DOSEN PENGAMPU :
Zuhrupal Hadi, SKM., M.Kes
DI SUSUN OLEH :
1. Novia Lisma Ramadhani (19070036)
2. Khairil Bariyyah (19070072)
3. Dewi Noor Lina
4. Riska Aina Salsabila
5. Rio Patra (19070014)
6. Shinta Soraya Aspiannoor Putri (19070015)
7. Herti Mela Sinta (19070018)
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. MANFAAT
Hasil ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pengembangan teori
dibidang kesehatan mengenai bahan bacaan dan sumber informasi untuk mahasiswa
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TBC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit
menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV.
Penyakit ini disebabkan oleh basil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis
sendiri dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum
adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru.
Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui orang yang telah mengidap TBC.
Kemudian, batuk atau bersin menyemburkan air liur yang telah terkontaminasi dan terhirup
oleh orang sehat yang kekebalan tubuhnya lemah terhadap penyakit tuberkulosis. Walaupun
biasanya menyerang paru-paru, tetapi penyakit ini dapat memberi dampak juga pada tubuh
lainnya, seperti sistem saraf pusat, jantung, kelenjar getah bening, dan lainnya
B. ETIOLOGI
C. DIAGNOSIS
Diagnosis tuberkulosis paru (TB paru) ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
klasik, Mantoux test atau tuberculin skin test (TST), pemeriksaan foto rontgen dada, sputum
BTA, kultur sputum, ataupun interferon-gamma release assay (IGRA) spesific antigen.
Anamnesis
Anamnesis pada TB paru sebaiknya menggali adanya faktor-faktor risiko yang menjadikan
seseorang terkena TB, riwayat imunisasi, dan riwayat tes tuberkulin positif. Gejala klasik TB
paru yang dapat timbul adalah batuk-batuk berdahak lebih dari tiga minggu yang tidak
sembuh dengan pengobatan biasa, demam, berkeringat di malam hari, anoreksia dan
penurunan berat badan, hemoptisis, rasa lemas, nyeri pada dada, dan kedinginan.
Infeksi Primer TB paru mayoritas tidak terdiagnosis karena gejalanya ringan, tidak spesifik,
dan biasanya bisa sembuh sendiri.
Pada orang lanjut usia yang terkena TB paru, sistem kekebalan tubuh yang mulai menurun
tidak mencukupi untuk merespon infeksi TB. Karenanya, kemungkinan pasien tidak
memperlihatkan gejala atau tanda yang tipikal. Infeksi TB aktif pada kelompok usia ini dapat
bermanifestasi sebagai pneumonitis yang berlangsung lama.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada TB paru biasanya menunjukkan ronkhi basah pada auskultasi area
lobus superior paru yang mengindikasikan adanya konsolidasi paru. Dapat pula ditemukan
limfadenopati yang tidak nyeri, berupa benjolan di supraklavikula atau leher, yang bisa
bilateral atau unilateral, di anterior atau posterior pada palpasi.
Tidak terdapatnya tanda yang signifikan pada pemeriksaan fisik, tidak menyingkirkan
kemungkinan pasien terkena TB paru. Hal ini dikarenakan, gejala klasik sering tidak muncul
pada pasien-pasien yang memiliki risiko tinggi, khususnya mereka yang menderita gangguan
kekebalan tubuh atau orang lanjut usia. Sekitar 20% pengidap TB aktif tidak menunjukkan
gejala, karenanya pemeriksaan sputum perlu dilakukan, bahkan ketika hasil foto rontgen
dada sudah menampakkan gambaran tuberkulosis paru.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding Tuberkulosis paru (TB paru) dibuat berdasarkan gambaran klinis yang
muncul. Beberapa penyakit yang bisa didiagnosis banding dengan TB paru adalah:
- Blastomikosis
- Tularemia
- Aktinomikosis
- Infeksi M avium-intracellulare, M. chelonae, M fortuitum, M gordonae, M kansasii,
M marinum, M xenopi
- Karsinoma sel skuamosa
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan pada tuberkulosis paru (TB paru) adalah
tuberkulin tes, foto rontgen dada, tes resistensi OAT, gene Xpert MTB/ RIF assay, dan
DNA sequencing.
Pembacaan hasil TST dilakukan antara 48 dan 72 jam setelah dimasukkan 0,1 ml
suntikan tuberkulin PPD secara intradermal. Suntikan yang benar akan menimbulkan
gelembung kulit kecil pucat berdiameter 6-10 mm. Reaksi terhadap suntikan akan teraba
mengeras, atau membengkak, disebut sebagai indurasi yang diukur diameternya dalam
milimeter ke arah aksis longitudinal pada lengan bawah bagian ventral. Eritema tidak ikut
diukur sebagai indurasi.
Tiap orang, termasuk mereka yang tidak memiliki faktor risiko terkena TB
Namun, program TST ini semestinya dilakukan hanya pada orang-orang dengan risiko
tinggi saja
- Infeksi dengan Mycobacterianon-tuberkulosis
- Riwayat vaksinasi BCG sebelumnya
- Cara penyuntikan TST yang tidak benar
- Intepretasi yang tidak benar terhadap reaksi TST
- Antigen yang digunakan tidak benar
Pemeriksaan Bakteriologik
- Apabila didapatkan 2 kali positif, dan 1 kali negatif → dianggap basil tahan asam
(BTA) positif
- Apabila didapatkan 1 kali positif, dan 2 kali negatif → BTA diulangi 3 kali,
kemudian bila 1 kali positif, dan 2 kali negatif maka dianggap BTA positif. Namun
apabila 3 kali negatif maka dianggap BTA negatif
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dapat dibedakan menjadi TB paru BTA
positif dan BTA negatif.
- Kavitas, menandakan infeksi yang sudah berlanjut dan diasosiasikan dengan adanya
jumlah kuman TB yang tinggi
- Infiltrat non-kalsifikasi berbentuk bulat, ini mesti dibedakan dengan karsinoma paru
- Nodul-nodul kalsifikasi yang homogenus, ukuran 5-20 mm, seperti tuberkuloma
menunjukkan infeksi lama
Pasien dengan hasil röntgen dada seperti tersebut diatas dan memiliki gambaran klinis TB
paru yang khas sudah dapat dikatakan terkena TB paru walaupun tanpa dilakukan
pemeriksaan sputum. Sebaliknya, bila gambaran rontgen dada normal, tidak
menyingkirkan TB terutama pada pasien dengan kekebalan tubuh menurun.
Pada TB primer aktif, gambaran rontgen dada tidak spesifik, bahkan kadang
normal. Secara tipikal dapat muncul gambaran seperti pneumonia dengan proses
infiltrasi pada bagian tengah atau bawah paru yang cenderung menyerupai
gambaran community-acquired pneumonia (CAP).
Pada kasus reaktivasi TB, gambaran klasik lesi berlokasi pada segmen posterior lobus
kanan bagian atas, segmen apikoposterior pada lobus kiri atas, dan segmen apikal pada
lobus-lobus bagian bawah. Kavitasi adalah gambaran yang paling umum. Sedangkan
tuberkuloma yang sembuh akan menjadi jaringan parut, dimana parenkimnya akan hilang
dan terjadi kalsifikasi.
Pada Infeksi TB dan HIV, lesi yang muncul akan atipikal, walaupun sekitar 20% pasien
dengan HIV positif dan TB aktif memiliki hasil rontgen dada yang normal
Pada TB laten dan TB paru yang telah sembuh, gambaran dapat berbeda-beda. Gambaran
rontgen dapat berupa nodul-nodul yang radioopak, dengan atau tanpa kalsifikasi pada
hilus atau lobus-lobus atas. Selain itu, dapat pula muncul gambaran nodul-nodul yang
kecil, dengan atau tanpa jaringan parut fibrotik pada lobus-lobus atas. Gambaran lesi-lesi
fibrotik dan nodul-nodul dapat jelas dibedakan, dan tampak memiliki densitas dengan
gambaran radioopak dan tepi yang jelas. Pasien dengan gambaran rontgen dada seperti
ini yang disertai hasil positif TST dikatakan sebagai karier laten.
Pada pasien TB Milier, rontgen dada akan menunjukkan lesi-lesi nodular kecil berukuran
sekitar 2 mm yang banyak, menyerupai bulir-bulir yang merupakan gambaran khas TB
milier. Namun, gambaran rontgen dada bisa bervariasi dan dapat disertai gambaran
infiltrat-infiltrat pada lobus atas dengan atau tanpa adanya kavitasi.
Apabila terjadi pleural TB, pada rontgen dada akan tampak gambaran empiema ataupun
efusi pleura.
Interferon-Gamma Release Assay (IGRA)
Namun, perlu diingat bahwa baik TST atau IGRA tidak cukup sensitif untuk
menyingkirkan seorang pasien terkena TB. Pada bayi dan orang dengan imunosupresif
kedua tes ini hendaknya diintepretasikan dengan hati-hati.
Tes resistensi obat anti tuberkulosis (OAT) dilakukan pada pasien yang dicurigai terdapat
MDR-TB. Tes ini memerlukan waktu yang lama, karena untuk mendapatkan hasilnya
dibutuhkan waktu sekitar 3-8 minggu.
DNA Sequencing
Pemeriksaan serologi HIV dapat dilakukan pada semua pasien dengan suspek TB yang
berisiko. Pemeriksaan ini juga sebaiknya dilakukan pada gambaran kasus TB paru yang
berat atau disertai resistensi obat ataupun keterlibatan organ ekstra pulmonal.
Bila ada kecurigaan TB milier dapat dilakukan biopsi sumsum tulang, hepar atau kultur
darah. Selain itu, CT Scan dada bisa dilakukan bila foto rontgen dada sangat meragukan.
D. GEJALA
Gejala Penyakit TBC
Bakteri TBC yang tumbuh di paru-paru dapat menimbulkan beberapa gejala penyakit,
seperti:
Ketika TB terjadi di luar paru-paru, tanda dan gejala yang terjadi bisa beragam, sesuai organ
yang terinfeksi. Berikut ini adalah contoh gejala penyakit TBC di luar paru-paru:
E. KOMPLIKASI
Komplikasi tuberkulosis kerap menyerang ginjal melalui infeksi bagian luar (cortex)
yang secara perlahan menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam (medula). Kondisi
ini menimbulkan komplikasi lain, seperti penumpukan kalsium, hipertensi, pembentukan
jaringan nanah, hingga gagal ginjal.
F. PENCEGAHAN
Pencegahan Tuberkulosis
Langkah utama yang bisa dilakukan untuk mencegah TB adalah dengan menerima vaksin
BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam
daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan. Vaksin BCG juga
dianjurkan bagi anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa yang belum pernah
menerimanya pada waktu bayi. Namun, harap diingat bahwa efektivitas vaksin ini akan
berkurang pada orang dewasa
Salah satu cara mencegah TBC adalah dengan menghentikan penularan TBC dari satu orang
ke orang lain. Ini bisa dilakukan dengan mengidentifikasi penderita TBC, kemudian
merawat, dan memberikan pengobatan. Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah
tuberkulosis?
Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) efektif untuk mencegah TBC sampai seseorang
berusia 35 tahun. Efektivitas BCG bisa meningkat bila tidak ada pengidap TBC di
lingkungan tempat tinggal kamu. Vaksin ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1920-an
dan paling banyak digunakan untuk memvaksin hampir 80% bayi baru lahir di seluruh dunia.
Pencegahan penyebaran TBC akan efektif bila dilakukan diagnosis dan pengobatan sejak
dini. Seseorang dengan penyakit TBC dapat menularkan bakteri kepada 10-15 orang setiap
tahunnya. Bisa kamu bayangkan bagaimana penyebarannya bila tidak dilakukan pengobatan?
Sistem imun bisa ditingkatkan dengan mengonsumsi makanan bergizi dan rutin berolahraga.
Sistem imun yang baik membantu kamu terhindar dari berbagai macam penyakit, termasuk
bakteri penyebab TBC ini
BAB III
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
A. Host
Faktor pejamu adalah manusia atau hewan hidup yang mempunyai kemungkinan terpapar
oleh agent penyakit. Host untuk kuman TB Paru adalah manusia dan hewan. Namun pada
penelitian ini, host yang dimaksud adalah manusia. Beberapa faktor host yang
berhubungan dengan kejadian TB Paru pada balita terdiri dari
B. Agent
Agent (penyebab penyakit) merupakan semua unsur baik hidup atau mati yang dapat
mengakibatkan terjadinya suatu penyakit. Agent penyebab penyakit terdiri dari bahan
kimia, nutrient, mekanik, alamiah, kejiwaan, dan biologis. Penyakit menular biasanya
disebabkan oleh agent biologis, seperti infeksi bakteri, virus, parasit, atau jamur. Agent
yang menjadi penularan penyakit TB adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis.Salah
satu faktor yang mempengaruhi agent yaitu virulensi. Virulensi merupakan kemampuan
atau keganasan suatu agent penyebab penyakit dalam menimbulkan kerusakan pada
sasaran. Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman TB termasuk dalam tingkat
tinggi.
C. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host, baik benda mati,benda
hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen
tersebut, termasuk host yang lain. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dan tiga
komponen yaitu:
a. Lingkungan Fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas,
sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan
manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses
terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama
pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare.
b. Lingkungan biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur,
parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar
infeksi, vektor penyakit atau pejamu (host) intermediate. Hubungan manusia dengan
lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi ketidakseimbangan antara
hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit.
B. Distribusi (Orang, tempat dan waktu) dalam bentuk grafik atau kurva
KESIMPULAN
Penyebaran penyakit TB bersumber dari orang ke orang melalui udara, ketika orang
dengan TB paru batuk, bersin atau meludah sehingga mendorong kuman TB ke udara
bebas.
Target TB global yang diatur dalam konteks Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs)
adalah strategi Stop TB yang berakhir di tahun 2015 dan menuju era Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) menjadi strategi End TB.
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit
menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV.
Diketahui bahwa manusia adalah sebagai inang (host) terhadap pertumbuhan dan
perkembangbiakan basil tersebut.Transmisi organisme ini secara primer terjadi melalui
droplet di udara yang berasal dari individu yang mengidap TB aktif, atau dalam stadium
infeksius TB. Namun, bila kekebalan tubuh individu yang imunokompeten berubah
menjadi menurun, atau tidak kompeten maka Mycobacterium tuberculosis yang tadinya
laten/dorman akan aktif kembali, memperbanyak diri dan merusak jaringan
paru.Transmisi infeksi TB bergantung pada 3 hal, yaitu jumlah kuman yang dikeluarkan,
konsentrasi kuman, dan lamanya basil-basil TB berada di udara bebas
Gejala klasik TB paru yang dapat timbul adalah batuk-batuk berdahak lebih dari tiga
minggu yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, demam, berkeringat di malam hari,
anoreksia dan penurunan berat badan, hemoptisis, rasa lemas, nyeri pada dada, dan
kedinginan.
Pada orang lanjut usia yang terkena TB paru, sistem kekebalan tubuh yang mulai
menurun tidak mencukupi untuk merespon infeksi TB.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada TB paru biasanya menunjukkan ronkhi basah
pada auskultasi area lobus superior paru yang mengindikasikan adanya konsolidasi paru.
Dapat pula ditemukan limfadenopati yang tidak nyeri, berupa benjolan di supraklavikula
atau leher, yang bisa bilateral atau unilateral, di anterior atau posterior pada palpasi.
Hal ini dikarenakan, gejala klasik sering tidak muncul pada pasien-pasien yang memiliki
risiko tinggi, khususnya mereka yang menderita gangguan kekebalan tubuh atau orang
lanjut usia.
Sekitar 20% pasien-pasien dengan TB aktif, khususnya pada penyakit yang sudah
berlanjut, memiliki hasil TST yang normal.
Indurasi ≥5 mm, dianggap positif pada: - Orang terinfeksi HIV - Orang yang baru tertular
kuman TB - Seseorang yang hasil foto rontgen dadanya menunjukkan adanya
perubahan fibrotik yang konsisten dengan TB terdahulu - Pasien dengan transplantasi
organ
Indurasi ≥10 mm, dianggap positif pada: - Orang yang pernah bepergian ke negara-
negara dengan prevalensi tinggi TB dalam waktu <5 tahun - Pengguna obat-obat
terlarang dengan cara suntikan - Tempat-tempat yang padat penduduknya -Pekerja di
laboratorium mikrobiologi - Orang-orang dengan kondisi klinis yang lemah, yang
memudahkan mereka memiliki risiko tinggi terkena TB - Anak-anak usia <4 tahun -
Bayi, anak dan remaja yang terpapar oleh orang dewasa yang memiliki risiko tinggi
terkena TB - 3.
Indurasi ≥15 mm, dianggap positif pada: Tiap orang, termasuk mereka yang tidak
memiliki faktor risiko terkena TB Namun, program TST ini semestinya dilakukan hanya
pada orang-orang dengan risiko tinggi saja Beberapa orang dapat bereaksi terhadap TST
meski mereka tidak terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, hal ini disebut reaksi false-
positif.
Namun apabila 3 kali negatif maka dianggap BTA negatif Berdasarkan hasil pemeriksaan
dahak, TB paru dapat dibedakan menjadi TB paru BTA positif dan BTA negatif.
Yang dimaksud TB paru BTA positif adalah : - Apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif - Apabila hasil satu pemeriksaan
spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan pemeriksaan radiologik menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif - Apabila hasil pemeriksaan satu spesimen dahak
menunjukkan BTA positif dan hasil biakan positif - Yang dimaksud TB paru BTA
negatif adalah : - Apabila hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan hasil negatif ,
namun gambaran klinis dan radiologik menunjukkan TB paru aktif, dan tatalaksana
dengan antibiotik sprektum luas tidak berespon - Apabila hasil pemeriksaan dahak 3 kali
negatif, namun biakan positif
- Kavitas, menandakan infeksi yang sudah berlanjut dan diasosiasikan dengan adanya
jumlah kuman TB yang tinggi - Infiltrat non-kalsifikasi berbentuk bulat, ini mesti
dibedakan dengan karsinoma paru - Nodul-nodul kalsifikasi yang homogenus, ukuran
5-20 mm, seperti tuberkuloma menunjukkan infeksi lama Pasien dengan hasil röntgen
dada seperti tersebut diatas dan memiliki gambaran klinis TB paru yang khas sudah
dapat dikatakan terkena TB paru walaupun tanpa dilakukan pemeriksaan sputum.
Pada Infeksi TB dan HIV, lesi yang muncul akan atipikal, walaupun sekitar 20% pasien
dengan HIV positif dan TB aktif memiliki hasil rontgen dada yang normal Pada TB laten
dan TB paru yang telah sembuh, gambaran dapat berbeda-beda. Gambaran lesi-lesi
fibrotik dan nodul-nodul dapat jelas dibedakan, dan tampak memiliki densitas dengan
gambaran radioopak dan tepi yang jelas.
Pada pasien TB Milier, rontgen dada akan menunjukkan lesi-lesi nodular kecil berukuran
sekitar 2 mm yang banyak, menyerupai bulir-bulir yang merupakan gambaran khas TB
milier.
Gejala Penyakit TBC Bakteri TBC yang tumbuh di paru-paru dapat menimbulkan
beberapa gejala penyakit, seperti: • Batuk terus-menerus yang berlangsung lama (lebih
dari 2–3 minggu) • Batuk berdarah • Nyeri dada saat bernapas atau batuk • Sesak
napas Selain itu, gejala penyakit TBC juga bisa berupa: • Penurunan berat badan •
Lemas • Demam dan menggigil • Berkeringat di malam hari • Tidak nafsu makan
Ketika TB terjadi di luar paru-paru, tanda dan gejala yang terjadi bisa beragam, sesuai
organ yang terinfeksi.
Berikut ini adalah contoh gejala penyakit TBC di luar paru-paru: • Nyeri punggung pada
TBC tulang belakang • Kencing darah pada TBC ginjal • Pembengkakan kelenjar getah
bening bila terkena TBC kelenjar • Sakit perut jika mengalami TBC usus • Sakit kepala
dan kejang bila terkena TBC selaput otak • Nyeri tulang dan sendi, hingga tidak mampu
bergerak, bila bakteri TBC menyerang tulang dan sendi Bakteri TBC dapat menyerang
siapa saja, apalagi di Indonesia yang termasuk wilayah endemis TBC.
Namun, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat mampu melawan bakteri TB
dengan baik, sehingga gejala penyakit TBC tidak muncul walaupun bakteri ada di dalam
tubuh.
Sedangkan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita
HIV/AIDS, diabetes, penyakit ginjal berat, atau malnutrisi, lebih rentan mengalami TB
aktif, yaitu infeksi bakteri TBC yang menimbulkan berbagai gejala penyakit TBC seperti
yang dijelaskan di atas. Agent yang menjadi penularan penyakit TB adalah bakteri
Mycobacterium tuberculosis.Salah satu faktor yang mempengaruhi agent yaitu virulensi.
Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host, baik benda
mati,benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi
semua elemen tersebut, termasuk host yang lain.
SARAN