Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Ni Made Yulia Arisanti, A.Md.

AK
KELOMPOK 1

KASUS TETANUS NEONATORUM

Lembar Penugasan/ Instruksi


Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang menyerang bayi baru lahir. Bayi
baru lahir berisiko tinggi terkena tetanus apabila ia dilahirkan dengan bantuan
peralatan persalinan yang tidak steril. Pencegahan sejak dini dari tetanus
neonatorum lebih diutamakan dibandingkan pengobatan, karena tingkat kematian
penderita tetanus neonatorum sangat tinggi. Penyakit ini masih banyak ditemukan di
daerah pedesaan atau terpencil di mana fasilitas dan tenaga medis masih sulit untuk
ditemui.
Risiko bayi menderita tetanus neonatorum juga dapat meningkat karena ibunya tidak
terlindungi oleh vaksin tetanus toxoid (TT) selama masa kehamilan. Risiko ini
meningkat bukan hanya pada bayi, tapi juga pada sang ibu.
1. Gejala dan tanda
a. Jelaskan definisi dari kasus TN
Jawaban:
Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (usia < 28 hari) yang disebabkan oleh Clostridium tetani
dimana bakteri mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang system
saraf pusat.
b. Bagaimana gejala dan tanda khasdari penyakit TN
Jawaban :
Gejala Klinis awal adalah :
 Kesulitan minum karena terjadinya trismus atau lock jaw
(spasme otot pengunyah).
 Mulut mencucu seperti ikan (karpermond), sehingga bayi tidak
dapat minum dengan baik.
 Terdapat risus sardonicus atau wajah seperti senyum terpaksa
dan alis terangkat.
 Dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang umum, seperti
opisthotonus atau tulang belakang seperti melengkung ke
belakang.
2. Penemuan kasus
Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus TN
Jawaban:
a. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus TN :
 Sensitifitas Penemuan : Bayi lahir sehat, setelah 3 hari mengalami
mulut mencucu.
b. Klasifikasi kasus TN dan cara membedakan:
 Suspek TN : Kasus atau kematian TN yang didiagnosa oleh
bukan dokter atau petugas kesehatan terlatih dan tidak
dilakukan investigasi atau kematian neonatus yang tidak
diketahui penyebabnya.
 Konfirmasi TN : Bayi lahir hidup dapat menangis dan
menyusu/minum dalam 2 hari pertama kemudian muncul gejala
seperti mulut mencucu (trismus) sehingga sulit menyusu/minum
disertai kejang rangsang, yang dapat terjadi sejak umur 3-28
hari dan Didiagnosa oleh dokter atau petugas kesehatan
terlatih.
 Discarded TN : Kasus yang tidak memenuhi kriteria klinis
setelah dilakukan investigasi
c. Proses penemuan kasus TN dan lakukan wawancara :
 Setiap minggu petugas surveilans melakukan surveilans aktif
dengan mereview register MTBM ( Manajemen Terpadu Bayi
Muda).
 Diagnosa dari semua suspek TN yang berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Dokter.
 Penemuan kasus melalui kegiatan kegiatan kunjungan neonatal
(KN1, KN2 dan KN3) dengan menggunakan form atau bagan
MTBM. Jika ditemukan kasus dengan klasifikasi infeksi bakteri
berat perlu ditelusuri riwayat persalinan ibu atau hal lainnya
yang mengarah kepada suspek TN dan segera dilaporkan ke
petugas surveilans.
 Bila tidak ditemukan kasus dalam kunjungan ke puskesmas
maka puskesmas melakukan laporan nihil/ / Zero Report”
mingguan melalui laporan rutin.
 Penemuan suspek TN terutama pada daerah dengan risiko
tinggi dilakukan melalui koordinasi dengan tokoh masyarakat,
tokoh agama dan kader, karena itu diperlukan pemberdayaan
masyarakat melalui pendekatan edukatif dan partisipatif dalam
penemuan suspek tetanus neonatorum.
 Jika ditemukan suspek TN atau kematian bayi usia 3-28 hari
segera lapor ke puskesmas atau rumah sakit terdekat yang ada
di wilayahnya.
Rumah sakit yang dimaksud adalah RS Pemerintah, swasta dan Rumah Sakit
Khusus (rumah bersalin, RS ibu dan anak, klinik yang memiliki perawatan ibu
dan anak).
 Setiap minggu petugas surveilans Kabupaten/kota melakukan
Surveilans aktif dirumah sakit yang terintegrasi dengan kegiatan
surveilans AFP dan PD3I lainnya dengan mengunakan form SARS-
PD3I
 Surveilans aktif dilakukan dengan merevieu register dibagian rawat
jalan dan rawat inap bagian anak, kebidanan, perinatologi/neonatologi,
rekam medik, bagian gawat darurat maupun register kematian
perinatal/neonatal.
 Bila tidak ditemukan kasus dalam kunjungan ke rumah sakit maka
dalam formulir SARS PD3I tetap dikirimkan dengan dituliskan NIHIL
(zero report).
Wawancara kasus menggunakan form TN – 01 dengan menanyakan
 Identitas bayi dan ibu ( nama bayi, jenis kelamin, anak ke, nama ibu,
usia ibu, pekerjaan, pendidikan, alamat )
 Informasi kelahiran bayi (bayi lahir hidup, tanggal lahir bayi, tanggal
meninggal, waktu lahir bayi menangis atau tida, kelahiran bayi dll)
 Riwayat pemeriksaan kehamilan ibu (ANC ibu, tempat pemeriksaan,
pemeriksaan kehamilan)
 Riwayat persalinan (tempat persalinan, usia kehamilan saat persalinan,
penolong persalinan, perawatan tali pusat, keadaan saat ini
 Riwayat imunisasi ibu (lihat buku KIA status imunisasi Td saat hamil,
status T ibu saat ini)
 Respon kasus dan Informasi lain (pemberian Td saat investigasi jika
belum mencapai status T5) cakupan imunisasi Td di Puskesmas,
cakupan KN.

d.
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Lembar Kasus (IHB 3,4,5,6)


Sehubungan dengan laporan dari petugas surveilans puskesmas B pada tanggal 20
September 2019 pukul 14.30 wita, bahwa ada satu kasus Kematian Bayi Umur 9
Hari
dengan Diagnosa Medis Tetanus Neonatorum Bayi Ny Suhartini, Jenis Kelamin Laki-
laki meninggal di puskesmas B setelah di rawat di ruang anak selama 3 hari dengan
dengan gejala panas, kejang-kejang, mulut sukar di buka serta sesak nafas di sertai
bunyi.
Pertanyaan:
1. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data
kedalam form pencatatan pelaporan yang tersedia.
Jawaban:
2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan
data hasil Penyelidikan Epidemiologi TN tersebut.
Jawaban:
Di Puskesmas B terjadi kematian bayi berumur 9 hari dengan diagnose
tetanus neonatorum dengan gejala klinis panas, kejang-kejang, mulut sukar
dibuka serta sesak nafas disertai bunyi. Dilihat dari hasil penyelidikan
Epidemiologi TN bayi lahir hidup, menangis, bisa menyusu atau minum
dengan baik. Bayi mulai sakit tanggal 17-09-2019 di bawa ke puskesmas B
dan mendapatkan perawatan selama 3 hari. Dari Riwayat pemeriksaan
kehamilan ibu ANC sebanyak 6 kali yang dilaukan di Puskesmas B di periksa
oleh dokter dan bidan. Riwayat persalinan ibu di Puskesmas B UK 39 mgg
ditolong oleh bidan, alat yang digunakan untuk memotong tali pusat
menggunakan gunting tali pusat yang sudah steril. Dan setelah dirumah
perawatan tali pusat menggunakan minyak kemiri sesuai tradisi yang
diberikan oleh mertua. Riwayat imunisasi ibu dari catatan buku KIA Ibu
mendapat 1 kali imunisasi Td pada uk 7 bulan tanggal 11-07-2019, dan ibu
tidak mendapat td Catin. Menurut ingatan ibu imunisasi pada saat bayi dan
sekolah dasar mendapatkan imunisasi lengkap. Dari informasi lain yang
didapatkan di puskesmas B, cakupan imunisasi baik 90%, cakupan
persalinan di faskes 100% dan cakupan kunjungan neonatus 85%. Jadi
disimpulkan bahwa kejadian kematian TN disebabkan oleh Penggunaan
Ramuan Tradisional pada perawatan Tali Pusat.

3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB TN ? Dasar apa
yang dipakai untuk penetapan KLB?
Jawaban:
Ya benar, karena terdapat 1 kasus tetanus neunatorum di puskesmas B
dengan gejala panas, kejang-kejang, mulut sukar dibuka serta sesak nafas
disertai bunyi. Dasarnya Eliminasi tetanus maternal dan neonatal atau MNTE
(Maternal and Neonatal Tetanus Elimination) adalah kasus TN < 1 per 1000
kelahiran hidup di setiap kabupaten/kota tidak tercapai.
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu
bahwa telah terjadi KLB TN?
Jawaban:
Yang dilakukan Petugas Surveilans Puskesmas saat terjadi KLB:
1) Melakukan Penyelidikan Epidemiologi
2) Pelaporan Form W-1 ke Dinas Kesehatan Kab/Kota
3) Pengisian Form TN-01
4) Melakukan pelaporan SKDR secara lengkap dan tepat waktu ke dinas
Kesehatan Kab/Kota.
5) Pemetaan wilayah factor resiko
6) Mengumpuulkan factor-faktor resiko

5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB
TN?
Jawaban:
1) Kasus tambahan
2) Sebaran kelompok umur kasus
3) Status imunisasi
4) Status Gizi
5) Kepadatan Wilayah atau situasi Hygiene lingkungan
6) Kurva epidemiologi
7) Kasus -kasus baru dan angka kematian guna analisis lebih lanjut untuk
menghasilkan rekomendasi penanggulangan KLB
8) Cakupan imunisasi
9) Membuat peta resiko Pertussis di wilayah puskesmas

6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB TN berakhir


Jawaban:
a. Mendorong Laporan Tetanus Neonatorum NIHIL (zero report)
b. Meningkatkan Penemuan dengan Sensitifitas Kasus TN
c. Diseminasi hasi analisis investigasi kepada program terkait dan
Advokasi pada Lintas Sektoral
d. Monitoring dan Evaluasi Survelains TN

Anda mungkin juga menyukai