(KLB) DIFTERI
DISAMPAIKAN PADA:
Pertemuan Manajemen Kasus Difteri Bagi RS dan
Puskesmas, 8 Juni 2022
• Prinsip dasar
• Pencegahan primer : vaksinasi
• Pencegahan sekunder : investigasi cepat untuk
menemukan kontak erat agar segera
mendapatkan tindakan (obat
pencegahan/profilaksis dan pemberian imunisasi)
• Kekebalan tubuh IgG difteri
• Target >1.0 IU/mL perlindungan jangka Panjang
• Infeksi alami jarang dapat meningkatkan IgG pada
level “long term protection” sehingga harus
dilengkapi setelah sembuh.
Mengapa Bisa Muncul KLB dan Kenapa Harus Imunisasi
dengan Cakupan Tinggi
ORI/Imunisasi massal,
pemberian obat pencegahan
Definisi Penyakit Difteri
• Suspek Difteri: gejala-gejala demam, sakit menelan,
dan pseudomembran putih keabu-abuan, yang tidak
mudah lepas dan mudah berdarah.
• Kasus Konfirmasi:
a. Kasus suspek dengan hasil laboratorium positif
b. Kasus hubungan epidemiologi: kasus suspek yang
ada hubungannya dengan kasus laboratorium
positif.
• Carrier/pembawa: kontak kasus yang tidak
menunjukkan gejala klinis, tetapi hasil pemeriksaan
laboratorium positif.
KLB DIFTERI Strategi Penanggulangan KLB Difteri:
1. Penyelidikan epidemiologi KLB difteri
2. Pencegahan penyebaran KLB difteri
Definisi KLB Difteri dengan:
a. Perawatan dan Pengobatan
kasus secara adekuat
b. Penemuan & Pengobatan kasus
tambahanan
c. Tatalaksana terhadap kontak erat
erat dari kasus suspek difteri
3. Komunikasi risiko tentang difteri dan
• *Selama masa pandemi, penentuan status KLB dikonsultasikan dengan pencegahannya kepada masyarakat
komite ahli difteri nasional
4. Pelaksanaan Outbreak Response
• KLB ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas
kesehatan provinsi atau menteri kesehatan Immunization (ORI) di daerah KLB
difteri
Tujuan Penyelidikan Epidemiologi Difteri
1. Pemberian profilaksis dan imunisasi terhadap kontak erat (satu
rumah, satu asrama, satu kelas, dll)
2. Menemukan kasus tambahan
3. Menentukan luas wilayah berisiko
4. Menentukan rentang usia rentan melalui survei evaluasi cakupan
imunisasi di wilayah terjangkit
(No. 3 dan 4, terutama sebagai bahan persiapan pelaksanaan
ORI/Outbreak Reponse Immunization)
Langkah-Langkah Penyelidikan
Epidemiologi
Kumpulkan informasi dasar: tempat, orang, waktu kejadian.
1. Konfirmasi KLB awal: apakah sesuai dengan definisi Difteri
klinis/suspek
2. Pelaporan segera berjenjang: Puskesmas-Kab-Prov-Pusat
3. Persiapan investigasi: tim, data dasar, bahan KIE, form
investigasi, media amis, antibiotic, APD, lapor ke
pemerintah setempat,
4. Investigasi kasus termasuk kontak dengan penderita difteri,
pengambilan specimen, pemberian antibiotic profilaksis,
5. Telaah/analisis data hasil investigasirekomendasi/ ORI
• Mendata usia dan st. imun kasus , riwayat bepergian
ke daerah KLB dalam 1 bulan terakhir.
• Pendataan dilanjutkan ke area yg mempunyai hub
epid dengan kasus-kasus yg ditemukan.
• Ambil sample pada kasus dan kontak sesuai kajian
• Mengukur besar KLB: luas wilayah, # kasus, # karier
• Kelompok usia dan rentang usia terjangkit
• Cakupan imunisasi DPT di tingkat puskesmas, desa
terjangkit dan desa sekitar beresiko selama 3 - 5
tahun terakhir.
• Frekuensi pelayanan imunisasi masyarakat setempat
• Ketenagaan, ketersediaan vaksin, penyimpanan
vaksin
Skema Pelacakan Kontak
• Jika ditemukan ada yang
mempunyai gejala sakit
tenggorokan maka dirujuk ke
Fasyankes terdekat.
21/03/2022 14
EDUKASI PETUGAS KESEHATAN TENTANG DIFTERI KEPADA MASYARAKAT
15
Outbreak Response Immunization/ORI
• ORI dilaksanakan setelah dilakukan kajian epidemiologi.
• Luas wilayah ORI : Kabupaten/kota, Kecataman. Jadwal ORI 3 kali
dengan interval 0-1-6 bulan, tanpa mempertimbangkan cakupan
imunisasi di wilayah KLB.
• Jenis vaksin yang digunakan tergantung kelompok umur sebagai berikut:
anak usia 1 - < 5 tahun menggunakan vaksin DPT-HB-Hib,
anak usia 5 - <7 tahun menggunakan vaksin DT
anak usia ≥ 7 tahun menggunakan vaksin Td
• Pelaksanaan ORI diperlukan persiapan
• Untuk dapat memberikan kekebalan komunitas yang optimal maka
cakupan ORI harus mencapai minimal 90%.
KLB DIFTERI DINYATAKAN
BERHENTI JIKA
• Jika dalam suatu wilayah tida ditemukan lagi kasus difteri selama 4
minggu sejak timbulnya gejala kasus terakhir dengan pertimbangan:
masa penularan terpanjang adalah 4 minggu.
• ORI tetap dilanjutkan sampai dengan selesai walaupun status KLB
Difter sudah dinyatakan berakhir.
• Untuk dapat memberikan kekebalan komunitas optimal maka
cakupan ORI harus >90%.
“Without high quality
surveillance, the billion dollar
program effort is flying blind’.