Oleh :
FEBRIANA NADIA
NIM. 2016.49.034
KEDIRI
TAHUN 2019
TINDAKAN MEMUKUL BANTAL PADA KLIEN MASALAH RESIKO PERILAKU
Oleh :
FEBRIANA NADIA
NIM. 2016.49.036
KEDIRI
TAHUN 2019
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 2016.49.036
Bantal Pada Klien Resiko Perilaku Kekerasan Dengan Kasus Skizofrenia” adalah
bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun kesuluruhan, kecuali
dan bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Demikian surat pernyataan
ini. Penulis buat dengan sebenae-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar,
Yang menyatakan
Febriana Nadia
NIM. 2016.49.036
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya berkat
Ilmiah yang berjudul: “ Tindakan Memukul Bantal Pada Klien Resiko Perilaku
bimbingan, dukungan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
1. Heny Kristanto S.Kp., M.Kes selaku Direktur Akper Dharma Husada Kediri
penelitian ini.
ini
saya dan memberi support dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang sangat penulis
harapkan.
selanjutnya.
Kediri, 2019
Penulis
ABSTRAK
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mendorong pada pola hidup social yang semakin kompleks, pergeseran nilai,
perubahan yang demikian cepat menimbulkan berbagai konflik dan rasa khawatir
merupakan sesuatu yang berat, hal ini akan berdampak pada kondisi yang akan
stress dikalangan masyarakat, jika individu kurang atau tidak mampu dalam
maka individu akan mengalami berbagaia penyakit fisik maupun mental (Keliat,
2011) .
pikiran, perasaan, dan perilaku. Skizofrenia merupakan salah satu penyakit yang
serta akan tergantung pada orang lain selama hidupnya (Direja, 2011).
jiwa saat ini dan (25%) penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa
perawatan untuk klien skizofrenia. Klien dapat mengalami paranoid dan curiga
terhadap perawat dan lingkungan serta dapat merasa terancam dan terintimidasi,
walaupun perilaku klien mungkin mengancam bagi perawat, klien juga merasa
tidak aman dan dapat berkeyakinan bahwa keamanan terancam. Perawat harus
mendekati klien dengan cara yang tidak mengancam. Menuntut atau menjadi
pihak yang otoriter hanya akan meningkatkan rasa takut klien. Memberi klien
ruang pribadi yang besar biasanya meningkatkan rasa aman (Direja, 2011)
kekerasan merupakan respon terhadap stresor yang di hadapi oleh seseorang yang
dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Sering disebut juga gaduh gelisah
atau amuk dimana seseorang marah atau berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang berlebihan. Klien dengan resiko perilaku kekerasan dapat
menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau
status emosi pasien, perlu dilakukan terapi yang berguna untuk menyalurkan
energi yang konstruktif dengan cara fisik, salah satunya adalah teknik memukul
bantal (Keliat, 2011). Teknik ini merupakan salah satu dari 3 cara fisik
kasur/bantal dan olahraga. Teknik pukul bantal digunakan agar energi marah yang
dialami oleh pasien dapat tersalurkan dangan baik sehingga tidak menciderai diri
bantal terhadap klien resiko perilaku kekerasan pada klien skizofrenia di RSJ
untuk meluapkan energi marah secara konstruktif agar perilaku yang maladaptif
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
3. Bagi Institusi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Skizofrenia
1. Definisi
(Fajar, 2017).
2. Penyebab
a. Keturunan
b. Endokrin
membuat sediaan .
g. Eugen Bleuler
h. Teori lain
i. Ringkasan
3. Pembagian Skizofrenia
a. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
b. Skzizofrenia Hebefrenia
c. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
d. Skizofrenia Paranoid
kemauan..
e. Episode Skizofrenia akut
baginya.
serangan lagi.
g. Skizofrenia Residual
(Yosep, 2009).
pesan dari sambungan sel yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan
ujung sambungan sel yang satu ujung ke ujung sambungan sel yang lain.
switch pada otak bekerja dengan normal. Sinyal – sinyal persepsi yang
sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak klien schizoprenia, sinyal – sinyal
klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otak dalam
kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan- lahan ini yang
yang timbul secara perlahan – lahan ini bisa saja menjadi skizofrenia
acute. Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan kuat,
perilaku yang sangat dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu.
banyak juga yang bisa kembali hidup secara normal dalam periode akut
sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi, dan tidak memiliki
a. Gejala Positif
Halusinasi.
Delusi.
Perilaku Kacau.
(Yosep, 2009)
b. Gejala Negatif
(Yosep, 2009)
Perilaku Kekerasan
a. Definisi
tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu
lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba, 2010).
potensi melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
1) Asertif
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kelegaan.
2) Frustasi
Klien gagal mencapai tujuan kepuasaan saat marah dan tidak menemukan
alternatifnya.
3) Pasif
menyerah.
4) Agresif
5) Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang control disertai
(Yosep,2010)
Kekerasan
c. Patofisiologi
dengan kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati
otrang lain. Selain akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun
dan akhirnya perasaan marah dpat teratasi. Rasa marah diekspresikan secara
di tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Yosep, 2010).
tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa
menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan
rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dpat menimbulkan kemarahan
yang destruktif yang di anjurkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan
(Dermawan, 2013).
d. Etiologi Resiko Perilaku Kekerasan
Menurut Stuart dan Laria (2007) dalam (Damaiyanti, 2012) faktor penyebab
1) Faktor predisposisi
a) Aspek biologis
dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat
marah bertambah.
b) Aspek emosional
c) Aspek intelektual
d) Aspek Sosial
Meliputi interkasi sosial, budaya, konsep rasa percaya ,
tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
e) Aspek spiritual
(Damaiyanti, 2012)
2) Faktor Presipitasi
ekonomi
(Damaiyanti, 2012).
dari interpretasi yang unik dan makna yang diberikan kepada orang yang
beresiko.
4) Sumber koping
keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini.
5) Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang dipaka pada klien marah untuk melindungi diri
e. Pohon Masalah
f. Manifestasi Klinis
diantaranya adalah:
tindakn yang dapat membahayakan. Secara fisik baik terhadap diri sendiri,
rahang terkatuo, nada suara tinggi, waspada, pandangan tajam, reflek cepat,
pendek.(Nurarif, 2015)
1. Definisi
energi yang konstruktif dengan cara fisik, salah satunya adalah tenik
2. Tujuan
(Purba, 2010).
3. Prosedur Tindakan
a) Persiapan
1. Bantal
2. Kursi
b) Pelaksanaanya
lain.
(Keliat, 2011)
Perilaku Kekerasan
Tindakan memukul bantal digunakan agar energi marah yang dialami oleh
pasien dapat tersalurkan dangan baik sehingga tidak menciderai diri dengan
orang lain dan adaptasi menjadi adaptif teknik memukul bantal merupakan
teknik untuk meluapkan energi marah secara konstruktif agar perilaku yang
pasien yang memiliki resiko perilaku kekerasan, dan dapat digunakan pada
tindakan pemberian terapi pukul bantal salah satunya pernah dilakukan oleh
resiko perilaku kekerasan, dan dapat digunakan pada saat pasien mengalami
Dermawan, R. & Rusdi, 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Fitria, N.. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Salemba Medika.
Muhammdiyah Klaten.
Keliat, Budi A & Akemat. 2011. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Ah. Yusuf, Rizky Fitriya PK, dan Hanik Endang Nihayati, 2015, Buku Ajar
Medika :Jakarta
Purba dkk, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Penerbit Buku: PT Refika
Aditama. Bandung.
Nusantara.
Medika.
Medika.
HASIL PENELITIAN
dirumah klien. Penelitian studi kasus ini dilakukan pada tanggal 07-09 Mei
3.2 Diskripsi
a. Kasus I
Tn. U umur 30 tahun, klien mengatakan sering marah kalau tidak boleh
teriak meminta uang ibunya apabila tidak dikasih klien sampai mencari
b. Kasus 2
Tn. R umur 39 tahun, klien mengatakan cerai dengan istirinya dan saat
teringat mantan istrinya klien merasa marah dan teriak-teriak. Bapak klien
mengatakan terkadang teriak-teriak, marah tidak jelas apabila teringat
dengan mantan istrinya, karena tidak terima istrinya nikah lagi, sampai
saja bisa membantu masalah klien setelah dilihat oleh petugas Pukesmas
kekerasan.
3.3 Hasil
3.3.1 Persiapan dalam tindakan metode cara memukul bantal pada Klien
a. Persiapan Alat
Tabel 3.1 Persiapan Alat Tindakan metode cara memukul bantal pada
1. Bantal/Guling
(berisikan kapas, sarung
bantal kain)
3. Bolpoin
Pada kasus 1 dan 2 untuk persiapan alatnya sama yaitu ada bantal
atau guling yang berisikan kapas, sarung bantal berbahan kain, Jadwal
Tabel 3.2 Persiapan klien metode cara memukul bantal pada Klien Resiko
Perilaku Kekerasan.
melakukan inform consent terlebih dahulu oleh keluarga dan klien, kedua
kepada klien dan keluarga apabila klien dan keluarga sudah menyetujui
c. Persiapan Lingkungan
Tabel 3.3 Pelaksanaan Tindakan cara memukul bantal pada Klien Resiko
Perilaku Kekerasan.
1. Ruang tamu
2. Kursi
3. Suasana
tenang dan
nyaman
kursi karena untuk duduk klien agar nyaman dalam melakukan tindakan
memukul bantal, selanjutnya suasana ruang tamu tenang dan nyaman agar
tahap-tahap dari peneliti tentang tindakan memukul bantal dan juga dalam
d. Persiapan Peneliti
Tabel 3.4 Pelaksanaan Tindakan cara memukul bantal pada Klien Resiko
Perilaku Kekerasan.
menuju rumah klien sesuai alamat, mempersiapkan buku saku kecil untuk
pada tanggal
1. Memberi salam,
panggil nama klien dan
memperkenalkan diri
sebagai peneliti
Menjelaskan prosedur
dan tujuan tindakan
kepada klien/keluarga.
Memberikan
kesempatan kepada
klien / keluarga
bertanya sebelum
kegiatan dilakukan.
B. Tahap Kerja
1. Mencontohkan dan
mendampingi Klien
sampai selesai.
2. Memposisikan Klien
duduk.
3. Meletakan Bantal
diletakkan didekat pasien
4. Membimbing klien Tarik
nafas dalam kemudian
tahan sejenak, lalu
hembuskan
5. Membimbing klien untuk Klien kooperatif Klien belum
memukul bantal dengan kooperatif,
meluapka emosi, ketika pandangan mata
memukul bantal bisa klien masih lurus
bergantian untuk kedua kedepan
tangan.
6. Menghentikan memukul
bantal ketika merasa
kelelahan dan perasaan
marah telah tersalurkan
7. Mengembalikan bantal Klien belum bisa
dan rapikan tempat mengembalikan
seperti semula bantal dan
merapikan di
tempat semula.
8. Klien bisa memakai
metode ini sampai klien
merasa capek atau sudah
cukup puas
melampiaskan
kemarahannya, atau bisa
di gunakan selama
kurang lebih 5-10 menit.
Metode ini bisa di pakai
3x sehari atau pada saat
kien akan melakukan
perilaku kekerasan.
Metode ini bisa di
masukan ke dalam
jadwal kegiatan klien.
C. Tahap Terminasi
Menanyakan perasaan
1. klien setelah melakukan
tindakan memukul
bantal
3. Memasukkan tindakan
memukul bantal ke
jadwal harian
4 Mengingatkan kembali
kepada klien kalau
besok jangan lupa
melakukan tindakn
memukul bantal sesuai
jadwal harian
bantal pada resiko perilaku kekerasan pada kasus 1 sudah kooperatif dalam
tahap yang sudah diajarakn oleh peneliti. Kasus 2 yaitu klien masih belum
Menanyakan perasaan
1. klien setelah melakukan
tindakan memukul
bantal
2. Memberikan
pertanyakan tentang
menyebutkan langkah-
langkah tindakan
memukul bantal kepada
klien
3. Memasukkan tindakan
memukul bantal ke
jadwal harian
5. Mengingatkan kembali
kepada klien kalau
besok jangan lupa
melakukan tindakan
memukul bantal sesuai
jadwal harian
bantal pada resiko perilaku kekerasan pada kasus 1 sudah kooperatif dalam
tahap yang sudah diajarakn oleh peneliti. Kasus 2 yaitu klien sudah
klien lurus kedepan saat melakukan tindakan memukul bantal, dan sudah
Menanyakan perasaan
1. klien setelah melakukan
tindakan memukul
bantal
2. Memberikan
pertanyakan tentang
menyebutkan langkah-
langkah tindakan
memukul bantal kepada
klien
3. Memasukkan tindakan
memukul bantal ke
jadwal harian
4 Mengingatkan kembali
kepada klien kalau
besok jangan lupa
melakukan tindakan
memukul bantal sesuai
jadwal harian
Dari hasil tabel pelaksanaan metode tindakan yaitu memukul bantal pada
tanpa harus di contohkan kembali oleh perawat, pandang mata klien masih
lurus kedepan.
Kekerasan
Pada hari pertama kasus 1 yaitu mata klien melotot, wajah tegang,
postur tubuh kaku, merasa tidak nyaman, merasa terganggu karena biasanya
klien tidur di rumah. Kasus 2 yaitu mata melotot, tangan mengepal, wajah
tegang, berbicara ketus, merasa tidak nyaman. Pada hari kedua kasus 1 yaitu
klien berbicara ketus merasa tidak nyaman. Kasus 2 yaitu postur tubuh
kaku, wajah tegang, klien merasa tidak nyaman. Pada hari ketiga kasus 1
Tabel 3.7 Pelaksanaan Tindakan metode tindakan memukul bantal pada Klien
2. Klien dapat - -
menyebutkan tanda-
tanda resiko perilaku
kekerasan
3. Klien dapat - - - -
menyebutkan akibat
resiko perilaku
kekerasan yang
dilakukan
4. Klien dapat - - -
menyebutkan akibat
resiko perilaku
kekerasan
5. Klien dapat - - -
menyebutkan cara
konstruksi
mengungkapkan
kemarahan
Klien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
risiko perilaku
kekerasan dengan
metode memukul
bantal:
6. Klien dapat - -
menyiapkan alat
8. Klien dapat -
memangku batal
9. Klien mampu - -
memukul bantal
∑ Kemampuan klien 4 8 9 0 4 8
klien dengan resiko perilaku kekerasan. Tingkat keberhasilan untuk kasus 1 dari
keberhasilan tercapai samapai 100%. Sedangkan kasus 2 dari hari pertama sampai
sampai 90%.
BAB IV
PEMBAHASAN
semua ada pada saat tindakan yaitu bantal yang berisikan kapas dan di
lapisi sarung bantal yang terbuat dari kain, jadwal harian, bolpoin, lefleat
bantal yang terbuat dari kain di dapatkan dari kamar klien sendiri,
oleh peneliti.
(Keliat, 2011).
klien maupun orang lain, dan peralatan yang digunakan tidak dapat
b. Persiapan klien
c. Persiapan lingkungan
yang nyaman saat melakukan tindakan yaitu ruang tamu, kursi, suasana
yaitu di tempat yang membuat klien merasa aman dan nyaman tanpa ada
d. Persiapan Peneliti
dari klien. Persiapan tersebut dilakukan sesuai keadaan klien yang hanya
penelitian kasus ini yaitu mencari informasi tentang klien, menuju rumah
dilakukan agar saat berinteraksi dengan klien dan keluarga terjalin dengan
4.2 Pelaksanaan tindakan memukul bantal pada klien dengan masalah resiko
perilaku kekerasan.
sama persis seperti di teori selama tiga hari. Pada saat melakukan
tindakan memukul bantal, ada perbedaan pada kasus 1 dan kasus 2 yaitu
pada kasus 1 klien terlihat antusias saat memukul bantal sedangkan pada
bantal.
kencangnya
(Keliat, 2011).
1 bina hubungan saling percaya sudah terjalin dan klien sangat antusisas
lurus kedepan.
4.2 Pelaksanaan evalausi tindakan memukul bantal pada klien dengan masalah
klien kaget baru pertama kali oleh peneliti, wajah tegang karena saat
pertama ditanya oleh peneliti, postur tubuh kaku saat klien ditanya yang
serius oleh peneliti, merasa tidak nyaman karena baru pertama kali
klien tidur di rumah,. Kasus 2 yaitu mata melotot karena klien merasa
wajah tegang karena klien merasa risih atas pertanyaan klien, berbicara
ketus karena klien belum terlalu akrab dengan peneliti, merasa tidak
karena klien merasaa ditnya Tanya terus dan klien merasa jengkel, merasa
tidak nyaman karena masih merasa malu saat di di tatap mukanya oleh
peneliti. Kasus 2 yaitu postur tubuh kaku karena masih belun terbiasa
klien selalu mentap lurus kedepan, klien merasa tidak nyaman karena saat
pada kasus 1 yaitu klien merasa tidak nyaman karena saat ditanya suatu
hal yang menurutnya sangat pribadi. Kasus 2 yaitu merasa kaku saat klien
peneliti yang dilakukan selama 3 hari dari tanggal 07-09 Mei 2019
perilaku kekerasan pada kasus 1 yaitu klien kooperatif dan sudah mampu
kasus 2 klien juga mulai kooperatif dan sudah mampu tetapi menjawab
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persiapan alat, klien, lingkungan, peneliti
menjadi responden yang sudah di tanda tangani oleh peneliti, lembar surat
buku saku kecil untuk mencatat informasi yang penting dari klien.
2. Tindakan
Pada kasus 1 bina hubungan saling percaya sudah terjalin dan klien sangat
dan saat melakukan tindakan memukul bantal juga pandangan klien hanya
lurus kedepan.
3. Evaluasi
sudah mencapai hasil yang diharapkan meskipun ada beberapa tujuan yang
karena klien bisa melakukan teknik memukul bantal secara mandiri tanpa
1. Bagi Klien
secara rutin dan teratur agar tidak sampai melakukan perilaku kekerasan
kembali yang dapat membahayakan untuk diri sendiri, orang lain ataupun
lingkungan.
2. Bagi Keluarga
Keluarga sebaiknya tetap memantau jadwal harian klien agar klien tetap
terjalin Bina Hubungan Saling Percaya yang lebih baik antara peneliti dan
juga klien supaya klien mampu menatap peneliti atau lawan bicara saat
nyaman untuk peneliti dan juga klien agar penelitian mampu mencapai
4. Bagi Institusi
Karya tulis Ini sebagai masukan data dan sumber referensi tentang
ilmu keperawatan jiwa terutama cara memberikan terapi pada klien dengan
terapeutik supaya lebih dekat dengan pasien dan lebih sabar dalam