Anda di halaman 1dari 16

Kelompok I

Ahmad Nizar, a.Md.Kep


Andi Fatimah,SKM
Annes Mananna,SKM
Dini Andriana Septiani, S.K.M.
Minati Hapsari,SKM
Nurtati,SKM
Ranti Melda,SKM
Siti Ainun Jariah,S.Kep.,Ns
Siti Rahmawati Pebuari, SKM
Taufik Noer,Amd.Kep
Tugas 1
1. Gejala dan tanda
a. Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) adalah penyakit menular pada saluran
pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis
b. Gejala dan tanda khas penyakit pertusis
- Orang dengan batuk terus menerus (batuk paroksismus) yang berlangsung
minimal selama 2 minggu dengan ditemukan minimal 1 tanda berikut :
a. Batuk rejan pada saat inspirasi atau napas dalam (inspiratory whoop)
b. Muntah setelah batuk (post-tussive vomiting)
c. Muntah tanpa ada penyebab yang jelas
- Atau Kasus apneu (berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak usia <1
tahun dengan batuk tanpa ada batasan durasi.
- Atau Jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada batasan
durasi
2. Penemuan Kasus

a. kriteria yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus pertusis apabila


memnuhi salh satu diantara 3 berikut :
- Orang dengan batuk terus menerus (batuk paroksismus) yang berlangsung
minimal selama 2 minggu dengan ditemukan minimal 1 tanda berikut :
Batuk rejan pada saat inspirasi atau napas dalam (inspiratory whoop),
Muntah setelah batuk (post-tussive vomiting) dan Muntah tanpa ada
penyebab yang jelas
- Atau Kasus apneu (berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak
usia <1 tahun dengan batuk tanpa ada batasan durasi.
- Atau Jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada
batasan durasi.
b. Klasifikasi kasus pertusis dan membedakannya :
● Konfirmasi laboratorium : kasus yang memenuhi kriteria suspek dan hasil
pemeriksaan spesimen (Kultur atau PCR) adalah positif
● Terhubung secara epidemiologis : kasus yang memenuhi kriteria suspek
dan memiliki hubungan epidemiologi (kontak erat) dengan kasus
terkonfirmasi laboratorium dalam waktu tiga minggu sebelum timbulnya
batuk.
● Kompatibel Klinis : kasus yang memenuhi kriteria suspek tetapi tidak
memenuhi kriteria konfirmasi laboratorium maupun epidemiologis.
● Discarded (bukan kasus pertusis) : pasien yang tidak memenuhi kriteria
khas berdasarkan hasil investigasi.
c. Proses penemuan Kasus Pertusis
● Setiap penderita dengan batuk >2 minggu harus dicari gejala tambahan
dan ditentukan apakah memenuhi kriteria suspek pertusis.
● Penderita dengan batuk <2 minggu diupayakan untuk dimonitor
perjalanan penyakitnya serta dicari gejala tambahan pertusis lainnya.
● Dilakukan penyelidikan epidemiologi dan dicatat dalam formulir
investigasi kasus pertusis (formulir PERT 01) untuk setiap kasus suspek.
● Bila memenuhi kriteria KLB maka dilakukan penyelidikan KLB
1. Form PERT-01
2. Analisis Deskriptif
Berdasarkan laporan W1 dari Dinas Kesehatan Kabupaten PM pada tanggal 12
Mei 2015 telah terjadi KLB pertusis di Desa T, Kabupaten PM, Kecamatan L
dengan jumlah penderita sebanyak 11 orang. Dengan kelompok umur AR
tertinggi pada golongan umur 0-11 bulan. Kasus yang didapatkan usia 7 tahun
dengan jenis kelamin laki-laki begejala batuk-batuk, sumber penularan kasus
kontak mulai dari sekolah, kemudian di rumah terjadi 2 penderita dan
tetangga 1, tidak mendapatkan imunisasi saat balita.
3. Apakah benar telah terjadi KLB pertusis?
Belum dapat dipastikan karena belum ada keterangan hasil laboratorium
dari kasus tersebut. petugas harus memastikan apakah sudah ada hasil
laboratoriumnya. jika belum, maka perlu dilakukan konfirmasi lab untuk
mengetahui apakah sudah masuk dalam klasifikasi terkonfirmasi. Tapi jika
ternyata sudah keluar hasil lab dan terkonfirmasi positif, maka petugas
mengeluarkan pernyataan KLB dengan format W1.
Namun, berdasarkan gambaran kasus di atas sudah terjadi hubungan
epidemiologi antara kasus index dan kasus-kasus tambahan lainnya
4. Tindakan yang perlu dilakukan apabila terjadi KLB
Penyelidikan Epidemiologi
Identifikasi kemungkinan adanya kasus lain, terutama pada kelompok
rentan dapat dilakukan dengan cara:
a. Kunjungan dari rumah ke rumah seluas perkiraan penularan
b. Kunjungan sekolah/tempat kerja kasus
c. Melakukan penyelidikan epidemiologi dan mengisi format penyelidikan epidemiologi terhadap
kasus dan kontak (semua umur)
d. Mengidentifikasi dan mencatat status imunisasi kasus suspek dan kontak erat. Jika didapatkan
kasus suspek atau kontak erat berusia <5 tahun dengan status imunisasi DPT-HB-Hib yang
tidak/belum lengkap maka harus dijadwalkan untuk segera dilengkapi.
e. Bila usia <1 tahun, berikan/lengkapi imunisasi DPT-HB-Hib hingga 3 dosis dengan interval
minimal 1 bulan antar dosis kemudian pada usia 18 bulan atau pada interval minimal 12 bulan
setelah dosis ketiga diberikan 1 dosis imunisasi lanjutan.
f. Bila usia ≥1 tahun maka lengkapi 4 dosis imunisasi dengan interval dosis pertama dan kedua adalah
4 minggu, interval dosis kedua dan ketiga adalah 6 bulan dan interval dosis ketiga dan keempat
adalah 12 bulan.
5. Informasi yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB Pertusis
a. Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB
b. Kerentanan masyarakat, antara lain status gizi dan imunisasi
c. kerentanan lingkungan
d. Kerentanan pelayanan kesehatan
e. Ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau
negara lain
f. Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi
g. Hasil laboratorium pertusis pasien dan kontak erat
6. Rencana tindak lanjut setelah KLB pertusis
- Melaksanakan monitoring surveilans pertusis dengan:
a. Melihat apakah sistem surveilans pertusis yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan
petunjuk teknis surveilans pertusis
b. Mengidentifikasi dan memberikan solusi untuk kendala dan tantangan yang dihadapi
saat pelaksanaan suveilans pertusis
- Monitoring dilakukan terhadap :
a. Ketersediaan SDM surveilans pertusis di semua level
b. Ketersediaan anggaran / sumber daya pendukung kegiatan surveilans pertusis
c. Pelaksanaan kegiatan surveilans pertusis sesuai dengan petunjuk teknis surveilans
pertusis
d. Pencatatan dan pelaporan di setiap level
- Melengkapi status riwayat imunisasi bagi anak-anak yang berusia < 5 tahun
- Meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi rutin DPT HB Hib1, DPT HBHib2,
DPT HB Hib3 dan DPT HB Hib4 (dosis lanjutan) minimal 95% dan merata , di wilayah
terjangkit dan wilayah sekitar yang berisiko tinggi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai