Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN BONE

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BONTOCANI
Jl. Makassar No. 11 Kelurahan Kahu Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone
Email : bontocanipuskesmas@gmail.com Kode Pos : 92768 telp : 082344925148

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PROGRAM TB PARU

I. PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia yang memerlukan
perharian, karena sampai tahun 1014 Indonesia salah satu
dari 5 negara terbesar di dunia sebagai penyumbang penderita
TBC terbanyak setelah Negara India, China. Sejalan dengan
kemajuan teknologi, uapaya pengendalian TBC menggunakan
strategi DOTS (Directy Observed Tretment Shortcourse) dimulai
tahun 1995 hingga saat ini penerapan inovasi baru dalam
pengendalian TBC sudah semakin ditingkatkan seperti
penggunaan alat terapis tes diagnostic TBC. Indonesia telah
mencapai kemajuan yang betrmakna dalam upaya
pengendalian TBC di Indonesia.

II. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi salah satu dari 10


Penyebab kematian teratas di seluruh dunia dan jauh lebih
tinggi dari HIV/AIDS. TBC mempengaruhi lebih dari 10 juta
orang dari seluruh dunia dan menyebabkan1,4 juta kematian
setiap tahunnya, menurut laporan organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yang diterbitkan pada tahun 2019. Beban penyakit
tertinggi berada di Asia Tenggara dan Afrika, dimana
Indonesia memiliki angka kasus TB tahunan tertingg kedua
dari negara manapun secara global. Pada tanhun 2019
indonesia gagal mencapai target angka keberhasilan
pengobatan (TSR) yang ditetapkan oleh WHO. Kasus yang tidak
berhasil diobati dapat brkontribusi pada register obat, dan
sangat penting untuk mengoptimalkan pengobatan
antimikobakteri untuk mengurangi perkembangan resistensi
TB.
Indonesia merupakan salah satu dari 30 negara dengan
beban Multidrug-resistant Tuberkulosis (MDR-TB) yang tinggi
di dunia. Pada tahun 2018, tercatat 563.879 kasus TB dalam
program, dengan perkiraan 24.000 kasus TB MDR / RR(2,4%
kasus baru dan 13 % pasien TB yang pernah di obati ), namun
cakupan pengobatan hanya 67%. Hingga 2019, Manejemen
terprogram layanan TB Resisten obat (PMDT) di Indonesia
telah berkembang pada 198 Rumah Sakit / Puskesmas yang
melaksanakan layanan TB resisten Obat dan 9754 lokasi
satelit pengobatan di 34 Provinsi.
III. TUJUAN

A. Tujuan umum

Menurunkan angka kematian dan angka kesakitan penyakit


TBC dengan cara memutuskan mata rantai penularan,
sehingga penyakit TBC tidak lagi merupakan masalah
kesehatan masyarakat Indonesia.
B. Tujuan khusus.

1. Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari

semua penderita baru BTA positif yang ditemukan.

2. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara

bertahap sehingga dapat mencapai 85% dari perkiraan

semua penderita baru BTA positif.

3. Mengurangi pasien TB Mangkir.


IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN


1. Penemuan kasus aktif TBC 1. Melakukan penjaringan kepada
masyarakat yang berkunjung ke
unit pelayanan kesehatan yang
memilki gejala umum TBC.
2. Melakukan penemuan kasus
melaui kunjungan rumah
masyarakat yang beresiko.
3. Melakukan investiagi kontak TBC
2. Penentuan klasifikasi 1. Menentukan klasifikasi penderita
penyakit dan tipe penderita berdasarkan hasil pemeriksaan
sampel sputum.
2. Mencari informasi berdasarkan
riwayat pengobatan sebelumnya.
3. Pengobatan dan 1. Memberikan OAT kepada
pengawasan minum obat penderita sesuai sesuai identifikasi
2. Memberikan pengawasan menelan
obat kepada penderita melaui PMO
yang di percaya.
3. Melakukan kun jungan rumah
dalam rangka melacak penderita
yang mangkir berobat.
4. Kunjungan Rumah untuk terapi
pencegahan TBC bagi kontak
penderita nyang terindikasi TB
Laten.
5. Memberikan edukasi tentang
tahap pengobatan dan efek
samping dari pengobatan.
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Secara umum pelaksanaan kegiatan berdasarkan atas standar
operasional prosedur yang telah di buat.
VI. SASARAN
Semua msyarakat yang beresiko mengalami TB
VII. JADWAL PELAKSANA KEGIATAN

Jenis Bulan
No
Kegitan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des
Penemuan
kasus aktif
1
TB

Kunjungan
rumah
untuk
2 terapi
pencegahan
TB

Investigasi
3 kontak TB

Pelacakan
kasus
4
mangkir TB

1. Kegiatan di dalam gedung


Melakukan penjaringan kepada masyarakat yang
berkunjung ke unit pelayanan kesehatan yang memilki
gejala umum TBC setiap harinya.
2. Kegiatan di luar gedung
a. Pengambilan dan pengiriman sampel sputum TB paru
b. Melakukan investigasi kontak pada penderita TBC
c. Penemuan kasus aktif TBC pada masyarakat
d. Kunjungan rumah untuk terapi pencegahan TBC
e. Pelacakan kasus mangkir TB

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi dilakukan setelah suatu jarak waktu (interval) lebih
lama, biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan sampai 1 tahun,
dengan evaluai dapat menilai sejauh mana tujuan dan target
yang telah ditetapkan sebelumnya di capai.
Hasil Evaluasi :
1. Angka penjaringaan suspek setiap triwulan.
2. Proporsi pasien penderita TB BTA positif di antara suspek
yang diperiksa sputumnya
setiap triwulan.
3. Proporsi pasien penderita TB BTA positif di antara seluruh
pasien TB setiap triwulan
4. Proporsi pasien penderita TB Anak di antara seluruh
pasien TB setiap triwulan

IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan di unit pelayanan kesehatan
terutama puskesmas menggunakan buku register ( fom TB 06)
dan melaui aplikasi SITB.

Anda mungkin juga menyukai