Anda di halaman 1dari 15

1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Hemiparese adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi
menimbulkan kelumpuhan UMN (Upper Motor Neuron pada belahan tubuh sisi
kontralateral. Hemiparese adalah sebuah penyakit dimana ada bagian tubuh pada
salah satu sisi tubuh (sinistra atau dekstra) yang melemah sehingga susah untuk
digerakkan. Pada penderita penyakit stroke biasanya mengalami hemiparese terlebih
dahulu(Baughman, C et all. 2012).
Penderita hemiparese biasanya akan mengalami kelemahan pada beberapa
bagian tubuh. Beberapa bagian tubuh. Beberapa bagian tubuh yang biasanya terasa
jika mengalami hemiparese diantaranya adalah otot wajah, tangan, lengan, kaki dan
dada(Baughman, C et all. 2012).

2. Anatomi fisiologi
Otak merupakan suatu alat yang sangat penting karena merupakan pusat dari
fungsi tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak yang
dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Berat jaringan otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat orang dewasa.
Otak menerima 20% dan seluruh curah jantung membutuhkan sekitar 20% dari
pemakaian O2 tubuh. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi
dalam seluruh tubuh manusia dan membutuhkan O2 serta glukosa melalui aliran darah
tetap konstan karena jaringan otak sangat rapuh. Bila aliran darah ke otak terhenti
selama 10 detik saja dapat mengakibatkan kesadaran mungkin sudah akan hilang dan
dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan irreversibel yang kritis
sebagai pusat integritas dan kordinasi organ dan sistem efektor perifer tubuh dan
berfungsi sebagai penerima informasi, mengeluarkan impuls dan tingkah laku.
Bagian-bagian hemisfer otak, setiap hemisfer serebri dibagi dalam 4 lobus
yaitu lobus frontal, pariental,temporal dan oksipital. Fungsi dari setiap lobus berbeda-
beda, lobus frontal terlihat dalam mental, emosi dan fungsi fisik. Bagian anterior
mempunyai peran dalam kontrol tingkah laku sosial, pendapat dan aktivitas
intelektual yang kompleks, bagian sentral dan posterior mengatur fungsi motorik.
Lobus parietal, menerjemahkan input sensorik sensasi yang dirasakan pada
satu sisi bagian tubuh yang lain diterjemahkan melalui lobus pariental bagian
kontralateral. Sensasi somatik yang diterima ialah nyeri, temperatur, sentuhan dan
tekanan. Lobus pariental juga berperan dalam proses memori. Lobus oksipital
mengandung daerah viseral primer dan daerah gabungan visual. Daerah visual primer
menerima informasi dan menafsirkan warna. Sedangakan lobus temporalis berfungsi
dalam sensorik pendengaran, penciuman dan rasa.

3. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan
Suddarth, 2002. Hal 2130-2144).
a. Trombosis : Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan
dalam sistem vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih
hidup, serta bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher. Koagulan
darah dinamakan trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar sistem
vaskular, tidak disebut sebagai trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia
jaringan otak yang dapat menimbulkan edema disekitarnya.
b. Embolisme serebral : Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain
yang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal
dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
c. Iskemia serebri : Iskemia  adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak
normalnya menerima sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit.
Jika alirah darah aliran darah serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan
infark. Yang disebabkan oleh banyak faktor yaitu hemoragi, emboli, trombosis
dan penyakit lain.
d. Hemoragi serebral : Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah
serebral dengan pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak.
Pendarahan intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang
subarakhnoid atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi
karena arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak. Pecahnya pembuluh
darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas pembuluh darah

2
otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah mudah
pecah.

4. Patofisiologi
Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanaya 2,5 % dari berat badan
seluruhnya, namun yang dibutuhkan hamper mencapai 20 % dari kebutuhan badan
seluruhnya. Di otak sendiri hampir tidak ada cadangan oksigen. Dengan demikian,
otak sangat bergantung pada keadaan aliran darah setiap saat. Bila 6-8 menit, dapat
terlihat jelas jejas (lesi) yang tidak pulih lagi (irreversible) dan kemudian kematian.
Infark serebral adalah kehilangan suplai darah pada bagian terntu dari jaringan
otak. Luasnya infark bergantung pada factor lokasi dan pembuluh darah yang
mengalami sumbatan tertentu serta tidak adekuatnya sirkulasi ke lateral pada area
yang di suplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.
Gangguan suplai darah ke otak dapat cepat atau lambat :
a. Trombus terjadi sebagai akibat plague aterosklerosis atau bekuan darah pada area
stenosis dimana aliran darah akan menjadi lambat atau terjadi turbulensi. Trombus
dapat pecah atau terlepas dari dinding pembuluh darah dan dibawah oleh aliran
darah. Trombus dapat menyebabkan :
1) Iskemia jaringan otak
2) Edema dapat terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari
3) Edema dapat menyebabkan disfungsi serebral dan setelah edema hilang, maka
secara perlahan-lahan akan berfungsi kembali.
b. Embolus, oklusi pembuluh darah cerebral oleh embolus menyebabkan nekrosis
dan edema yang diakibatkan sama dengan thrombus.
c. Perdarahan dalam otak diakibatkan oleh rupture dan intersklerosis dan hipertensi
pembuluh darah, sering terjadi setelah usia 60 tahun. Perdarahan intracerebral
dapat menjadi total, misalnya terjadi herniasi otak menyebabkan kematian 50 %
klien dalam 3 hari pertama setelah perdarahan intracranial jika sirkulasi terputus.
d. Anoreksia serebral akan terjadi dimana kekurangan oksigen pada otak.
Anoreksia serebral dapat reversible bila kekurangan oksigen hanya terjadi dalam
4-6 menit, lebih dari itu terjadi irreversible.

3
5. Pathway

Faktor pencetus/etiologi

Penimbunan lemak/kolestrol yangmeningkat dalam darah

Lemak yang sudah nekrotik dan berdegenerasi

Infiltrasi limposit (trombus)

Aterosklerosis Pembuluh darah menjadi kaku dan pecah Penyempitan pembuluh darah
(oklusi vaskuler)
Trombus di Mengikuti
Stroke Kompresi
cerebral aliran darah Aliran darah terhambat
hemoragik jaringan otak
Stroke non
hemoragik Emboli
Eritrosit bergumpal,endotel rusak
herniasi

Proses metabolisme dalam Cairan plasma hilang


otak terganggu

Penurunan suplai darah dan Peningkatan TIK Edema serebral


O2 ke otak

4 Gangguan rasa
nyaman /nyeri
Arteri vertebra basilaris Arteri cerebri media

Disfungsi nervus XI Kerusakan neurologis Penurunan nervus X, Disfungsi nervus XI


nervus VII, nervus IX, Nervus IX
nervus XII
Kelemahan anggota
Kegagalan menggerakkan
gerak
Proses menelan tidak anggota tubuh
Kehilangan fungsi
efektif
tonus otot facial
Kerusakan mobilitas
Kerusakan mobilitas
fisik
fisik
Kerusakan Refluks
Hambatan Komunikasi Verbal
mobilitas fisik Defisit perawatan diri
Disfagia

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

5
6. Manifestasi klinis
Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :
1) Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons terhadap stimulus.
2) Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai paralysis.
3) Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral dilatasi.Unilateral tanda dari
perdarahan cerebral.
4) Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar, nafas irreguler,
peningkatan suhu tubuh.
5) Keluhan kepala pusing.
6) Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
7) Kelumpuhan dan kelemahan.
8) Penurunan penglihatan.
9) Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
10) Bicara pelo / disartria.
11) Kerusakan Nervus Kranialis.

7. Komplikasi
1) Aspirasi.
2) Paralitic illeus.
3) Atrial fibrilasi.
4) Diabetus insipidus.
5) Peningkatan TIK.
6) Hidrochepalus

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Labolatorium
1)   Hitung darah lengkap.
2)   Kimia klinik.
3)   Masa protombin.
4)   Urinalisis.
b. Diagnostik
1) SCAN KEPALA, menunjukkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti.

6
2) Angiografi serebral, membantu menemukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
3) EEG, untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark segingga menurunnya inpuls
listrik dalam jaringan otak.
4) Pungsi lumbal, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan
pada intrakranial.
5) MRI, dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
serta besar/luas terjadinya perdarahan otak.
6) X-Ray tengkorak

b. Penatalaksanaan
a. Konservatif
1) Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
2) Mencegah peningkatan TIK.
a) Antihipertensi.
b) Deuritika.
c) Vasodilator perifer.
d) Antikoagulan.
e) Diazepam bila kejang.
f) Anti tukak misal cimetidine.
g) Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena  klien akan
mudah terkena infeksi, hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan
lambung.
h) Manitol : mengurangi edema otak.
b. Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi
hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan
kehidupan  klien.
c. Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari )  perlu :
1) Terapi wicara.
3) Terapi fisik.

7
4) Stoking anti embolisme

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata
Pengkajian biodata di fokuskan pada, umur : karena usia di atas 55 tahun
merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih
tinggi  30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.
b. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau
koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs,
Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh
darah otak menjadi menurun.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Kronologis peristiwa CVA Bleeding  sering setelah melakukan aktifitas  tiba-tiba
terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai
koma.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami
stroke.
f. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari.
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai  terjadinya koma maka perlu  klien
membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan 
sebagaian sampai total.Meliputi :
1)    mandi
2)    makan/minum
3)    bab / bak
4)    berpakaian
5)    berhias
6)    aktifitas mobilisasi
8) Sosial Interaksi.

8
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian
diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang
pengobatan dan kesembuhannya.

2. Pemeriksaan Fisik
a. BI ( Breathing / pernafasan).
Perlu di kaji adanya :
1)   Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks
batuk.
2)   Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
3)   Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
4)   Catat jumlah dan irama nafas
b. B2 ( Blood / sirkulasi )
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu  peningkatan Tekanan Darah
disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi. TD biasanya terjadi
peningkatan  dan bisa terdapat adanya hipertensi masif  >200 mmHg.
c. B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya  pupil unilateral,
Observasi tingkat kesadaran, kualitas kesadaran merupakan parameter yang
paling mendasar dan paling penting.
d. B4 ( Bladder / Perkemihan )
Tanda-tanda inkontinensia urine
e. B5 ( Bowel : Pencernaan )
Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Tanda-tanda inkontinensia alfi berkelanjutan menunjukkan kerusakan neurologis
yang luas.
f. B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan, tanda-tanda decubitus karena tirah
baring lama, kekuatan otot, disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena adanya lesi pada sisi otak yang berlawanan.

3. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan Peningkatan TIK
2) Hambatan mobilitas fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia
9
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan menelan (disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
5) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan
secara umum.

4. Intervensi Keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien merasakan nyeri berkurang dan
rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
a. Klien mengatakan tidak terasa nyeri
b. Lokasi nyeri minimal
c. Keparahan nyeri berskala 0
d. Indikator nyeri verbal dan nonverbal (tidak menyeringai)
NO INTERVENSI RASIONAL
1.       1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, Nyeri merupakan pengalaman
faktor pencetus/yang memperberat. Tetapkan subyektif dan harus dijelaskan
skala 0 - 10 oleh pasien. Identifikasi
karakteristik nyeri dan faktor yang
berhubungan merupakan suatu hal
yang amat penting untuk memilih
intervensi yang cocok dan untuk
mengevaluasi kefektifan dari
terapi yang diberikan.
2.       2. Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler Untuk menghilangkan stres pada
dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam otot-otot punggung
keadaan fleksi/posisi terlentang
3.       3. Gunakan logroll selama melakukan perubahan Logroll mempermudah
posisi melakukan mobilisasi
4.       4. Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan Untuk menghindari adanya cidera
kebutuhan

10
5.      5.  Berikan relaksasi otot yang diresepkan, Agen-agen ini secara sistematik
analgesik, dan dan agen antiiflamasi dan menghasilkan relaksasi umum dan
evaluasi ketidakefektifan menurunkan inflamsi
6.       6. Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif Tindakan ini memungkinkan klien
dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 untuk mendapatkan rasa kontrol
jam), distraksi dan relaksasi terhadap nyeri

2. Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Hemiparese / Hemiplegia


Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
1)      Tidak terjadi kontraktur sendi
2)      Bertambahnya kekuatan otot
3)      Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam 1)  Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan
2. Ajarkan klien untuk melakukan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah
latihan gerak aktif pada yang tertekan
ekstrimitas yang tidak sakit 2)  Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan
3. Lakukan gerak pasif pada kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung
ekstrimitas yang sakit dan pernapasan
4.  Berikan papan kaki pada 3)  Otot volunter akan kehilangan tonus dan
ekstrimitas dalam posisi kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
fungsionalnya
5. Tinggikan kepala dan tangan
6. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik
klien

3.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan.


Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil

11
1)      Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
2)      Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan
bantuan sesuai kebutuhan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam mengantisipasi
kekurangan dalam melakukan perawatan /merencanakan pemenuhan kebutuhan
diri. secara individual
2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap 2. Meningkatkan harga diri dan semangat
melakukan aktivitas dan beri bantuan untuk berusaha terus-menerus
dengan sikap sungguh 3. Klien mungkin menjadi sangat ketakutan
3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien dan sangat tergantung dan meskipun
yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi bantuan yang diberikan bermanfaat dalam
berikan bantuan sesuai kebutuhan. mencegah frustasi, adalah penting bagi
4. Berikan umpan balik yang positif untuk klien untuk melakukan sebanyak
setiap usaha yang dilakukannya atau mungkin untuk diri-sendiri untuk
keberhasilannya mempertahankan harga diri dan
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi meningkatkan pemulihan
4. Meningkatkan perasaan makna diri dan
kemandirian serta mendorong klien untuk
berusaha secara kontinyu
5. Memberikan bantuan yang mantap untuk
mengembangkan rencana terapi dan
mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus

4.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil
1)      Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
2)      Hb dan albumin dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien dalam 1.  Untuk menetapkan jenis makanan yang
mengunyah, menelan dan reflek batuk akan diberikan pada klien
2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada 2.  Untuk klien lebih mudah untuk menelan

12
waktu, selama dan sesudah makan karena gaya gravitasi
3. Stimulasi bibir untuk menutup dan 3.  Membantu dalam melatih kembali
membuka mulut secara manual dengan sensori dan meningkatkan kontrol
menekan ringan diatas bibir/dibawah muskuler
dagu jika dibutuhkan 4.  Memberikan stimulasi sensori (termasuk
4. Letakkan makanan pada daerah mulut rasa kecap) yang dapat mencetuskan
yang tidak terganggu usaha untuk menelan dan meningkatkan
5. Berikan makan dengan berlahan pada masukan
lingkungan yang tenang 5.  Klien dapat berkonsentrasi pada
6. Mulailah untuk memberikan makan mekanisme makan tanpa adanya
peroral setengah cair, makan lunak distraksi/gangguan dari luar
ketika klien dapat menelan air 6.  Makan lunak/cairan kental mudah untuk
7. Anjurkan klien menggunakan sedotan mengendalikannya didalam mulut,
meminum cairan menurunkan terjadinya aspirasi
8. Anjurkan klien untuk 7.  Menguatkan otot fasial dan dan otot
berpartisipasidalam program menelan dan menurunkan resiko
latihan/kegiatan. terjadinya tersedak
9. Kolaborasi dengan tim dokter untuk 8.  Dapat meningkatkan pelepasan endorfin
memberikan ciran melalui iv  atau dalam otak yang meningkatkan nafsu
makanan melalui selang makan
9.  Mungkin diperlukan untuk memberikan
cairan pengganti dan juga makanan jika
klien tidak mampu untuk memasukkan
segala sesuatu melalui mulut

5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara pada hemisfer otak, kehilangan tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan
secara umum.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengkomunikasikan perasaannya, mampu menggunakan
bahasa isyarat.
Kriteria Hasil :
Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi, klien dapat
merespon secara verbal maupun isyarat.

INTERVENSI RASIONAL
1.       Kaji tipe disfungsi misalnya klien 1.  Membantu menentukan kerusakanp
tidak mengerti kata-kata atau masalah pada area otak dan menentukan
berbicara atau tidak mengerti bahasa kesulitan klien dengan sebagian atau

13
yang digunakan. seluruh proses komunikasi, klien
2.   Bedakan afasia dengan disatria. mungkin mempunyai masalah dalam
3.   Lakukan metode percakapan yang baik mengartikan kata-kata .
dan lengkap, beri kesemoatan klien 2. Dapat menentukan pilihat intervensi
untuk mengklarifikasi. yang sesuai dengan tipe gangguan.
4.  Katakan untuk mengikuti perintah 3. Klien dapat kehilangan kemampuan
secara sederhana seperti tutup matamu untuk memantau ucapannya,
dan lihat ke pintu. komunikasinya secara tidak sadar,
5.  Ucapkan lansung kepada klien dengan melengkapi dapat
berbicara pelan dan tengan, gunakan merealisasikan pengertian klien dan
pertanyaan yang jawabannya “ tidak” dapt mengklarifikasi percakapan.
dan “ya” dan perhatikan respon klien. 4. Untuk mengikuti afasia reseptif.
6.   Kolaborasi : konsultasi dengan ahli 5. Mengurangi kebingungan atau
terapi bicara. kecemasan terhadap banyaknya
informasi. Memajukan stimulasi
komunikasi ingatan dan kata-kata.
6. Mengkaji kemampuan individual dan
sensorik motorik dan funsi kognitif
untuk mengidentifikasi defisit dan
kebutuhan terapi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Baughman, C et all. 2012. Buku saku medical bedah Brunner Suddarth. Jakarta : EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta :EGC

Herdman T.H, dkk, Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesia, Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi. 2009-2011. EGC. Jakarta

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Muttaqin, Arif.2011.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan.Salemba Medika. jakarta.

Price & Wilson .2005. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.


EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai