Anda di halaman 1dari 10

NAMA : Ni Made Yulia Arisanti, A.Md.

AK
Kelompok 1
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Lembar Kasus (IHB 6.4,IHB 6.5,IHB 6.6,IHB 6.7)

Berdasarkan definisi operasional diagnosis difteri, ketiga kasus difteri merupakan


kasus probable dengan gejala nyeri telan, demam, Bullneck, Stridor dan
pseudomembrane. Ringkasan informasi pasien beserta gejala dapat dilihat pada
Tabel 1.

Pertanyaan:
1. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data
kedalam form pencatatan pelaporan yang tersedia.
Jawaban :
2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan
data hasil Penyelidikan Epidemiologi difteri tersebut.
Jawaban :
 Dari Data Tabel 1 gejala difteri kabupaten N bahwa terdapat 3 kasus
suspek difteri dari rentan umur 3 tahun sampai 18 tahun dengan gejala
klinis yang sama demam, nyeri telan, pseudomembrane dan 1 kasus
dengan gejala bullneck.
 Dari data table 2 kasus difteri di kabupaten N periode maret sampai
April 2021 terdapat 3 pasien suspek difteri yaitu di desa X,Y,Z dengan
gejala nyeri telan, panas, sakit perut, pseudomembrane dan bullneck.
Untuk status imunisasi menurut ingatan orang tua lengkap, dari 3
pasien 1 pasien sudah terkonfirmasi positif ,1 pasien terkonfirmasi
negative dari hasil laboratorium dan 1 lagi belum kluar hasil. Semua
pasien sudah mendapatkan ADS, obat-obatan, isolasi selama 14 hari
serta 13 orang kontak erat dan dinyatakan sembuh setelah isolasi.
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB difteri? Dasar apa
yang dipakai untuk penetapan KLB?
Jawaban: Ya, Benar. Karena ditemukan kasus suspek difteri dengan
konfirmasi laboratorium kultur positf didesa Y.
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu
bahwa telah terjadi KLB difteri?
Jawaban :
a. Penyelidikan epidemiologi dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam setelah
ditemukan kasus suspek difteri di suatu wilayah
b. Lakukan pemeriksaan specimen penderita (kultur)
c. Melakukan identifikasi kontak erat untuk mencari kasus suspek difteri
tambahan
d. Mencari informasi tentang : Cakupan imunisasi rutin difteri pada
periode tertentu untuk memperkirakan kelompok rentan berdasarkan
geografi, kelompok umur dan jenis kelamin
e. Melakukan perawatan dan pengobatan kasus suspek difteri secara
adekuat, jika ada kasus difteri positif akan di rujuk ke Rumah Sakit dan
dilakukan isolasi
f. Tatalaksana kontak erat agar segera mendapatkan Tindakan (obat
pencegahan/profilaksis dan pemberian imunisasi)
g. Tunjuk 1 orang untuk menjadi pemantau minum obat (PMO)
h. Menjelaskan kepada masyarakat tanda tanda dini difteri
i. Lakukan respon imunisasi/ outbreak respon immunization (ORI)
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB
difteri?
Jawaban :
a. Cakupan Imunisasi
b. Riwayat Perjalanan
c. Jumlah penduduk (Kepadatan Populasi)
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri berakhir
Jawaban :
Rencana tindak lanjut difteri berakhir adalah meningkatkan capaian imunisasi,
memberikan penyuluhan ke masyarakat melalui posyandu tentang penyakit
difteri
Penugasan IHB2

1. Gejala dan tanda


a. Definisi dari kasus difteri:
Difteri merupakan penyakit infeksi pada pernafasan yang disebabkan oleh
bakteri bernama Corynebacterium diphtheria. Penyakit ini menyerang
membran mukus pada tenggorokan dan hidung.
b. Gejala dan tanda khas Difteri
Muculnya gejala difteri umumnya dimulai dalam 2 hingga 5 hari setelah
terinfeksi. Ciri khas gejala awal difteri ditandai dengan adanya radang
tenggorokan, kesulitan menelan, hingga terjadi
pembentukan pseudomembran atau lapisan abu-abu tebal yang menutupi
tenggorokan juga amandel. Pseudomembrane pada difteri atau lapisan
abu-abu tebal tersebut hanya dapat terlihat ketika mulut penderitanya
dibuka lebar seraya menjulurkan lidahnya. Lapisan pseudomembran
rawan berdarah apabila tersenggol atau dilepaskan.
Adapun gejala difteri lainnya meliputi:

1. Ditemukan Demam atau tidak demam


2. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher.

3. Batuk keras.

4. Adanya infeksi pada saluran pernapasan atas dan pseudomembran


atau lapisan abu-abu tebal yang menutupi tenggorokan
juga amandel.

5. Gangguan penglihatan dan bicara.

6. Faringitis
7. Tonsilitis
8. Laringitis
9. Traketis atau kombinasinya

Namun ada beberapa orang yang terinfeksi bakteri penyebab kerap tidak
menunjukkan gejala yang jelas atau hanya menunjukkan gejala yang
ringan. Mereka ini disebut dengan carrier atau pembawa difteri tak
bergejala yang dapat menyebarkan infeksi ini dengan cepat melalui
droplet (ingus atau ludah) ketika bersin atau batuk.

Selain memengaruhi tenggorokan, ada pula jenis difteri yang yang


memengaruhi kulit. Gejalanya ditandai dengan rasa sakit yang khas,
kemerahan dan pembengkakan pada area kulit yang terkena. Lapisan
abu-abu tebal ditenggorokan juga dapat terjadi pada difteri jenis ini.

2. Penemuan kasus
a. Kriteria untuk menentukan kasus difteri yaitu:
1. Ditemukan Demam atau tidak demam

2. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher.

3. Adanya infeksi pada saluran pernapasan atas dan pseudomembran


atau lapisan abu-abu tebal yang menutupi tenggorokan juga amandel

4. Sakit waktu menelan 94% kasus difteri mengenai tonsil dan faring lainnya
difteri kulit

5. Faringitis
6. Tonsilitis
7. Laringitis
8. Traketis atau kombinasinya

b. Klasifikasi kasus difteri dan cara membedakan


1. Kasus konfirmasi laboratorium adalah kasus suspek difteri dengan hasil
kultur positif strain tosikogenik
2. Kasus konfismasi hubungan epidemiologi adalah kasus suspek difteri
yang mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasuskonfirmasi
laboratorium
3. Kasus kompetibel klinis adalah kasus suspek difteri dengan hasil
laboratorium negatif atau tidak diambil spesimen atau tidak dilakukan tes
toksikogenitas dan tidak mempunyai hubungan epidemiologi dengan
kasus konfirmasi laboratorium
4. Discarded adalah kasus suspek difteri yang setelah dikonfirmasi oleh ahli,
tidak memenuhi kriteria suspek difteri
c. Proses penemuan kasus difteri
Surveilans mendapatkan informasi suspek dari dokter praktek, kader, bidan,
masyarakat atau pasien datang ke puskesmas selanjutnya dilakukan
wawancara dan hasil wawancara apakah pasien pernah bepergian ke daerah
atau wilayah yang merupakan daerah penyebaran difteri.

Anda mungkin juga menyukai