Anda di halaman 1dari 7

Tugas : Mety Megasari - No: 14 - Kelompok 2

1. Kasus Skenario 1 : Penemuan kasus AFP

Bila saudara menjadi petugas surveilans di Puskesmas A, mendapatkan laporandari seseorang


yang berasal dari desa B bahwa tetangganya anak yang masih bersekolah di PAUD mengalami
kelumpuhan.

Pertanyaan Diskusi, Diskusikan, informasi apa saja yg harus digali dari orang tersebut agar
kasuskelumpuhan tersebut manjadi kasus yang masuk surveilans AFP?

a. Tentukan kisaran umur kasus, umur berapa kasus AFP seharusnya?

kisaran usia 5-6 tahun

b. Tentukan apa kasus lumpuh tersebut Akut dan Flasid? Apa kriterianya?

Kriterianya: Kaki, tangan

a. tidak ada ruda paksa / kecelakaan


b. berusia kurang dari 15 tahun
c. terjadi secara akut (mendadak), layuh
d. berlangsung cepat

c. Informasi apa saja yang harus digali pada kasus tersebut agar kasus itu dapat dilaporkan
dengan lengkap? (Sesuai Form EP1)

a. Sumber laporan, tanggal laporan diterima, tanggal pelacakan.


b. Identitas penderita ( nama,umur/tanggal lahir,jk, alamat, nama orang tua,)
c. Riwayat sakit ( tanggal mulai sakit, lumpuh,)
d. Tanda dan gejala AFP
e. Riwayat kontak ( berpergian dan berkunjung ke rumah anak yang baru mendapat
imunisasi polio)
f. Status imunisasi polio
g. Pengumpulan spesimen
h. Hasil pemeriksaan dan diagnosa dokter

d. Spesimen apa yang harus dikumpulkan dari kasus tersebut? Bagaimana kriteria specimen
yang baik?  spesimen tinja

1. 2 spesimen dapat dikumpulkan dengan tenggang waktu minimal 24 jam.


2. Waktu pengumpulan ke 2 spesimen tidak lebih dari 14 hari sejak terjadi kelumpuhan.
3. Masing-masing spesimen minimal 8 gram (sebesar satu ruas ibu jari orang dewasa), atau
1 sendok makan bila penderita diare.
4. Pada saat diterima di laboratorium dalam keadaan:
a. 2 spesimen tidak bocor.
b. 2 spesimen volumenya cukup.
c. Suhu dalam spesimen karier 2 - 8° C.
d. 2 spesimen tidak rusak(kering, dll).

2. Lembar Penugasan 2 (IHB.5)

Tujuan

Setelah diskusi kelompok ini, peserta mampu melakukan analisis data surveilans
dalamsurveilans AFP dan rekomendasi

Lembar kasus Skenario 2

Bila dari laporan Puskesmas saudara dari laporan tahun 2019 didapatkan 3 kasus AFP dan
semua kasusnya sudah dinvestigasi dan specimen fesesnya sudah dikirim spesimennya
kelaboratorium rujukan. Penugasan Diskusi

a. Apakah kinerja surveilans AFP tersebut di Puskesmas pada tahun 2019 sudah baik? Apa
indikatornya?  sudah baik

Indikator: penemuan kasus 3/100.000 penduduk, semua sampel sudah diambil

b. Apakah semua kasus AFP tersebut merupakan kasus Polio pada tahun tersebut? jelaskan?

Kasus polio konfirmasi belum bisa disampaikan karena hasil lab belum keluar. Polio konfirm
bila hasil lab +. Belum polio, tetapi masuk AFP.

c. Bila anda tidak menemukan kasus AFP pada bulan April tahun 2020 di wilayah kerja
Puskesmas anda, apa yang hasus dilakukan selanjutnya?
 surveilance aktif rumah sakit: mengunjungi RS 1 minggu sekali melihat pasiennya, jika
menemukan anak 5 tahun diare berat dengan lemas maka bisa masukkan ke AFP.
 Surveilance aktif masyarakat (CBS): gerakkan kader kesehatan untuk melakukan
surveilans di masyarakat untuk segera melaporkan ke petugas Puskesmas jika ada
kasus.
d. Bagaimana kita meyakinkan Puskesmas kita aman dari kemungkinan ada kasus Polio?
 cakupan imunisasi polio >95%
 Sistem kewaspadaan dini melalui pelaporan SKDR yang optimal dibuktikan dengan
SMS setiap minggu ke sistem SKDR.
3. Lembar Penugasan 3: Respon cepat dan penanggulangan KLB (IHB.6 danIHB7)

Tujuan

Setelah diskusi kelompok ini, peserta mampu melakukan respons cepat surveilansAFP yang
baik

Lembar kasus Skenario 3

Bila dari laporan Puskesmas anda dari surveilans AFP dari 3 kasus AFP dari hasil laboratorium
tinja yang dikirim ke laboratorium rujukan didapatkan 1 kasus Polio?

a. Bila anda mendapatkan hasil seperti di atas dari laboratorium diatas maka apa yang harus
dilakukan selanjutnya?

Melakukan PE (Penyelidikan Epidemiologi)


Penyelidikan epidemiologi kasus polio adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis
(pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis) di lokasi kejadian untuk:

1) Identifikasi adanya penularan setempat


2) Identifikasi Kontak erat
3) Identifikasi wilayah dan populasi berisiko terjadinya kasus atau daerah risiko tinggi terjadinya
penularan
4) Identifikasi desa yang perlu segera dilaksanakan Imunisasi Polio Terbatas (ORI)

Langkah-langkah investigasi Penyelidikan KLB :

1) Konfirmasi awal KLB


2) Pelaporan Segera KLB
3) Persiapan investigasi :
4) Investigasi lapangan
5) Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6) Tatalaksana kasus
7) Pengolahan dan Analisa data
8) Pelaporan

b. Bila kasus polio yang dilaporkan tersebut adalah kasus Polio liar, apa yang terjadi dan apa
yang harus dilakukan?

Yang terjadi menjadi KLB karena harusnya sudah tidak ada lagi kasus polio liar,

1. Melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan dan wilayah.


2. Melakukan investigasi epidemiologi
3. Pelaksanaan outbraeak respon immunization (ori) untuk kelompok rentan di wilayah
terkena polio
4. Pelaporan kasus setiap minggu
5. Penyiapan sumber daya untuk penanganan KLB polio
6. Penyuluhan dan edukasi
7. Penguatan surveilance di pintu keluar/masuk negara
8. Membuat surat edaran kewaspadaan dan respon KLB polio Cvdpv Kepada seluruh dinas

c. Bila kasus polio yang dilaporkan adalah kasus VDVP, apa yang terjadi dan apa yang harus
dilakukan?
Penanggulangan KLB Penanggulangan KLB polio didasarkan pada analisis dan rekomendasi hasil
penyelidikan KLB, dilakukan sesegera mungkin agar transmisi virus dapat dihentikan dan KLB tidak
meluas serta dibatasi jumlah kasus dan kematian. Strategi Penanggulangan sebagai berikut:

1) Respon Imunisasi OPV Terbatas (Outbreak Response Immunization)


Imunisasi OPV Terbatas atau disebut Outbreak Response Immunization (ORI) adalah pemberian
2 tetes vaksin polio oral (OPV) kepada setiap anak berumur < 5 tahun tanpa melihat status
imunisasi polio sebelumnya serta dilaksanakan sebagai kampanye intensif dari rumah ke rumah
dan mencakup daerah yang sangat luas. Seringkali untuk memudahkan pemahaman masyarakat
tentang tindakan imunisasi ini, maka Imunisasi mopping-up pada satu atau beberapa Provinsi
disebut sebagai Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub-PIN), sementara Imunisasi Mopping Up di
seluruh wilayah Indonesia disebut sebagai Pekan Imunisasi Nasional (PIN).
2) Pelaksanaan Imunisasi Mopping Up
Imunisasi mopping–up dilaksanakan pada wilayah yang telah bebas polio, yang berisiko transmisi
virus polio yang dibuktikan melalui surveilans AFP yang memenuhi standar kinerja WHO.
Imunisasi mopping-up adalah pemberian 2 tetes vaksin OPV yang diberikan secara serentak pada
setiap anak berusia < 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya serta dilaksanakan
sebagai kampanye intensif dari rumah ke rumah dan mencakup daerah yang sangat luas.
Seringkali untuk memudahkan pemahaman masyarakat tentang tindakan imunisasi ini, maka
Imunisasi mopping-up pada satu atau beberapa Provinsi disebut sebagai Sub Pekan Imunisasi
Nasional (Sub-PIN), sementara Imunisasi Mopping Up di seluruh wilayah Indonesia disebut
sebagai Pekan Imunisasi Nasional (PIN).
3) Kampanye Intensif

d. Bila kasus polio yang dilaporkan adalah kasus VAVP, apa yang terjadi dan apa yang harus
dilakukan?

Terjadinya penambahan kasus penyakit, yang harus dilakukan penghentian sementara


penggunaan vaksin polio. Melakukan investigasi terhadap KE, adanya edukasi dan KIE kepada
masyarakat, SKD ditingkatkan.
TAMBAHKAN FORM EP1.
Format 7.1 FP1

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP


Kab/kota: Propinsi: Nomor EPID:
Sumber Laporan berasal:
Nama instansi pelapor:
Tanggal laporan diterima: Tanggal pelacakan:
I. Identitas Penderita
Nama penderita: Jenis kelamin: □ L □ P
Tanggal lahir: Umur: ……..tahun; ……..bulan; .............. hari
Alamat:
Kelurahan/desa: Kecamatan:
Nama orang tua:
II. Riwayat Sakit
Tanggal mulai sakit: Tanggal mulai lumpuh:
Tanggal meninggal (bila penderita meninggal):
□ Ya □ Tidak
Setelah lumpuh,
apakah penderita Nama Rumah Sakit :
berobat ke Rumah Tanggal berobat :
Sakit?
Diagnosis : No. rekam medik:
Apakah kelumpuhan sifatnya akut (1-14 hari)? □ Ya □ Tidak

Apakah kelumpuhan sifatnya layuh (flaccid)? □ Ya □ Tidak


Stop pelacakan
Apakah kelumpuhan disebabkan ruda □ Ya □ Tidak
Bila kelumpuhan akut, layuh, tidak disebabkan rudapaksa, lanjutkan pelacakan, beri nomor EPID
III. Gejala/Tanda
Apakah penderita demam sebelum lumpuh? □ Ya □ Tidak
Anggota gerak Kelumpuhan Gangguan rasa raba
• Tungkai kanan □ Ya □ Tidak □ Ya □ Tidak
• Tungkai kiri □ Ya □ Tidak □ Ya □ Tidak
• Lengan kanan □ Ya □ Tidak □ Ya □ Tidak
• Lengan kiri □ Ya □ Tidak □ Ya □ Tidak
• Lain-lain, sebutkan: Muka, leher, ....................................................................................
Format 7.2
IV. Riwayat Kontak NO. EPID :
Dalam satu bulan terakhir sebelum sakit, □ Ya Lokasi :
apakah penderita pernah bepergian?
Tanggal pergi :
□ Tidak □ Tidak tahu
Dalam satu bulan terakhir sebelum sakit,
apakah penderita pernah berkunjung ke □ Ya □ Tidak □ Tidak tahu
rumah anak yang baru mendapat imunisasi
polio?
V. Status Imunisasi polio

Jumlah dosis OPV □ 1x □ 2x 3x 4x Belum pernah Tidak Tahu

Imunisasi Jumlah dosis IPV □ 1x □ 2x □ 3x 4x Belum pernah □ Tidak Tahu


rutin Sumber informasi
□ KMS/catatan Jurim □ Ingatan responden

Jumlah dosis 1x 2x 3x 4x 5x 6x
PIN, Mop-up, Belum pernah Tidak Tahu
ORI, BIAS
Polio Sumber informasi
□ Catatan Ingatan responden

Tanggal imunisasi polio terakhir OPV: IPV: □ Tidak tahu


VI. Pengumpulan spesimen
Kab/kota ke Provinsi Kab/Kota/Provinsi ke Lab
Spesimen I Tanggal ambil: Tanggal kirim: Tanggal kirim:
Spesimen II Tanggal ambil: Tanggal kirim: Tanggal kirim:
Alasan tidak diambil spesimen:

Petugas pelacak: Hasil Pemeriksaan:


Nama:
Diagnosis:
Tanda tangan:
Nama DSA
/DSS/DRM/ Dr
/Pemeriksa lain:

No. Telp./ HP:

Tanda tangan:

Simpan Cetak Hapus isi Kirim

Hanya bisa digunakan di PC / Laptop

Anda mungkin juga menyukai