Anda di halaman 1dari 5

MATERI SESI I PEMAHAMAN PSIKOEDUKASI

Psikoedukasi merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada individu dan PMO untuk
memperkuat suatu cara khusus untuk menangani kesulitan perubahan mental. Psikoedukasi
adalah sebuah tindakan modalitas yang disampaikan oleh professional, yang mengintegrasikan
dan mensinergiskan antara psikoterapi dan intervensi edukasi. Psikoedukasi mempunyai enam
makna yang meliputi :

1. Melatih orang mempelajari life skills.


2. Pendekatan akademik atau eksperiensial dalam mengajarkan psikologi.
3. Pendidikan humanistik.
4. Melatih tenaga paraprofessional di bidang ketrampilan konseling.
5. Serangkaian kegiatan pelayanan kepada individu.
6. Memberikan pendidikan psikologi kepada individu.

Psikoedukasi bukan merupakan suatu pengobatan, namun hal ini dirancang untuk menjai bagian
dari rencana perawatan secara keseluruhan yang diterapkan pada penderita TBC. Seringkali sulit
bagi pasien TBC untuk menerima diagnosis pasien, sehingga intervensi psikoedukasi ini
memiliki fungsi memberikan kontribusi bagi destigmatisasi gangguan psikologis dan untuk
mengurangi hambatan untuk pengobatan.

Hal yang paling penting dari program Psikoedukasi pada individu (PMO dan penderita TBC
Paru) adalah bertemu dengan PMO dan penderita TBC berdasarkan pada kebutuhannya dan
member kesempatan untuk bertanya, bertukar pendapat dan bersosialisasi dengan profesi
kesehatan. Disamping informasi dalam program psikoedukasi juga terdapat komponen latihan
ketrampilan yang terdiri dari komunikasi, latihan menyelesaikan konflik, latihan mengatasi
perilaku dan mengatasi kecemasan. (dini rachmaniah.2012.Pengaruh Psikoedukasi Terhadap
Kecemasan dan Koping Orang tua Dalam Merawat Anak Dengan Thalasemia Mayor di
RSU Kabupaten Tangerang Banten.Depok.Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister
Keperawatan UI)

MATERI II MANAJEMEN PENGETAHUAN


 Identifikasi TB
Penyakit yang disebabkaan oleh mikrobakterium ini merupakan penyebab utama
kecacatan dan kematian hampir disebagian besar Negara diseluruh dunia. Infeksi awal
biasanya berlangsung tanpa gejala, tes tuberkulin akan memberikan hasil yang positif 2-
10 minggu kemudian. Lesi awal pada paru umumnya akan semubuh dengan sendirinya
tanpa meninggalkan gejala sisa walaupun sangat jarang terjadi klasifikasi pada kelenjar
limfe trakeobronkial. Pemberian kemoterapi preventif yang sempurna dapat mengurangi
risiko terjadinya TB klinis seumur hidup sebesar 95% dan kemoterapi preventif ini sangat
efektif pada penderita HIV/AIDS. Hanya 5% dari orang normal dam 50% penderita
HIV/AIDS yang terinfeksi TB akan berkembang menjadi TB paru klinis atau menjadi TB
ekstrapulmoner. Akibat serius infeksi TB awal lebih sering terjadi pada bayi, dewasa
muda dan pada orang dengan kelainan imunitas.

 Penyebab Penyakit
Penyebab infeksi adalah kompleks M. tuberculosis. Kompleks ini termasuk M.
tuberculosis dan M. africanum terutama berasal dari manusia dan M. bovis yang berasal
dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang sulit dibedakan
dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur. Analisis
genetic sequence dengan menggunakan teknik PCR sangat membantu identifikasi non
kultur.

 Cara Penyebaran
Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam percikan ludah yang
dikeluarkan oleh penderita TB paru laring pada waktu mereka batuk, bersin atau yang
lainnya. Kontak jangka panjang dengan penderita TB menyebabkan risiko tertular,
infeksi melalui selaput lender atau kulit yang lecet bisa terjadi namun sangat jarang.

 Masa Inkubasi
Mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala adanya lesi primer atau reaksi
tes tuberkulosis positif kira-kira memakan waktu 2 – 10 minggu. Risiko menjadi TB paru
dan TB ekstrapulmoner progresif setelah infeksi primer biasanya terjadi pada tahun
pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV
meningkatkan risiko terhadap infeksi TB dan memperpendek masa inkubasi.

 Masa penularan
Secara teoritis seorang penderita tetap menular sepanjang ditemukan basil TB didalam
sputum mereka. Penderita yang tidak diobati atau yang diobati tidak sempurna dahaknya
akan tetap mengandung basil TB selama bertahun tahun. Tingkat penularan sangat
tergantung pada hal-hal sebagai berikut :
 Jumlah basil TB yang dikeluarkan
 Virulensi dari basil TB
 Terpajannya basil TB dengan sinar ultra violet
 Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat bernyanyi.
 Tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi atau pada
waktu melakukan bronkoskopi.
Pemberian OAT yang efektif mencegah terjadinya penularan dalam beberapa
minggu paling tidak dalam lingkungan rumah tangga. Anak-anak dengan TB
primer biasanya tidak menular.

 Cara-cara pemberantasan
a. Cara-cara pencegahan
1. Temukan semua penderita TB dan berikan segera pengobatan yang tepat.
Sediakan fasilitas untuk penemuan dan pengobatan penderita.
2. Sediakan fasilitas medis yang memadai seperti laboratorium agar dapat
melakukan diagnosis dini terhadap penderita dan dengan resiko tinggi terinfeksi.
Di daerah dengan insiden yang tinggi pemeriksaan spuntum baik langsung secara
mikroskopis maupun kulturr, jika memungkinkan segera lakukan terhadap
penderita yang datang memeriksakan diri di fasilitas kesehatan karena adanya
keluhan sakit didada. Biasanya hasil pemeriksaannya mempunyai nilai diagnosis
yang tinggi.
3. Beri penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan cara-cara
pemberantasan serta manfaat penegakan diagnosis dini.
4. Mengurangi dan menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi risiko
terjadinya infeksi misalnya kepadatan hunian.
5. Program pemberatasan TB harus ada di seluruh fasilitas kesehatan.
6. Pemberian INH sebagai pengobatan preventif memberikan hasil yang cukup
efektif untuk mencegah progresivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis.
7. Sediakan fasilitas perawatan penderita dan fasilitas pelayanan diluar institusi
untuk penderita yang mendapatkan pengobatan dengan sistem (DOPT/DOTS) dan
sediakan juga fasilitas pemeriksaan dan pengobatan preventif untuk kontak.
8. Pemberian imunisasi BCG terhadap mereka yang tidak terinfeksi TB (tes
tuberkulin negatif), lebih dari 90% akan memberikan hasil tes tuberkulin positif.
Proteksi yang diberikan karena pemberian imunisasi BGC berbeda satu sama lain.

b. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya


1. Laporkan segera kepada instansi kesehatan setempat jika ditemukan penderita TB
atau yang diduga menderita TB.
2. Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat dilakukan
dengan pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin. Konversi sputum
biasanya terjadi dalam 4 – 8 minggu. Pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit
hanya dilakukan terhadap penderita berat dan bagi penderita yang secara medis
dan secara sosial tidak bisa dirawat di rumah. Penderita TB paru dewasa dengan
BTA positif pada sputumnya harus ditempatkan dalam ruangan khusus dengan
ventilasi bertekanan negatif. Penderita diberitahu agar menutup mulut dan hidung
setiap saat batuk dan bersin. Orang yang memasuki ruang perawatan penderita
hendaknya mengenakan pelindung pernafasan yang dapat menyaring partikel
yang berukuran submikron. Isolasi tidak perlu dilakukan bagi penderita yang hasil
pemeriksaan sputumnya negatif, bagi penderita yang tidak batuk dan bagi
penderita yang mendapatkan pengobatan yang adekuat (didasarkan juga pada
pemeriksaan sensitivitas/resistensi obat dan adanya respons yang baik terhadap
pengobatan).
3. Pencegahan infeksi: Cuci tangan dan praktek menjaga kebersihan rumah harus
dipertahankan sebagai kegiatan rutin. Tidak ada tindakan pencegahan khusus
untuk barang-barang (piring, sprei, pakaian dan lainnya). Dekontaminasi udara
dengan cara ventilasi yang baik dan bisa ditambahkan dengan sinar UV.
4. Terapi preventif selama 3 bulan bila skin tes negatif harus diulang lagi, imunisasi
BCG diperlukan bila ada kontak dengan penderita.
5. Investigasi kontak, sumber penularan dan sumber infeksi: Tes PPD
direkomendasikan untuk seluruh anggota keluarga bila ada kontak. Bila hasil
negatif harus diulang 2-3 bulan kemudian. Lakukan X-ray bila ada gejala yang
positif.
6. Terapi spesifik, Pengawasan Minum obat secara langsung terbukti sangat efektif
dalam pengobatan TBC.

JAMES CHIN, MD, MPH, diterjemahkan oleh Dr. I NYOMAN KANDUN,


MPH.2010.edisi 17.Manual Pemberantasan Penyakit Menular.

Anda mungkin juga menyukai