Anda di halaman 1dari 17

Penugasan

Surveilens DIFTERI
Kelompok 1
FASILITATOR:

IBU PURNAMA MAGDALENA, SKM, MPH


WEEEELLLLL
KELOMPOK 1
KETUA : JAJANG HERMAWAN
A N GG O T A :
1. DEDE SURYADI
2. HENDRO JAELANI
3. SELLY YUNIA
4. HILMAN NURDIN
5. RINI RIANTI
6. RONI RAHMAN
7. TIA PUSPITA DEWI
8 . GI G I N G I N A N J A R
9. MUHAMMAD TAUFAN
Lembar Penugasan (IHB 2)
Penyakit difteri mulai mengancam sebagian masyarakat Indonesia karena penyakit
difteri merupakan salah satu penyakit menular yang menyerang saluran pernafasan
bagian atas sehingga mempersempit saluran pernafasan buah hati anda, biasanya
bagian tubuh yang diserang adalah tonsil dan faring tetapi tidak jarang menyerang
kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan juga jantung. Penyakit ini
dominan menyerang anak- anak berusia dibawah 15 tahun yang tidak mendapatkan
imunisasi serta dapat menurunkan kekebalan tubuh pada anak yang disebabkan oleh
kuman Corynebacterium diphteriae. Saat ini penyakit difteri menjadi hal yang sangat
menakutkan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, karena penyakit difteri
sebagai penyebab kematian pada bayi dan anak muda. Penyakit ini memang
terdengar masih asing ditelinga masyarakat namun penyakit ini sangat
membahayakan serta mengancam nyawa khususnya bagi anak-anak. Dengan
imunisasi, penyakit difteri dapat dicegah. Dengan melakukan imunisasi, buah hati
anda akan terhindar dari penyakit difteri. Penyakit difteri mudah sekali menular
apalagi dalam lingkungan yang buruk. Imunisasi difteri tergabung dalam imunisasi
DPT atau termasuk dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Imunisasi ini berbarengan
dengan imunisasi polio, hepatitis B, sedangkan imunisasi difteri tergabung dalam
Imunisasi DPT atau Difteri, Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi berumur sembilan
bulan dilengkapi dengan imunisasi campak.
SOAL

1. Gejala dan tanda.


a. Jelaskan definisi dari kasus difteri?
Jawab:
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang sangat
menular disebabkan oleh bakteri corynebacterium
diptheriae ditandai dengan adanya peradangan pada
tempat infeksi, terutama pada selaput mukosa tonsil,
faring, laring, hidung dan juga pada kulit, dan dapat
menyebabkan komplikasi berat sehingga
menimbulkan kematian.
b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit difteri?

Jawab:
Gejala dan yang khas antaralain:
 Faringitis
 Tonsilitis
 Laryngitis
 Trakeitis
 Demam atau tanpa demam
 Adanya pseudomembran putih keabu abuan yang
sulit lepas, mudah berdarah apabila dilepas atau
dilakukan manipulasi
2. Penemuan kasus

a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk


menetapkan adanya kasus difteri
Jawab:
 Adanya demam atau tanpa demam
 Munculnya pseudomembran putih keabuan, sulit
lepas dan mudah berdarah
 Sakit menelanLeher membengkak
 Sesak nafas disertai bunyi
b. Bagaimana klasifikasi kasus difteri dan
bagaimana membedakannya?
Jawab:
o Kasus konfirmasi laboratorium adalah kasus suspek difteri
dengan hasil kultur positif strain toksigenik
o Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi adalah kasus
suspek difteri yang mempunyai hubungan epidemiologi
dengan kasus konfirmasi laboratorium.
o Kasus kompatibel klinis adalah kasus suspek difteri dengan
hasil laboratorium negative, atau tidak diambil specimen,
atau tidak dilakukan tes toksigenisitas, dan tidak mempunyai
hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi
laboratorium
o Discarded adalah kasus suspek difteri yang setelah
dikonfirmasi oleh Ahli tida memenuhi kriteria suspek difteri
c. Jelaskan proses penemuan kasus difteri dan lakukan
wawancara memastikan hal tersebut.

Jawab:
STRATEGI PENEMUAN KASUS
1. Kasus Difteri dapat ditemukan di pelayanan statis (puskesmas dan
RS) maupun kunjungan lapangan di wilayah kerja Puskesmas,
Kasus dengan keluhan nyeri menelan dilakukan pemeriksaan
tenggorok untuk mencari adanya membran pada tonsil dan faring.
2. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pelacakan
epidemiologi terhadap setiap kasus suspek difteri untuk mencari
kasus tambahan, identifikasi kontak erat, dan pemberian
profilaksis terhadap kontak erat.
3. 3. Merujuk kasus suspek difteri ke Rumah Sakit untuk
mendapatkan pengobatan lebih laniut
4. Melakukan komunikasi risiko ke masyarakat.
PENUGASAN PENCATATAN PELAPORAN
soal

1. Berdasarkan soal kasus di atas, saudara diminta


untuk menginput data-data kedalam form pencatatan
dan pelaporan yang tersedia
2. Buatlah analisis secara deskriptif dan
interpretasikan hasil berdasarkan data hasil
penyelidikan Epidemiologi difteri tsb.?
Jawab:

a. Kasus difteri di Kabupaten N pada minggu ke 14-15 (Maret April 2021) berjumlah 3
suspek dengan proporsi 2 orang Lakilaki dan 1 orang Perempuan serta gejala nyeri telan
dan pseudomembran dan masing-masing memiliki gejala lain diantaranya panas, sakit
perut, batuk dan bullneck (33,33%). Status imunisasi ketiga. pssien lengkap dengan
sumber informasi ingatan orang tua. Ketiga kasus dilakukan pemeriksaan laboratorium
dan pemberian ADS, obat2an dan dilakukan isolasi.
b. Hasil pemeriksaan lab pasien 1 negatif sehingga masuk klasifikasi kasus kompatibel
klinis karena kasus dengan hasil lab negatif dan tidak ada hubungan epidemiologi
dengan kasus konfirmasi laboratorium
• Hasil pemeriksaan lab pasien 2 positif, maka terjadi KLB di Kabupaten N
• Hasil pemeriksaan lab pasien 3 belum keluar sehingga tidak bisa diklasifikasikan ke
dalam kasus konfirmasi lab atau kasus kompatibel klinis

a. Dari ketiga kasus tersebut sudah dilakukan tatalaksana kasus dengan baik (PE,
pemberian ADS dan obat-obatan pemberian profilaksis pada kontak erat) sehingga tidak
ada kasus yang meninggal
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi
KLB difteri? Dasar apa yang dipakai untuk penetapan
KLB?
Jawab:
lya sudah masuk kategori KLB karena ditemukan 1
kasus suspek difteri dengan hasil laboratorium. positif.
Dasar yang digunakan untuk penetapan KLB 1 wilayah
Kab/Kota dinyatakan KL.B difteri. jika ditemukan I
suspek difteri dengan konfirmasi laboratorium kultur
positif jika ditemukan. suspek difteri yang mempunyai
hubungan epidemiologi dengan kasus kultur positif.
Penentuan. KLB oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota,
Dinas Kesehatan Provinsi dan Menteri Kesehatan
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans
Puskesmas setelah tahu bahwa telah terjadi KLB
difteri?
Jawab:
1. Penyelidikan epidemiologi KLB difteri
2. Pencegahan penyebaran KLB difteri dengan:
a. Perawatan dan Pengobatan kasus secara adekuat
b.Penemuan & Pengobatan kasus tambahanan
c. Tatalaksana terhadap kontak erat erat dari kasus suspek difteri
3. Komumkasi risiko tentang difteri dan pencegahannya kepada
masyarakat
4. Menentukan luas wilayah terjangkit melalui identifikasi kasus
suspek difteri tambahan.
5. Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) di daerah
KLB difteri
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan
untuk melengkapi laporan KI.B difteri?
Jawaban:
1. Laporan penyelidkan epidemiologi sesuai form Dif-01 yang memuat
informasi:
a. Identitas penderita
b. Riwayat sakit
c. Riwayat pengobatan.
d. Riwayat kontak
e. Kontak kasus

2. Data cakupan imunisasi rutin difteri periode tertentu untuk memperkirakan


kelompok rentan berdasarkan geografi kelompok umur dan jenis kelamin
3. Data distribusi kasus meliputi: geografi, kelompok umur, jenis kelamin,
status imunisasi
4. Data hasil cakupan pelaksanaan ORI
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri
berakhir?

Jawaban:
1. ORI tetap dilanjutkan sampai dengan selesai walaupun
status KLB Difteri sudah dinyatakan berakhir.
2. Untuk dapat memberikan kekebalan komunitas optimal
maka cakupan ORI harus >90%
3. Penguatan surveilans difteri
4. Komunikasi resiko tentang penyakit difteri kepada
masyarakat
5. Berkoordinasi dgn petugas imunisasi agar senantiasa
meningkatkan cakupan imunisasi rutin dan lanjutan
6. Tetap mempertahankan surveilans PD31
TERIMAKASIH
BANYAK

WEEEELLLLL

Anda mungkin juga menyukai