagicalon pengantin Wanita.
33.Dalam suatu kondisi KLB selain peningkatan cakupan imunisasi pertusis perlu diberikan
(postexposure antimicrobial propilaksis PEP). Siapa
antibiotik propilaksis pasca paparan propilaksis tersebut diatas ?
saja target sasaran pemberian antibiotik hari sejak
orang yang beresiko tinggi dalam waktu 21
A. Kontak serumah dari pertussis dan
terpapar dengan kasus pertusis, hari sejak
yang beresiko tinggi dalam waktu 7
B Kontak serumah dari pertussis dan orang
terpapar dengan kasus pertusis,
C. Kontak serumah daripertussis dalam waktu hari 21 hari sejak terpapar dengan kasus pertusis,
sejak terpapar dengan kasus pertusis,
waktu 7
D. Orang yang beresiko tinggi dalam
yang kontak dengan pertusis selama 7 hari terakhir kontak
Semua orang yang di temui

39.Pelaporan kasus pertusis dilakukan secara berjenjang oleh semua unit pelapor baik pemerintah
sistem case-based surveillance dimana data
mAupun swasta. Surveilans pertusis menerapkan dianalisa dan dilaporkan.
individu dari setiap kasus pertusis dikumpulkan, diklasifikasikan,
dicatat dalam suatu formulir, kemudian
Pada tingkat Puskesmas, setiap kasus suspek pertusis mekanisme pelaporan
setiap hari Senin dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota melalui
Formulir yang dimaksud ?
yang ditentukan melalui WA, email, dan sebagainya. Apa jenis
A. SKDR
B PERT-03
C. PERT-02
D. PERT-01
E. W2

40.Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses meminimalkan
risiko, yang terdiri dari tiga komponen, yaitu persepsi risiko, manajemen risiko dan
komunikasi risiko. Apa yang dimaksud dengan komunikasi risiko ?
A. Suatu proses penentuan faktor-faktor dan tingkat risiko berdasarkan data-data ilmiah.
B proses penyusunan dan penerapan kebijakan dengan mempertimbangkan masukan dari
bebagai pibak untuk melindungimasyarakat dari risiko, dalam bal ini risiko terhadap
kesehatan.
e. pertukaran informasi dan opinisecara timbal balik dalam pelaksanaan manajemen risiko.
D. Penyampaian informasi tentang risiko keterpaparan saat kejadian luar biasa
E. Penyampaian informasi atau edukasi tentang risiko penyakit yang sedang terjadi
41.Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses meminimalkan
risiko, yang terdiri dari tiga komponen, yaitu persepsi risiko, manajemen risiko dan
ko1nunikasi risiko. Apa Tujuan dari komunikasi risiko ?
A. Agar masyarakat mengetahui adany akejadian KLB dan atau wabah
B.Memberikan penyuluhan tentang risiko kejadian penyakit pada tokoh masyarakat dan tokoh
Agama untuk meneruskan ke masyarakat
penanggulangan KLB dan
atau
Æ. kesiapsiagaan
Meningkatkan peran serta
wabah.
masyarakat dalam
kejadian KLB dan
atau Wabah
D. massa tentangKLB/Wabah pada masyarakat.
E. Menyampaikan
Menberikan
informasi melalui mediz
penyuluhan secara luas tentang
kejadian
Komunikasi Resiko dari
Sandman, ahli didasarkan pada situasi
42.Pada tehnik komunikasi disebutkan oleh Peterkomunikasi yang
Amerika, yang menyatakan ada empat jenis sesungguhnya. Formulanya dikenal dengan
wpran masyarakat dan tingkat bahaya yang paling
dalam mengambil bentuk komunkasi yang
Sk= Hazard + Outrage" Pertimbanganyang terjadi ,termasuk media yang digunakan. Pada
sesuai.perlu terhadap situasi media apa yang paling
eimana
pemahaman
bahaya tinggi, namun masyarakat tidak terlalu peduli,
sesuai untuk komunikasi ?
massa khusus (website, newsletter,dsb)
Dialog interaktif didukung dengan media audiens untuk lebih banyak berbicara.
omunikasi langsung. Beri kesempatan
atau 'publik', karena setiap orang terlibat langsung.
C Semuamedia tidak ada 'audiens'
B. Media masa secara monolog
E. Media social dan jejaring social
meminimalkan
43.Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian prosesdilakukan dalam
yang harus diperhatikan untuk
risiko. Dalam situasi krisis, terdapat lima hal
strategi komunikasi risiko, yaitu :
A. Kepercayaan, pemberitahuan pertama, tranparansi, pendapat dan sikap
masyarakat, serta
perencanaan Keterbukaan, saling membantu, pendapat dan sikap masyarakat, serta
B. Kepercayaan,
perencanaan
C. Kepercayaan, pemberitahuan pertama, jaringan yang kuat, tranparansi, pendapat dan
sikap masyarakat
D. Kemampuan, jaringan yang kuat, Tranparansi, koordinasi, serta perencanaan
E. Pemantuan, kemanmpuan, pendapat dan sikap masyarakat, serta perencanaan

44. Semua suspek TN harus dilakukan investigasi. Penentuan kriteria kasus konfirmasi TN
tidak berdasarkan pemeriksaan laboratorium tetapi berdasarkan gejala klinis dan diagnosis
dokter atau tenaga kesehatan terlatih.
Untuk pernyataan tentang Kasus atau kematian TN yang didiagnosa oleh bukan dokter
atau petugas kesehatan terlatih dan tidak dilakukan investigasi, dan kematian TN yang
tidak diketahui penyebabnya" merupakan kriteria dari:
A. Dicarded
B. Kasus konfirmasi
E. Suspek TN
D. Klinis
E. Bukan kasus

45.Surveilans Campak-Rubela adalah pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap
penyakit campak dan rubela dimulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data serta diseminasi informasi sehingga menghasilkan rekomendasi.
Berdasarkan WHO-Searo, adanya penularan virus campak darn/atau virus rubela secara terus
megerus, yang terjadi selama >12 bulan disuatu wilayah tertentu di sebut sebagai :
A Endemis Campak-Rubela
B. Case Based Measles Surveillance (CBMS).
C. Eliminasi Campak-Rubela
D. Fully Ivestigated
E. KLBCampak -Rubela
AK Salah satustrategi untuk
mengetahui dampak jangka panjang pelaksanaan program imunisasi
campak-rubela adalah dengan melakukan surveilans CRS secara sentinel di rumah sakit (RS)
Surveilans CRS adalah pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap
pada kelompok umur penyakit CRS
A. Usia 0-11Bulan
B. Usia <lbulan
C. Usia 18 bulan
D. Usia 28 hari
E. Usia 7 hari

47.Surveilans pertusis adalah kegiatan pengamatan penyakit pertusis yang sistematis dan terus
menerus dengan output yaitu data dan informasi tentang kejadian penyakit pertusis
Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) adalah penyakit menular pada saluran pernapasan
yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Pernyataan tersebut merupakan
pengertian dari :
A. Discarded
B Suspek Pertusis
. Pertusis
D. Konfimasi
E. Klinis

48.Dalam system pencatatan dan pelaporan surveilans difteri, setiap suspek difteri dilaporkan
sebagai KLB dalam waktu l x 24 jam, dan dicatat pada format daftar kasus individu untuk
dilaporkan ke dinas kesebatan provinsi. Apa nama format yang digunakan untuk mencatat
kasus individu tersebut ?
A. Form Wl
B. Form W2
C. Form DIF-1
D. Form DIF-2
E. Form DIF-3
49. Imunisasi rutin harus
dilaksanakan sesuai jadwal untuk
mendapatkan imunisasi lengkap. Jumlah dosis yang harusmemastikan agar setiap anak
di berikan pada Imunisasi
Campak-rubela adalah:
A. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis l dan 2
B. 2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 2 adalah 1 bulan
C.2 dosisdengan Interval minimal antara dosis 1dan adalah 2 bulan
dan 2 adalah 3 bulan
D.2 dosis dengan Interval minimal antara dosis 1 dan 2 adalah 6 bulan
E. 2 dosis dengan Interval minimal antara
dosis 1dan 2 adalah 9 bulan
50.Sasaran utama komunikasi risiko adalah masyarakat dan
KLB dan atau wabah, yang meliputi? pihak-pihak terkait yang berisiko
A. Keluarga, mediamassa dan
B. Masyarakat, media massa danpemegang kebijakan
C. Masyarakat, murid sekolah danpemegang kebijakan
pemegang kebijakan
D. Masyarakat, media massa dan para
E. Masyarakat, keluarga dan Bupati/Walikota
pemegang kebijakan

Anda mungkin juga menyukai